Mereka memasuki halaman rumah dan sesampainya di teras depan rumah kontrakan Tasya mencari kunci rumah di dalam tasnya, sementara Emma duduk di kursi yang berada di depan jendela rumah itu. Tasya mencari-cari kunci itu tetapi tidak ditemukannya.
“Gawat Em.. kuncinya ngga ada,” ucap Tasya panik.
“Aa-ppa? Ngga ada gimana maksud kamu? Hilang?,” balas Emma ikut panik.
Emma terbangun dari kursinya dan menghampiri teman serumahnya itu.
“Coba kamu keluarkan semua isi tasmu. Taruh di meja. Kita periksa pelan-pelan.”
Tasya mengikuti saran temannya, dikeluarkan semua isi tasnya ke atas meja. Lalu dilihat isi tasnya. Tas yang digunakan terbuat dari karung goni. Karung goni adalah tas wajib selama masa OSPEK. Karena menggunakan karung goni tentu tidak ada begitu banyak tempat di dalamnya. Karung yang sudah berbentuk tas itu di bolak balik olehnya. Secara bergiliran Tasya dan Emma memperhatikan tas itu.
“Coba kamu ingat-ingat lagi. Apakah terjatuh atau tidak. Soalnya pas kita naro tas di lapangan, semua tas di situ kan di tumpuk-tumpuk dengan punya anak-anak yang lain. Barangkali tersenggol lalu terjatuh di sana.”
“Benar juga kamu Em. Soalnya tadi pagi aku ingat sekali memasukkan kunci itu ke dalam tas ini. Dan aku lupa memasukkannya ke dalam tempat pensil supaya tidak berceceran ke mana-mana. Kunci itu aku beri gantungan boneka kecil.”