Tane menarik napas panjang dan memandang ke sekitar. Kakinya baru saja keluar dari pintu bandara. Tiba-tiba seorang sopir taksi berlari ke arahnya.
"Mau kemana, Non, mari saya antar!" Sopir taksi itu langsung menarik koper Tane.
"Eh, nggak, Pak. Saya lagi nunggu teman saya." jawab Tane bohong.
Sopir taksi itu langsung pergi dan mencari target baru. Tane berjalan menuju ke arah jalan raya. Dia sedikit bingung dan memandang ke sekitar. Kota itu sangat asing baginya dan dia tidak kenal satupun orang di sana. Tane hilang arah dan tak tahu harus kemana. Tane merogoh satu celananya untuk mengambil handphone. Niatnya ingin melihat map dan menentukan arah tujuannya. Tapi, alangkah kagetnya dia saat mengetahui bahwa saku celananya kosong.
"Perasaan tadi kutaroh di saku, mana...?! Tane panik. Dia mengeluarkan semua isi tasnya. Alat make upnya bertebaran di trotoar jalan. Hanphonenya hilang. Tane panik, tangannya mengacak-ngacak rambut lurusnya. Lalu dia berteriak dan terduduk lemas di trotoar. Kepalanya tertunduk ke sela kedua lutut kakinya. Tak lama, dia terisak.
Tiba-tiba sebuah mobil pick up berhenti di hadapannya. Dari dalamnya keluar sosok gadis seumuran dengan dirinya--21 tahun. Gadis itu perlahan mendekatinya dan jongkok di depannya.
"Hai, kamu kenapa?" tanya gadis itu sembari mengelus pundak Tane
Tane mengangkat kepalanya dan melihat gadis itu tersenyum padanya.
"hmm...aku..aku kehilangan hpku. Aku baru pertama kali datang ke sini dan gak tau harus kemana...haa haaaaa..." tangis Tane pecah.
"oh gitu...oh iya kenalin aku Alea, panggil saja Al, kamu bisa ikut aku kalau mau?" Al tersenyum.
Mendengar itu, tangis Tane langsung berhenti. Dia lekas berdiri, menarik kopernya dan langsung masuk ke mobil Alea. Melihat tingkah Tane, Al sedikit kaget dan lalu tertawa.
"ha..ha..woow, dirimu cukup gesit juga ya! " kata Al.
Alea masuk ke mobil dan mulai berkendara.
"Oh iya lupa, kenalkan nama saya Jir Lah Matane...." belum sempat melanjutkan ucapannya, Al berhenti mendadak dan memalingkan wajahnya ke Tane.
"Haaah..siapaa?!" Al kaget dan sedikit geli.
"hmm itu...Jir Lah Matane, itu namaku!" jawab Tane cengegesan.
"Serius itu nama kamu, orang tua mana anjir yang ngasih nama anaknya begitu." Al tertawa
"Nah itu orang tuaku, ga tau ya mungkin waktu aku lahir orang tuaku lagi berantem makanya aku dikasih nama itu...hahahah" jawab Tane agak sedikit terkekeh.
"Oke, jadi aku manggilnya apa? masa Jir?" kali ini Al yang tertawa
"It's oke, bagus juga!"
"Oke, Jir sekarang kamu mau kemana dulu?" tanya Alea sambil menghidupkan kembali mesin mobilnya.
"Kayaknya aku butuh Hp deh, ke toko hp boleh?" tanya Tane
"Oke, gas!" Alea kembali menyetir sambil bercerita tentang dirinya pada Tane.
Alea bercerita bahwa dia adalah seorang gadis sebatang kara di kota itu. Dia tinggal di sebuah kos-kosan dan bekerja serabutan. Kadang dia jadi pengantar makanan, pengangkut barang dan masih banyak lagi hal yang dikerjakannya.
"Kamu gimana, Jir sampai ke kota ini, kamu kabur dari rumah atau apa?" Alea bertanya pada Tane.
"hmm...aku merantau aja sih ke sini, mau nyari kerja." jawab Tane.
"Kamu dari desa atau...?"
"hmm yaaa...aku dari desa dan di sini mau nyari uang yang banyak, hahaha".
Alea memperhatikan Tane.
"Kamu yakin dari desa, Jir?" tanya Alea curiga.
"i...iyaaa dong!" jawab Tane sambil tersenyum tipis.
" Tapi kamu cantik lho, kulitmu putih bersih, rambutmu bagus kayak rambut perawatan mahal...." Al merasa curiga pada penampilan Tane.
"eh....hmm..kalau di desa semua perawatan pakai bahan alami, mungkin karena itu kali ya, Al" jawab Tane sedikit gugup.
"Hmm, oke masuk akal juga." jawab Al.
Beberapa saat keduanya hening. Al fokus pada kemudinya, sementara Tane menatap keluar jendela mobil memperhatikan kota kecil yang baru saja dia datangi. Masih banyak pohon di pinggir jalan dan ada sedikit gedung tinggi di sepanjang jalan. Tak banyak orang berlalu lalang di trotoar jalan. Tane membuka sedikit kaca jendela mobil dan membiarkan angin meniup wajah dan memainkan rambut panjangnya.
