Setiap hari Emma menyempatkan diri untuk Shalat Istikharah memohon petunjuk dari-Nya. Tibalah di hari Jumat. Semua sudah bersiap untuk berangkat ke airport. Paman Edi hari itu mengambil cuti agar bisa pergi. Semuanya pergi meninggalkan Emma di rumah sendirian. Di tunggunya selama satu jam untuk memastikan mereka semua benar-benar pergi. Lalu di kuncinya pintu rumah dari dalam.
“Ya, inilah saat yang tepat buatku. Tidak ada seorang pun di rumah. Aku harus memeriksa kamar Paman dan Bibi dulu sebelumnya. Barangkali ada sesuatu yang bisa aku temukan di sana.”
Sesampainya di depan kamar Paman dan Bibinya langsung saja dibuka pintu kamar itu. Ternyata, pintu itu terkunci. “Ya, Ampun tidak terpikirkan olehku, pastilah dia akan mengunci pintunya, dan membawa serta kuncinya itu. Aku harus bagaimana ini?” ucap Emma kebingungan.
Lalu dia mencari cara bagaimana bisa membuka pintu yang terkunci tanpa merusak pintunya. Tiba-tiba dia teringat mengapa tidak dia menggandakan kuncinya saja. Tapi, jika ingin menggandakan kunci harus ada kuncinya juga. Emma memutar otaknya.