THE PORTRAIT OF DEATH

Nurul Hidayati
Chapter #2

Chapter One : Ordinary

Gerimis masih setia menyapa dengan kecepatan malu-malu ketika Darlene mendengar bunyi pesan masuk dari ponselnya.

" Beib...jangan lupa besok siang antar pesanan cake tante Susan jam 2 tepat jangan sampai telat, you know her yaa...". begitu pesan dari Kara, diakhiri dengan emotion senyum lebar.

Darlene maklum tante Susan pelanggan yang sangat strict tentang waktu dan itu sudah menjadi rahasia umum di Sunshine bakery tempatnya bekerja paruh waktu, melayani berbagai pelanggan membuatnya dapat mengenal karakter orang but anyway pelanggan tetaplah nomor satu. Beruntung Darlene dapat bekerja di toko roti milik tante Nia, mamanya Kara, Kara dan Kay adalah sahabatnya sejak masih kecil. Sejak Darlene masih memiliki orang tua hingga akhirnya dia yatim piatu karena kematian orang tuanya dalam kecelakaan yang misterius, tidak heran hubungan mereka more than sibling.

Darlene melihat jalan didepannya, dia masih terjebak di depan pertokoan bersama orang-orang yang berlindung dari gerimis. Dalam hati dia menyumpah karena malas membawa payung, tiba-tiba dirasakan perutnya melilit, dia ingat hanya makan sepotong roti untuk sarapan demi menghemat uangnya yang semakin tipis, life is tough, itu yang selalu dikatakan pada dirinya untuk bisa bertahan dan meraih cita-citanya.

Masih ada waktu 30 menit lagi sebelum dia tiba di rumah oma Sandra untuk kerja paruh waktu lainnya, dia sengaja mampir ke toko untuk membeli sesuatu buat oma Sandra. Dia menghitung waktu yang dihabiskan untuk menunggu gerimis reda dan dia tidak ingin mengecewakan oma Sandra dengan datang terlambat, dengan satu tekad Darlene nekad menembus gerimis berlari kearah shelter bis yang akan membawanya ke rumah oma Sandra.

"Mbak Alin mari masuk, oma pasti senang, dia sudah menunggu mbak Alin dari tadi. Oma khawatir mbak Alin enggak datang karena hujan, waduh baju mbak Alin basah ...sebentar bibik ambilkan handuk untuk mengeringkan." ujar bik Suti ramah menyambut Darlene.

Rumah oma sandra seperti biasa diliputi kesunyian, rumah megah dengan pilar besar bergaya romawi yang hanya dihuni oma Sandra dengan tiga asistennya terasa lengang. Tidak banyak yang dia tahu tentang sosok baik hati yang terlihat kesepian di usia senjanya, dari cerita bik Suti, oma Sandra telah lama ditinggal mati suaminya, pesawat yang membawa opa Alex dari Belanda jatuh di samudra dan semua penumpangnya tidak ada yang selamat, dan oma Sandra membesarkan anak lelaki satu-satunya tanpa pernah menikah lagi. Darlene melihat foto keluarga mereka tergantung di ruang tengah yang luas, such as happy family, dia juga sempat melihat foto anak lelaki sedang tertawa lebar di pojok ruangan, kata bik Suti itu cucu oma Sandra tapi bik Suti tidak mau bercerita lebih banyak dan Darlene tidak lagi melihat foto itu tergantung di pojok ruangan ketika dia berkunjung ke rumah itu .

Lihat selengkapnya