The Power of First Love - Senkora & Tane

Amel Gladishani
Chapter #4

Cerita ( ? ) NINJA TIGA

Suasana bengkel Banditto terlihat cukup ramai. Ada beberapa kendaraan yang terparkir di bagasi bengkel dan mengantri untuk di servis. Senkora terlihat hilir mudik sambil membawa sparepart kendaraan. Sebagian pegawai bengkel belum datang, jadi mau tidak mau Senkora harus menyelesaikan semuanya. Untung ada Iel yang membantunya.

Setelah semua kendaraan di servis, Senkora keluar bengkel dan menyalakan sebatang rokok. Tiba-tiba Iel datang menghampirinya.

" Uncle, bisa kita bicara sebentar?" pinta Iel.

"Bicara saja." kata Senkora sambil menghisap rokoknya.

"Nggak di sini, Uncle, urusan keluarga." bisik Iel.

"Ya sudah." Senkora membuang rokoknya lalu masuk ke bengkel dan menaiki tangga menuju lantai dua. Senkora duduk santai di sofa, tak Iel tiba.

"Ada masalah apa?"tanya Senkora.

"Begini, Uncle, Iel kan diamanatkan tugas mencari informasi tentang keluarga Ananta."

"Keluarga Ananta?" tanya Senkora.

"Iya. Iel sudah tau siapa ketuanya. Dan ketuanya ini punya dua cewek, yang satu namanya Clara dan yang kedua Iel lupa siapa namanya. Nah Iel pusing nih, mandeg dari tadi gimana caranya deketin Clara ini. " cerita Iel panjang lebar

"Sebenarnya ada opsi kedua sih, kemarin Iel ketemu sama satu kelompok yang bajunya sama kayak kita, rencananya Iel mau menyamar masuk ke kelompok mereka...."

"Jangan, itu terlalu berbahaya, Iel." potong Senkora.

"Makanya itu, satu-satunya cara Iel deketin si Clara ini, tapi Iel gatau gimana caranya deketin cewek. Gimana caranya, Uncle?" tanya Iel.

Senkora berdehem sekali.

"Diriku tidak pernah melakukan itu, Iel." kata Senkora.

"Tapi itu aunty Tane jadi deket dan nempel Uncle terus?" tanya Iel penasaran.

Senkora mendengus sekali.

"Iel, kami para ninja tidak pernah mempelajari hal-hal bodoh seperti itu. Karena sensei kami dengan tegas melarang kami memiliki sedikitpun celah kelemahan." kata Senkora.

"Maksudnya, Uncle?" Iel mengerutkan dahinya.

"Dari kecil kami diajarkan bagaimana untuk kuat. Dan salah satu kelemahan pria itu adalah wanita, Iel. Kami para ninja mendedikasikan hidup kami pada keluarga." tutur Senkora sambil melirik Iel.

"Wanita kelemahan pria? Bukankah seorang wanita bisa menjadi kekuatan?" tanya Iel.

"Huh, itu hanya asumsi, Iel. Kau mau tau buktinya?" tanya Senkora lagi.

Iel mengangguk dan menatap ke arah Senkora dengan tatapan serius.

"Kedua kakakku dibunuh oleh senseiku sendiri, Iel. Kau tau karena apa?" tanya Senkora membalas tatapan Iel. Iel menggeleng.

"Karena wanita. Kedua kakakku jatuh cinta dan berkomitmen dengan wanita. Mereka jadi lemah. Tugas terakhir yang diberikan sensei pada mereka adalah membunuh pasangannya masing-masing. Dan mereka tidak mampu." Cerita Senkora panjang lebar.

Iel merinding lalu menelan ludahnya.

"Lalu, bagaimana dengan Uncle dan Aunty Tane?" tanya Iel penasaran.

Senkora tersenyum tipis, lalu berdiri dan meninggalkan Iel. Dia berjalan menuju lantai bawah sambil bergumam sendiri.

"Diriku pun tidak tahu, Iel. Apa yang kurasakan. Yang jelas, untuk menjauhi Tane sekarang terlalu sulit bagiku, meskipun sudah kucoba. " gumam Senkora sambil menghela napas panjang.

