Tane baru saja turun dari pesawat, dia meregangkan sedikit badan dan menghela napas panjang setelah perjalanan panjang. Dengan koper di tangan, dia melangkah cepat keluar bandara. Dia tersenyum membayangkan pertemuan dengan kekasih yang sangat ia rindukan.
Tane meraih ponselnya dan berniat meminta Senkrora untuk menjemputnya di Bandara. Namun, raut wajah Tane berubah murung saat dia menatap layar ponselnya tidak bisa berfungsi, rusak. Dengan langkah gontai, Tane keluar menuju bandara.
Dari jauh dia melihat sosok Kenzo sedang berdiri bersandar pada mobilnya. Tane berjalan mendekat.
"Kenzo?" sapa Tane
"Apa kabar, Tane ?" tanya Kenzo mengambil koper di tangan Tane, lalu menaruhnya di bagasi belakang.
"Kamu di sini sengaja jemput aku , darimana kamu tau ?" tanya Tane kebingungan sambil masuk ke dalam mobil Kenzo.
Kenzo menatap Tane yang duduk di sebelahnya. Kenzo memberi tahu Tane perihal kekhwatirannya saat Tane menelponnya kemarin. Juga perihal kegalauannya karena tiba-tiba Tane pergi tanpa berpamitan padanya.
"Hmm..maaf ya, Kenzo." ucap Tane dengan perasaan kurang enak. Dia melirik Kenzo sebentar, beragam spekulai tiba-tiba saja muncul di pikiran Tane.
"Oh ya, Kenzo, bisa tolong mampir ke tempat servis hp gak, ponsel ku rusak." pinta Tane. Kenzo mengangguk.
Setelah selesai memperbaiki ponselnya, Tane segera menghubungi semua keluarganya dan meminta mereka untuk mengunjungi di apartemen. Tak lupa Tane menelpon Senkora, namun ponsel Senkora belum bisa dihubungi. Akhirnya Tane meninggalkan pesan pasa kekasihnya itu bahwa dirinya sudah pulang.
Tane terus melirik ke arah Kenzo, dia merasa harus meluruskan sesuatu apa yang terjadi dengan dirinya dan Kenzo. Pagi itu terlihat cerah, mobil Kenzo berkendara melewati jalan aspal yang tak jauh dari bibir pantai.
Tane meminta Kenzo untuk meminggirkan mobilnya. Mereka berdua turun dari mobil dan berjalan menuju pantai.
"Jadi apa masalahmu kemarin, Tane?" tanya Kenzo memulai percakapan.
Tane dan Kenzo berdiri menatap pantai yang berombak cukup tenang. Pemandangan itu membuat Tane rindu pada Senkora. Rasa rindu yang sudah dia tahan sejak berada di luar negeri.
"Tane!" panggil Kenzo.
"Hmm, ya " jawab Tane tersadar dari lamunannya.
"Apa masalahmu kemarin sampai kamu menelponku sambil menangis ?" tanya Kenzo lagi sambil menatap Tane.
Tane melirik Kenzo sebentar, lalu membuang pandangannya dari mata Kenzo yang menatapnya dalam.
"Hmm, sepertinya masalahnya sudah selesai, Kenzo." jawab Tane.
"Masalah apa?" tanya Kenzo
Tane menarik napas panjang dan memberi tahu Kenzo bahwa dirinya sudah berpacaran dengan Senkora, tapi ada sedikit masalah restu dari keluarga Senkora.
"Tapi sekarang sudah baik-baik saja, karena Kora bilang dia bakal perjuangin aku." ucap Tane.
"Jadi kalian sudah berpacaran ?" tanya Kenzo lagi dengan nada kecewa.
"Iya, dan hari itu adalah hari paling bahagia dalam hidupku, dia cinta pertamaku, Kenzo. Aku bahagia banget!" kata Tane sambil berlarian di pantai.
"Jika kamu bahagia, aku juga bahagia, Tane." gumam Kenzo sambil memperhatikan Tane dari kejauhan.
***
Tane turun dari mobil Kenzo. Setelah mengucapkan terima kasih dia berjalan memasuki apartemennya. Tane kaget ketika melihat Bang Tokyo telah menunggunya di depan pintu.
"Adeekkk!!"sapa Tokyo sambil memeluk Tane.