Tane kemudian melirik Al sebentar. Dalam hatinya dia bertekad untuk menutupi jati dirinya di kota itu. Dia tidak ingin seorangpun tahu kalau dia adalah seorang putri mafia yang terbiasa bergelimang harta dan hidup mewah. "Di kota ini, aku akan hidup sebagai Jir Lah Matane (sebuah nama yang tiba-tiba saja terucap dari bibirnya)" bisik hati Tane.
Alea menghentikan mobilnya di sebuah toko hanphone kecil. Tane terbangun dari lamunannya. Mereka berdua turun dari mobil. Saat keluar dari mobil, Tane terpana melihat pemandangan di depan matanya. Dua orang lelaki berdiri di depan toko sambil bercakap. Pandangan mata Tane terfokus pada pria berjaket hitam kombinasi abu-abu. Parasnya begitu teduh, hidungnya mancung.
"Wow...tampan sekali!" hati Tane berbisik.
Tane berjalan mendekatinya sambil berpikir bagaimana cara untuk berkenalan dengan pria berjaket itu. Dia menghela napas panjang dan dengan percaya diri dia mendekati pria tersebut.
"Ke taman Safari bertemu gagak..." pantun itu terlontar dari mulut Tane.
"Cakep!" Tanpa Tane sadari pria itu merespon.
"Boleh beliin hp gak?" lanjut Tane sambil menggigit bibir bawahnya.
"Ya ampuun..." jawab pria itu. Pria itu langsung memasuki konter hp dan tak lama keluar membawa hp baru dan menyodorkannya pada Tane.
"Nih.." ujarnya pada Tane
Tane masih tak percaya, dia menerima hp itu dengan sedikit ragu dan senang. Sementara Alea mencubit-cubir lengan Tane. Tane tak peduli, tangannya membuka kotak hp dan langsung menyalakannya.
"Makasih ya.....hmm kalo boleh tahu siapa namamu?" tanya Tane pelan.
"Senkora." jawab pria itu sambil terus memainkan hp di tangannya.
"Sengkora?" tanya Tane balik
"Sen, gak pakai ng, SENKORA."
"Wow..nama yang bagus! Kenalin namaku Jir Lah Matane!" kata Tane semangat.
Tane memperhatikan reaksi Senkora. Pria itu mengerutkan dahi dan kembali bertanya.
"Siapa tadi?"
"Jir Lah Matane!" jawab Tane.
"Baiknya kupanggil apa?" tanya Senkora.
"Apa aja boleh" jawab Tane.
Senkora tampak berpikir sejenak.
"Hmm....Tane, Tane aja" ujar Senkora.
"Boleh, oh iya, Senkora kamu mau nggak jadi kontak pertama di hp aku?"tanya Tane penuh harap.
"Boleh." jawab Senkora
Tane dan Senkora bertukar nomor hp. Alea yang dari tadi memperhatikan Tane merasa tidak enak dan berbicara pada Senkora.
"Maaf ya ngerepotin, teman saya baru datang ke kota ini, jadi dia..maaf ya." ujar Alea pada Senkora.
Senkora menatap Tane.
"Oh gapapa." jawab Senkora.
Tane tersenyum dan kembali bertanya pada Senkora.
"Senkora kayaknya kepanjangan deh, aku pangggil Kora, boleh?" Tane bertanya dan menatap Senkora.
"Biasanya sih orang manggil aku, Sen." tutur Senkora.
"Ya udah, aku satu-satunya orang yang manggil kamu Kora!" kata Tane lantang.
"Senyamanmu saja" kata Senkora.
"Ok, Kora, makasih ya udah beliin aku hp, kita pamit dulu." kata Tane sambil menggandeng tangan Al.
"hmm.." jawab Senkora singkat.
Tane dan Alea pergi. Alea memperhatikan Tane yang senyum-senyum sendiri.
"Cieeeee naksir ya?" goda Alea.
"Ganteng banget dia Al...baik lagi!" ujar Tane dengan mata berbinar.
"Biasa aja, banyak yang kek gitu di sini." ledek Alea.
"No...no, dia spesial. Pokoknya Senkora harus jadi pacarku!"kata Tane lantang.
***
Sementara itu, Senkora kembali menuju bengkel, tempat dia bekerja. Lelaki berparas tampan itu mengendarai mobilnya cukup laju. Sesekali pandangannya teralih pada pantai yang membentang di sepanjang kiri jalan.
Hampir sepuluh menit berlalu, Senkora akhirnya sampai. Bengkel itu terletak cukup jauh dari keramaian kota, Banditto namanya. Gunung Monciliat terlihat sangat jelas dari sana. Senkora memarkirkan mobilnya ke parkiran dan lekas turun. Tiba-tiba notifikasi handphonenya berbunyi. Sebuah pesan dari Tane tampak di layar.
"Hai, Senkora. Terima kasih ya. Selamat beraktifitas. Semangat! >_<"
Senyuman tipis tergurat di bibir Senkora. Lekas dia membalas pesan Tane.
"Dirimu juga ya, Nona. Hati-hati saat beraktifitas di malam hari, banyak begal."