Senkora memasuki ruangan loker makanan dan mengambil beberapa cemilan. Dia keluar sambil menyobek plastik pembungkus roti. Dia dikagetkan oleh Tane yang tiba-tiba saja berdiri di depannya. Senkora menatap Tane.

"Buah semangka buah kedondong.." Tane memulai pantunnya.

"Cakep." jawab Senkora.

"Senkora, kasih makanan dong!" Tane tersenyum. Senkora memberikan roti yang baru saja dia buka pada Tane, lalu dia pergi.

Sementara itu Tane berlari memasuki ruangan loker untuk berganti pakaian. Tak lama ia keluar dengan pakaian dinas bengkel dan mendekati Senkora yang sedang berdiri di samping pintu bengkel.

"Kora, aku mau kasih tau kamu sesuatu." ujar Tane sedikit berbisik.

"Apa?" kata Senkora sambil berpangku tangan.

"Kamu merasakan ada aura-aura seram nggak di bengkel ini?" tanya Tane.

"Biasa saja." jawab Senkora singkat.

"Kalau aku merinding sih, karena ada yang bilang kalau di bengkel ini banyak arwah sapi dan kambing berkeliaran. Aku takut....kamu gak takut, Kora?" tanya Tane.

"Tidak."

"Oh, kalau gitu aku juga gak takut, maksudku kalau bersama denganmu aku gak bakalan takut...., Kora." kata Tane.

"Hmm..." Jawab Senkora dan dia beranjak dari sana dan berjalan menaiki tangga menuju lantai 2.

Tane berdiri mematung dan kebingungan melihat Senkora tiba-tiba pergi. Tak lama terdengar suara Senkora di radio memanggilnya.

"Tane, kutunggu di rooftop!"

Tane bergegas lari menaiki tangga dan masuk ke dalam lift. Sesampainya di rooftop, Tane melihat Senkora duduk di pelataran dekat api unggun. Tane mendekatinya.

"Ada apa, Kora?" tanya Tane.

Senkora tidak langsung menjawab Tane, dia diam sejenak sambil menatap api unggun yang berada di hadapannya. Tane merasa khawatir.

"Kora, kamu kenapa? Kamu pengen cerita? Cerita aja, aku akan diam dan mendengarkan semua ceritamu, semuanyaaa.." celoteh Tane sambil berjalan mengelilingi Senkora.

"Duduklah!" pinta Senkora. Tane lalu duduk di samping Senkora. Senkora menghela napas sejenak sebelum memulai percakapan.

"Dirimu tahu ninja kah?" tanya Senkora memulai obrolan.

"Ninja....hmm..Naruto?" tanya Tane balik.

"Bukan, itu terlalu fantasi." jawab Senkora.

"Lalu?" tanya Tane lagi.

Senkora menghela napas panjang.

"Ninja berasal dari Jepang. Biasanya ninja ini memiliki begitu banyak tugas dan amanah yang diberikan senseinya. Dan salah satu tugasnya itu mendedikasikan diri sepenuhnya pada satu keluarga dan siap mati demi menjaga keluarga tersebut. Menurutmu, di zaman sekarang ini masih adakah ninja?" tanya Senkora sambil melirik ke arah Tane.

"Hmmm, gak mungkin ada sih, iya kan, nggak ada pastinya. " jawab Tane. Senkora tersenyum mendengar jawaban Tane.

"Kalau dirimu mau, diriku bisa menceritakan sebuah kisah ninja dari novel yang pernah kubaca." kata Senkora.

"MB, mau banget, aku akan menyimak". Jawab Tane sambil mengubah posisi duduknya. Tane lalu menatap ke arah Senkora, siap mendengar cerita.

"Baiklah. Jadi ada 5 ninja. Satu ninja itu Sensei atau guru, dan empat lainnya itu murid dari sensei ini. Setiap ninja diberi kop name berupa angka. Ninja 1, ninja 2, ninja 3. Ketiga ninja ini laki-laki. Dan yang terakhir ninja 4, seorang wanita." Senkora berhenti sejenak.

"Lalu?" tanya Tane.

"Keempat ninja ini bukan saudara kandung, tapi karena sensei merawat dan menjaga dan mengajari mereka sedari kecil, mereka tumbuh bersama layaknya saudara kandung. Sedari kecil Sensei mereka mengajarkan bahwa ninja itu harus selalu kuat dan tangguh, tidak boleh memiliki sedikitpun kelemahan."