"Bang Tok, adek kangen!" Tane membalas pelukan Tokyo.
"Abang sendiri, mana yang lain ?" tanya Tane.
"Ibbey dan yang lain lagi kondangan atau kita susul aja gimana?""tanya Tokyo.
"Kondangan, mauuu! Adek ganti baju dulu kalau gitu!"
Tane masuk ke apartemen dan segera berganti pakaiannya. Dia terlihat cantik dengan dress hitam mini yang membalut tubuhnya. Sementara itu rambutnya dia biarkan terurai. Tane dan Tokyo bergegas masuk ke mobil dinas polisi milik Tokyo.
Tiba-tiba ponsel Tane bergetar, ada pesan masuk dari Hanabi yang menanyakan keberadaannya.
"Aku lagi kondangan dulu kak." jawab Tane mengirimkan pesan pada Hanabi.
Mereka akhirnya sampai di lokasi pesta kondangan. Di pintu masuk terlihat foto kedua mempelai. Tane mendekati foto itu dan melihatnya sambil tersenyum. Dia lalu mengeluarkan ponselnya dan memotret foto mempelai. Lalu mengirimkan foto itu pada Senkora.
Tane lalu berpose cantik, dia mengambil potret dirinya, lalu mengirimkannya pada Senkora. Tak lupa dia meninggalkan pesan.
"Aku lagi kondangan." tulisnya.
Tane dan Tokyo memasuki area pesta. Musik romantis terdengar merdu memenuhi area pesta. Di altar, sedang terlihat kedua pengantin sedang mengikat janji.
Tiba-tiba ponsel Tane berbunyi. Dia melirik layar ponselnya dan tersenyum sumringah karena ada panggilan masuk dari Senkora. Tane berlari kecil keluar dari area pesta sambil mengangkat telepon.
"Sayang... !" panggil Tane di telpon.
"Iya, kau kapan sampai ?" tanya Senkora.
"Baru aja, tadi aku dijemput Kenzo di bandara, terus bang Tok ngajak kondangan, ada kak Ibbey, Bang Vero dan Gea juga." tutur Tane.
"Kenzo ?" tanya Senkora
Tane menggigit bibir bawahnya dan buru-buru mengalihkan pembicaraan.
"Sayang, aku kangeeeeen banget!!!" teriak Tane.
"Hmm, iya sama. Nanti kalau sudah selesai kondangannya kabari ya, nanti kujemput."ucap Senkora.
"Kamu kangen aku juga?" goda Tane
"Hmm, tentu." jawab Senkora singkat.
"Kalau gitu boleh gak nanti minta peluknya 12 kali?" tanya Tane dengan manja.
"Boleh sayang." jawab Senkora lembut. Tane salting mendengar suara Senkora.
"Ya udah, sampai ketemu nanti ya. Atapuuu." kata Tane.
"Hmm, atapu more." balas Senkora
"Ya udah, dadah pacarku!" kata Tane.
"Dadah pacarku!" jawab Senkora sambil memutuskan panggilan.
Tane makin salting, dia berlari-lari sambil menonjok angin dan berteriak nama Senkora.
***
Senkora mengerutkan dahinya setelah menelpon Tane. Nama Kenzo sangat menganggu pikirannya. Apalagi dulu gara-gara Kenzo hubungannya dengan Tane sempat terganggu. Senkora menatap layar ponselnya. Hatinya merasa sangat tidak senang. Dia akhirnya meminta nomor telepon Kenzo kepada Vero. Tanpa ragu, Senkora langsung menghubungi Kenzo dan memintanya untuk bertemu.
Senkora mengendarai mobilnya menuju lokasi yang dikirimkan Kenzo padanya. Perasaannya dongkol, kesal dan marah. Apalagi mengingat Kenzo pernah membuat hubungannya dengan Tane sedikit terganggu.
Hanya beberapa menit, Senkora sampai di tujuan. Dia melihat Kenzo berdiri di depan sebuah bangunan kosong yang tak jauh dari pantai. Senkora turun sambil menarik napas dalam-dalam. Dia lalu mengeluarkan bungkusan rokok dari saku celananya, mengambil sebatang rokok, lalu menyalakannya, menghisapnya kemudian menghembuskannya perlahan.
Senkora menghampiri Kenzo.
