THE PORTRAIT OF DEATH

Nurul Hidayati
Chapter #8

REMBULAN

So finally here, walaupun banyak orang yang datang tapi tidak menutupi suasana duka yang begitu terasa, suara gamelan yang di putar menambah kesenduan di tempat itu.

         Darlene melangkah perlahan, berusaha tersenyum bagi orang-orang yang sedang kehilangan. Semalam mas Dino memintanya menyiapkan property untuk pemotretan Jenasah. Hari ini dia dibantu Echa, trainer di tempatnya, yang bilang akan datang sedikit terlambat karena jalanan yang macet parah.

         “ Lewat sini mbak...” seorang keluarga mengantarkan Darlene untuk menemui kliennya.

         Dalam ruangan itu terbujur sosok yang tadinya seorang remaja, sosok itu terbaring pucat dalam peti mati, aroma dupa mengisaratkan kesan mistis bagi datang.

         Darlene mengamati ruangan luas yang sudah ditata rapi yang membuatnya special banyak deretan piala dan penghargaan berjajar rapi didekat coffin.

         “ Namanya Alysa...entah apa yang dipikirkannya...hiks..hiks...” tangisan dari keluarganya itu menghentikan pengamatan Darlene.

         Alysa didandani dengan baju penari Bali, dari yang Darlene dengar dia seorang penari berbakat dan sangat menyukai tari Bali. Tapi beberapa minggu terakhir dia menampakan sikap yang berbeda, Alysa berubah menjadi pendiam dan tampak muram. Tidak ada yang tahu kenapa dia begitu karena Alysa tidak bercerita dengan siapapun sampai akhirnya terjadi peristiwa ini, Alysa memutuskan mengakhiri hidupnya dengan gantung diri memakai syal kesayangannya. Dan di mejanya di temukan sebuah note berisi permintaan maaf karena telah melakukan ini, Alysa tidak mengatakan alasannya.

         Darlene sedang menata untuk dekorasi di sekitar jenazah ketika tiba-tiba bertiup angin dingin dan membuat lilin padam, tidak ada orang di ruangan ini selain dirinya, refleks dia menatap ke arah Alysa dan seketika dirinya membeku ketika dilihatnya mata Alysa terbuka dan mem andang balik ke arahnya.

Untuk beberapa saat Darlene tidak dapat berpikir, dia ingin berteriak bahkan lari tapi seakan ada beban berat yang menghalanginya, suara-suara yang tadi terdengar jelas terasa menjauh dan Darlene merasa berada di suatu tempat yang terpencil, dia yakin ini hanya imajinasinya saja dan saat dia berkedip akan berakhir namun yang terjadi adalah Alysa mulai membuka mulut.

         “ Tolong aku...” suaranya serak seperti habis menangis.

Lihat selengkapnya