Naila sudah tahu tentang keluarga itu. Bagaimana Paman, Bibi serta kedua Kakak sepupunya Rama dan Shinta memperlakukan Emma dengan semena-mena selayaknya seorang pembantu di rumah. Bukan Emma yang menceritakannya. Emma tak pernah bercerita apa-apa pada siapapun.
Dulu pernah sekali Emma tidak masuk sekolah karena sakit. Lalu sepulang sekolah Naila berniat mengunjungi rumah Emma untuk menjenguknya, tetapi, sesampainya di rumah itu dia melihat dengan mata kepalanya sendiri Emma yang sedang sakit disuruh oleh Bibinya mengepel lantai. Dengan segera Emma mengepel lantai, tetapi, lantai itu terlalu licin sehingga membuat Bibinya hampir saja terpeleset. Langsung saja dia memaki-maki Emma. Naila yang memperhatikan dari kaca jendela di teras depan rumah lantas segera pergi bahkan sebelum bertemu dengan Emma.
Keesokan harinya saat Emma masuk sekolah Naila menanyakan kejadian yang dilihatnya kemarin. Awalnya, Emma membantahnya. Namun, Naila terus saja mendesak Emma seraya menunjukkan rekaman video tersebut. Naila memang sempat merekamnya sebentar sebelum pergi meninggalkan rumah itu. Lalu dengan terpaksa Emma menceritakan semua kepada sahabatnya itu sambil terisak-isak saat mereka berada di halaman belakang sekolah. Dari situlah, akhirnya Naila mengetahui betapa kejamnya Paman, Bibi serta kedua Kakak sepupu Emma.
“Tapi Nai, mungkin lebih tepatnya mereka tidak mengizinkan aku karena nanti tidak akan ada yang membersihkan rumah itu lagi. Kamu tahu tidak Mbok Jum pembantu rumah itu di pecat saat aku berusia enam tahun. Dan akulah yang seolah menggantikan posisinya di rumah itu.”