"Kenzo Katahiro, benar ?" sapa Senkora.
"Iya, ada Senkora?" tanya Kenzo.
"Sebelumnya dirimu tahu siapa aku kan?" tanya Senkora balik.
"Iya, dirimu mekanik bengkel Banditto." jawab Senkora.
"Hmm, dan diriku banyak mendengar tentangmu dari Tane. Sedekat apa hubungan kalian?" tanya Senkora melirik Kenzo..
Kenzo diam sejenak, lalu dia mengingat pembicaraanya dengan Tane tadi pagi. Dia ingat kalau Tane sudah resmi berpacaran dengan Senkora.
"Kami hanya sahabat." jawab Kenzo.
"Sahabat....begini Kenzo, diriku tidak mempersalahkan Tane berteman dengan siapapun, tapi karena dia susah menjadi wanitaku, bukankah diriku berhak melindunginya bukan ?" ucap Senkora sambil menghembuskan asap rokok.
"Iya.." jawab Kenzo.
"Diriku tidak mengancam, hanya memperingatimu saja. Jikalau kau berani macam-macam, apalagi menyentuh Tane sedikit saja, diriku tidak akan segan Kenzo, siapapun dan dari manapun dirimu."kata Senkora melirik Kenzo.
Kenzo mengangguk perlahan.
"Diriku berterima kasih jika memang kau banyak membantu Tane, tapi perlu kau ingat, Kenzo, jangan lewati batasanmu!"
Senkora lalu pergi dari sana dengan perasaan sedikit lega. Dia berkendara menuju bengkel. Di perjalanan dia teringat perkataan adam bahwa sebuah status bisa mengendalikan kita untuk mengambil tindakan.
Senkora sampai di bengkel. Terlihat banyak mobil terparkir di sana. Tapi pintu bengkel masih belum buka. Senkora masuk melalui pintu ruangan resepsionis. Dia bertemu Hanabi yang terlihat buru-buru.
"Kau mau kemana ?" tanya Senkora.
"Jemput Tane, mobilnya kecelakaan menuju ke sini." jawab Hanabi
"Kecelakaan?" tanya Senkora terkejut.
"Dia tidak apa-apa, kau langsung ke atas saja, Sen, ada bos dan sensei. Tane biar diriku yang urus." kata Hanabi berlalu meninggalkan Senkora yang sedikit kebingungan.
Senkora berjalan menuju lantai atas sambil terus menghubungi ponsel Tane, tapi tidak tersambung. Sesampainya si atas dia melihat semua orang berkumpul. Terlihat ada Hayabusa dan Don Gogo berdiri di depan semuanya.
***
Tane keluar dari mobilnya dengan sedikit pincang. Kap mobilnya sedikit pecah sehabis menabrak tembok pembatas jalan. Sebelumnya dia lagi berkumpul dengan keluarganya di apartemen, tetapi ada panggilan dari non Aya yang menyuruhnya ke bengkel. Karena melajukan mobil sedikit kencang, Tane kehilangan kendali dan menabrak pembatas jalan. Di waktu yang sama, Hanabi menelponnya.
Tane berjalan pelan menyusuri jalanan aspal sambil meringis menahan sakit di kakinya. Dia berkali-kali berusaha menyalakan ponselnya, namun ponselnya mati lagi. Beruntung saat Hanabi menelpon, ponselnya bisa nyala untuk beberapa saat.
Sebuah mobil mendekat dan berhenti di dekat Tane. Terlihat seorang wanita bermata sendu turun dari mobil, Hanabi.
"Kau tak apa, Nona ?" tanya Hanabi memperhatikan Tane dari ujung kepala sampai ke kaki. Ada sedikit goresan luka di kening Tane.
"Masuklah!" kata Hanabi.
Tane masuk ke mobil dan duduk di sebelah Hanabi. Hanabi lalu mengambil plester dari darshboard mobil. Dia membukanya dan menempelkan plester itu pada luka di kening Tane.
"Kau perlu ke rumah sakit?" tanya Hanabi sambil membenarkan posisi plester di kening Tane.
"Tidak, tak usah, Kak." jawab Tane sambil menatap haru pada Hanabi.
"Ya sudah." jawab Hanabi mulai berkendara.
"Nanti sampai bengkel, dirimu langsung ganti baju bengkel, bilang dirimu habis mekanik keliling." kata Hanabi.
