Kejadian kemarin siang membuat aku merasa tidak enak dengan Kak Ahsan. Begitu pula saat aku tahu laki laki yang menolongku waktu itu saat aku jatuh dari sepeda ternyata Kak Ahsan. Pantas, dia begitu mengkhawatirkan aku saat aku dibentak oleh Sesha dan Olivia di depan tempat les waktu itu. Tapi, apa yang membuat dia sangat khawatir dan peduli kepada ku?
"Ihhh pasti kerjaannya si Arsyad nih. mau nya apa sih tuh orang".
Suara adikku menggerutu, Aqila mengganggu aktivitas belajarku.
" Kenapa sih Qil? berisik banget Kakak mau belajar juga"
" Ihhh, nih Kak belakang buku aku dicoret coret, ditanda tanganin lagi emang dia artis apa". Tertawa aku mendengar perkataan Aqila.
" Coba liat Qil Ya ampun, sini mau di tambahin tanda tangan Kakak gak? hehe"
" Ih Kakak ikut ikut an segala".
Hari ini jadwal kursur ku libur. Ku gowes pedal sepedaku melaju ke sekolah adikku.
Aku parkirkan sepedaku tepat di depanku dan aku duduk di halte sekolah adikku. Aku menyebutnya halte karena tempat duduk itu seperti tempat duduk untuk menunggu bus datang. Sembari menunggu adikku keluar kelas, aku membuka ponsel ku untuk murojaah hafalan surah ku.
Saat aku sedang melihat ke arah gerbang untuk memastikan gerbang sudah dibuka tanda murid boleh pulang aku melihat seseorang yang tampaknya ku kenal. Bukankah itu Kak Ahsan?. Aku pun memberanikan diri untuk menghampirinya walaupun rasa tidak enak masih aku rasakan. Ah tidak apa lah bilang saja aku ingin meminta maaf soal kejadian kemarin.
" Assalamualaikum Kak Ahsan?"
" Waalaikumsalam, Zahra? kok bisa ada disini?"
" Aku mau jemput adik aku Kak. Kakak sendiri kok bisa disini juga?"
" Gue disini juga mau jemput adik gue. Bentar bentar jadi adik gue sama adik Zahra satu sekolah?"