Keesokan harinya keadaan sudah kembali seperti biasanya. Rama dan Shinta setelah selesai sarapan langsung berpamitan dengan Ibunya. Emma pun melakukan pekerjaan rutinnya yaitu membersihkan meja dan mencuci piring kotor.
Setelah selesai dengan pekerjaannya Emma merasa lapar dia pun ingin sarapan. Namun, dilihatnya tidak ada sedikit pun makanan yang tersisa. Semua sudah habis dimakan Rama dan Shinta. Emma hanya meminum air putih sebanyak tiga gelas, menurutnya, itu cukup untuk membuat perutnya terasa kenyang – kembung lebih tepatnya.
Pamannya telah berangkat kerja. Dan yang tersisa di rumah itu hanya dirinya dan Bibi Eli. Setelah lulus SMA beberapa minggu yang lalu dia belum mendaftar ke Universitas mana pun – sementara teman-temannya sedang sibuk tes ke sana kemari.
Hari itu Emma memutuskan untuk mengatakan pada Bibinya mengenai rencananya. Terlihat Bibinya sedang duduk di sofa sambil menonton acara favoritenya yaitu gosip-gosip selebriti. Lalu, Emma menghampirinya dan duduk di bawah sofa di depan Bibinya seperti sedang bersimpuh. Emma memulai pembicaraan dengan Bibinya. Bibi Eli memasang wajah yang masam tidak ada senyum di wajahnya sama sekali bahkan saat Emma sudah mulai bercerita dia tetap tak bergeming.
Emma berharap ada jawaban dari Bibinya. Namun, sayang perkataannya tidak di gubris sedikit pun. Emma kemudian mengencangkan suaranya dan membuat Bibinya itu terkejut lalu dengan mata melotot memandangi Emma. Emma sangat takut sampai tangannya gemetaran. Selanjutnya kata-kata yang keluar dari mulutnya sudah tak beraturan.