"Oh iya, ada Sensei di bengkel, jangan jauh-jauh dariku atau non Aya, ya.!" tambah Hanabi.
"Sensei ?" tanya Tane mengerutkan dahinya.
"Ayahku!" jawab Hanabi singkat.
Deg. Jantung Tane seperti berhenti berdetak, lalu dia teringat tentang cerita yang pernah disampaikan Senkora padanya.
"Ayah yang membunuh kedua anaknya karena wanita..." bisik hati Tane.
"Mobilmu gimana, Nona?" tanya Hanabi
"Oh itu, aku udah minta tolong keponakanku, Kak." jawab Tane tersadar dari lamunannya.
***
Sementara itu suasana di lantai dua bengkel terlihat sedikit menegangkan. Don Gogo, pemilik owner bengkel tampak sedang menatar beberapa karyawan yang terlibat cinta lokasi di tempat kerja. Senkora ada di barisan paling ujung. Sementata itu Hayabusa terus menatap tajam ke arahnya.
Don Gogo sedang berbicara pada Adam yang memiliki hubungan spesial dengan Jedelin. Sementara itu Senkora yang berdiri di samping Adam merasa sedikit gugup dan cemas. Pikirannya tertuju pada Tane yang belum juga hadir.
"Giliran kau, Sen, mana pacarmu ?" tanya Don Gogo melirik Senkora.
"Hmm, sebentar bos." jawab Senkora mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
"Nah itu dia." ujar beberapa orang yang melihat Tane datang. Senkora kembali menyimpan ponselnya dan melirik Tane.
"Maju ke depan Tane, di samping Senkora!" perintah non Aya.
Tane berjalan perlahan maju ke depan dan berdiri di samping Senkora. Senkora melirik Hayabusa yang sedang menatap Tane dengan tatapan tajam.
"Perkenal dirimu!" suruh Don Gogo sambil menatap Tane.
Situasi ketika menjadi hening. Tane gugup dan merasakan jantungnya berdebar-debar saat di pandang oleh semua mata di ruangan itu.
"Hmm, nama saya Jir Lah Matane Ashford, panggilannya Tane." ucap Tane sedikit gugup.
"Tane, sebelumnya mungkin dirimu belum pernah bertemu diriku, diriku pemilik bengkel ini. Sebelumnya kenapa dirimu terlambat?" tanya Don Gogo
"Hmm, oh iya, maaf Sir. Tadi saya kecelakaan sedikit." jawab Tane tertunduk.
Senkora yang berdiri di samping Tane ikut merasa deg degan.
"Sudah berapa lama dirimu bekerja di sini ?" lanjut Don Gogo
"Hmm dua minggu, Sir." jawab Tane.
"Dirimu sudah punya pacar ?"
"Sudah." jawab Tane
"Siapa?"
Tane terdiam. Sementara itu Hayabusa terus-terusan menatap Tane dengan tajam. Senkora cuma bisa terdiam.
"Halah..jawab Senkora aja susah amat, kita gak gigit!" celetuk salah satu pegawai bengkel.
"Hmm, iya, Senkora, Sir." jawab Tane sambil melirik Senkora.
"Kenapa harus Senkora?" tanya Don Gogo
"Karena ganteng, Sir, hmm baik juga." jawab Tane.
Don Gogo lalu mengeluarkan pistolnya, memainkan pistol itu di tangannya.
"Jadi dirimu di sini mau kerja atau pacaran ?" tanya Don Gogo
Senkora sedikit panik, dia lalu mendekatkan langkahnya ke Tane, tapi di halang oleh Hayabusa.
"Kerja, Sir." jawab Tane dengan nada sedikit ketakukan.
"Kalau ketahuan pacaran ?"
"Hmm..boleh ditegur, Sir." jawab Tane.
Don Gogo menyimpan kembali pistolnya, lalu menatap Senkora.
"Senkora, kenapa kamu pilih dia ? Setahu diriku dirimu tidak pernah dekat dengan wanita manapun, dan sepertinya ini baru pertama kali bagimu. Sedikit kaget seorang Senkora punya pacar." tutur Don Gogo.
"Karena Tane diriku bisa merasakan apa yang kurasakan dan...Tane membuat hidupku lebih berwarna." jawab Senkora.
