The President

Shabrina Farha Nisa
Chapter #5

Kenapa Ibu yang Menjadi Presiden?

Malam harinya, 30 Desember 2039, Youtube Presiden

"Ini saya lagi heran banget yang seheran-herannya, tren-tren perselingkuhan ini kenapa menyeruak kembali ya? Menyoal hal itu, salah satu sebab utama yang mungkin ada dari kasus-kasus perselingkuhan adalah adanya gamon alias gagal move on dari pelaku. Makanya dia gak atau belum bisa benar-benar terikat dengan pasangannya yang sekarang. Dan makanya, kalau kamu belum bisa benar-benar move on dari mantan-mantanmu yang sebelumnya, jangan menikah dulu. Karena risiko-risiko kegoyahannya rentan sekali. Sembuhin diri kita dulu, tenangin diri kita, terima diri dan juga kenyataan-kenyataan tersebut dengan apa adanya.

"Kalau memang mantan kita gak bisa menjelaskan tentang kenapa diri kita diputusin, ya udah terima aja, jangan maksa-maksa dan mengejar-ngejar penjelasan. Makin sakit kita nantinya. Temuin dan nikmatin dulu diri kita yang sekarang lagi single ini. Trus kalau misalkan kita udah sembuh dan pulih dari luka-luka hati itu, kenali lagi benar-benar diri kita dan calon kita ini. Tentang apa iya orang ini bisa sejalan, sevisi, dan semisi denganku gak nih?? Trus jangan juga menikah hanya karena menurut orang lain, sahabat, atau bahkan ortu kita sendiri yang bilang bahwa umur kita itu adalah angka yang paling cantik dan ranum untuk menikah. Yah elah dah, dia kata manusia itu kayak buah yang mesti segera 'dipanen', dan yang kalau enggak segera 'dipanen', akan segera membusuk dan gak ada gunanya lagi??

"Ya Allah, Bu, Pak, tolong singkirkan segera pikiran-pikiran yang superprimitif seperti itu. Kita tidak sedang dalam darurat miskin jumlah penduduk maupun kegentingan yang sangat untuk bisa membludakkan jumlah penduduk kita. Malahan, makin ke sini, sebagai calon-calon orang tua, harusnya kita bisa berpikir dengan lebih cerdas dan mendalam lagi, apakah anak-anak dan keturunan-keturunan yang kita hasilkan kelak, bisa benar-benar bermanfaat untuk bumi, sesama, dan alam semesta?? Atau malahan akan menjadi beban dan masalah untuk bumi ini, negara ini, dan bangsa ini, gara-gara tidak cukup sehat, baik, dan berkualitasnya generasi-generasi yang dihasilkan. Selamat malam." 

1 Januari 2040, Istana Negara 

"Jadi, buat podcast presiden nanti malam kamu bakal ngasih apa, Yang??" tanya Angga, suaminya. 

"Ooh buat itu nanti ..., 'Hendaknya kamu yang beriman ...,' hahahahaah, ya enggaklah, Yang, emangnya aku lagi khotbah jumat, hehehee."

"Ya elaah, Yaaang, Yang. Serius dong. Aku cium juga nih! hehehee ...." 

"Ya udah nih cium aja. Mau dong dicium sama suami ganteng. Mmmmwwah!!" 

"Ahahahahaaah!" suami hanya tertawa lebar. Sangat-sangat lebar sampai-sampai keceriaannya masih bisa dipake loh sampe esok hari, hehee. 

"Ah yang serius dong, Yang. Jadi, apa nih pesen-pesen kamu?" kejar suaminya lagi. 

"Hmm, kalo aku sih tadi sesuai dengan yang kamu usulin, Yang: 'Jangan suka ngerebut dan main kotor dalam ngambil ataupun ngerampas hak-hak orang lain. Ya itu bisa jadi apa aja kan? Terutama soal ngerebut pasangan orang lain yang udah sah sebagai suami istri, cckckckk, luar biasa kan itu dosanya kalo nggak ditaubatin. Ya nggak, Yang? Yaang?? Yaaang???" 

"Akh udah ngorok kali dia! Kirain ngedengerin gue dari tadi. Hiiih!!" keluh sang istri kepada suaminya, alias kepada si bapak negara. 

"Klik!" lampu tidur dimatikan. 

Esok paginya 

"Morning, Beb," ujar Angga sambil menyiapkan roti dan susu untuk istrinya tercinta itu.

"Morning, Sayang," Dinda pun mengecup pipi merah suaminya yang habis berolahraga itu. 

Lihat selengkapnya