"Berat banget jadi ninja, harus ini itu, banyak banget syaratnya, lalu Kora?" celotah Tane. Senkora tersenyum.

"Seiring berjalannya waktu, ninja 1 dan 2 melemah dan mati di tangan senseinya sendiri. Kau tahu kelemahan mereka apa? "tanya Senkora melirik Tane. Tane menggelengkan kepalanya.

"Ninja 1 dan 2 jatuh cinta pada wanita dan mereka berkomitmen pada pasangannya masing-masing. Dan tugas terakhir yang diberikan sensei pada mereka adalah membunuh pasangannya masing-masing. Ninja 1 dan 2 tidak mampu, dan akhirnya mereka dibunuh oleh sensei." Senkora menghela napas panjang.

"Hah, sedihnya. Emang ninja gak boleh jatuh cinta? Ninja kan juga manusia, ya kali ninja robot" celoteh Tane. Senkora tersenyum mendengar ocehan Tane.

"Ya karena menurut senseinya itu wanita adalah kelemahan bagi para ninja." kata Senkora.

"Lalu apa yang terjadi dengan ninja 3 dan 4?" tanya Tane lagi.

"Hmm...dari yang ku baca sih, mereka terpukul karena harus kehilangan kedua kakaknya. Terutama Ninja 3, tapi Ninja 3 sebenarnya tidak yakin sih kalau kedua kakaknya dibunuh oleh sensei karena dia sama sekali tidak pernah melihat jasad kedua kakaknya."

"Kasihan ninja 3 dan 4, hmmm" kata Tane.

"Menurutmu, setelah kejadian itu apa yang harus dilakukan oleh ninja 3 dan 4? Karena novelnya belum ada kelanjutannya. Diriku masih menunggu dan penasaran sih." tanya Senkora sambil menatap dalam ke mata Tane.

"Hmm, kalau taruhannya nyawa lebih baik ninja 3 dan 4 menjauhi larangan dan mengerjakan apa yang diperintahkan." jawab Tane.

Senkora tersenyum, lalu mengarahkan pandanganya ke api unggun. Dia merenung dan terdiam cukup lama.

Tiba-tiba terdengar sebuah suara dari radio bengkel.

"Tane, ada seseorang mencarimu, namanya Alea."

"Bentar ya, Kora, aku ke bawah dulu. Kamu masih mau di sini?" tanya Tane.

"Hmm.."jawab Senkora singkat.

"Jangan lama-lama ya sendirian di sini, nanti arwah-arwah sapi kambing itu menggerogoti kamu." kata Tane sambil berlari meninggalkan rooftop.

Senkora memandang ke arah api unggun. Dia mengeluarkan sebatang rokok lalu memantiknya. Senkora merenung, teringat pada masa lalunya. Tiba-tiba ponselnya berdering, ada telepon dari Tane.

"Halo..."

"Kora, aku izin ke kota bentar ya?" kata Tane.

"Kemana?"

"Aku mau ke tempat kakakku bentar, boleh?" tanya Tane lagi.

"Sama siapa?"

"Sendiri, ini Al mau ngedate sama pacarnya. Jadi aku pergi sendiri...Hmm, kamu sibuk nggak? Kamu....mau ikut? tanya Tane dengan sedikit gugup.

"Tunggu di bawah!"

Senkora mematikan ponselnya dan berjalan menuju lift. Sesampainya di lantai bawah, dia mengganti pakaian dinas bengkel. Lalu berjalan keluar bengkel menuju parkiran. Tane sudah menunggunya.

Senkora menyalakan motornya di parkiran dan meliri Tane yang sedang mengobrok dengan Ale. Tane berpelukan dan pamit pada Al. Tane menaiki motor Senkora.

"Kora, izin dulu gak sih di radio? Tapi kali ini aku yang izin, jangan kamu." ujar Tane.

"Tidak usah." kata Senkora.

Motor itupun melaju di jalan raya menuju arah ke kota. Jalanan lumayan sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang melintas.

"Kora, aku boleh bawa motornya, gak, aku mau nabrak kuning-kuning di depan." pinta Tane sambil menunjuk pembatas jalan yang berjejer rapi di tengah jalan.

Lihat selengkapnya