Seketika suasana menjadi riuh mendengarkan jawaban Senkora. Sementara itu Tane memejamkan mata karena menahan malu.
"Ya sudah. Untuk kalian semuanya, khusus yang berpacaran, diriku tidak melarang tapi dahulukan pekerjaan kalian. Jangan sampai pekerjaan keteteran karena sibuk pacaran. Ya sudah kembali bekerja. " kata Don Gogo
Semuanya bubar. Tane turun dari lantai 2 dan bergegas ke toilet. Tekanan yang baru saja dia rasakan membuat pencernaannya sedikit terganggu.
Senkora mengikuti Tane. Dia lalu berdiri di depan toilet menunggu Tane. Tiba-tiba terdengar di radio bengkel kalau non Aya menyuruh Tane untuk ke ruangannya.
"Sebentar, Tane lagi di toilet " kata Senkora membalas radio non Aya.
Tane keluar dari toilet dengan kaki sedikit pincang dan itu membuat Senkora khawatir.
"Tane, kau tak apa kah?" tanya Senkora memandang Tane dan memperhatikan ada plester di dahi Tane.
"Nggak papa, Kora." jawab Tane
"Kau yakin ?" tanya Senkora.
Tane mengangguk.
"Ya sudah, ayo ke atas di panggil non Aya." kata Senkora.
Tane dan Senkora berjalan ke lantai atas menuju ruangan non Aya. Saat sampai di depan pintu, ternyata ada Hayabusa di sana. Tane masuk ke dalam ruangan diikuti oleh Hayabusa. Sementara Senkora sendiri tidak mendapatkan izin memasuki ruangan non Aya. Senkora berdiri di depan pintu dengan suasana hati agak cemas.
Senkora menguping. Sayup-sayup dia mendengar bahwa non Aya menaikkan jabatan Tane. Non Aya juga menjelaskan peraturan baru dan besaran gaji yang didapatkan setelah naik jabatan.
Pintu terbuka, non Aya keluar. Senkora buru-buru masuk ke dalam dan menyaksikann kalai Hayabusa sedang bertatapan dengan Tane.
"Keluar, Senkora!" pinta Hayabusa
"Tidak mau!" jawab Senkora.
Tane menatap Senkora dan Hayabusa bergantian, dirinya merasa canggung berada dalam situasi itu. Senkora lalu mengenalkan Hayabusa pada Tane.
"Ini ayahku." ujar Senkora.
"Hmm, halo, Sir, saya Tane pacarnya Senkora." kata Tane dengan gugup.
"Minta nomormu!" kata Hayabusa pada Tane.
Tane sempat melirik Senkora sebentar lalu memberikan nomornya pada Hayabusa.
"Lain kali kita bicara." kata Hayabusa pergi meninggalkan ruangan itu.
Senkora menatap Tane, lalu memeluk wanitanya itu sebentar.
"Selamat ya atas jabatan barunya." kata Senkora.
"Hmm iya..Kora, aku izin bentar ya, mau perbaikin hp, beli radio dan ini..kakiku sakit." kata Tane.
"Ya udah, kuantar ya." ucap Senkora.
"Hmm gak usah, aku dijemput Gea. Tadi aku minta tolong Gea buat perbaikin mobilku, dan itu Gea udah nunggu di bawah." kata Tane.
"Ya sudah, ayo!"
Senkora lalu menggendong Tane dan keluar dari ruangan.
"Eh, Kora, Kora jangan, turunin aku, ini di bengkel, Kora!" bisik Tane ke telinga Senkora
"Tak apa, kakimu sakit." jawab Senkora.
Senkora menggendong Tane turun dan mengambil jalan keluar dari pintu resepsionis. Di pinggir jalan, terlihat Gea sudah menunggu di dalam mobil.
"Hati-hati ya, Gea!" kata Senkora sambil mendudukkan Tane di kursi mobil.
"Iya, Uncle." jawab Gea.
***
Setelah memperbaiki ponsel dan membeli radio, Tane menghubungi Ibbey.
"Halo, Kak Ibbey, adek lagi sama Gea nih. Oh iya, adek naik jabatan, kak Ibbey..!" teriak Tane di telpon.
"Wah selamat sayang, nanti kakak kasih hadiah ya!" kata Ibbey