Monday, February 1, 2016
Setelah memutuskan untuk menikah tiga bulan yang lalu, rutinitasku berubah 180 derajat. Biasanya bangun jam 8, mandi, dress up, sarapan seadanya—kalau nggak ada ya, nggak sarapan, lalu berangkat kerja jam 8.30.
Sekarang, bangun jam 7—kalau bisa lebih pagi lebih baik karena sering terhambat manjanya suami, siapin sarapan buat Alex, siapin baju buat Alex, bangunin Alex, mandi, dress up, bangunin Alex lagi—karena biasanya dia nggak akan bangun di panggilan pertama, sarapan bareng Alex, pergi kerja.
Aku yang dulu kemana-mana menyetir sendiri pun sejak menikah—atau lebih tepatnya sejak berpacaran dengan Alex—selalu disupirin Alex. Mungkin sekarang aku juga sudah lupa mana pedal gas dan rem. Maaf agak berlebihan. Tapi memang suamiku ini adalah tipe dependable husband—nggak keberatan nganter istrinya pagi-pagi sebelum dia ke café-nya dan jemput istrinya jam berapapun diminta—jika tidak ada lagi yang perlu dikerjakan di butikku.
Jam 7 malam tadi aku masih di butik berkutat dengan laptop yang berhiaskan puluhan e-mail yang berteriak minta dicek satu per satu—lagi musim kawin kali ya, sampai semua e-mail yang masuk isinya mau fitting baju pengantin dan minta pricelist harga baju pengantin.
Masuk sebuah BBM. Sudah bisa kutebak siapa—mengingat aku belum mengabarinya akan pulang jam berapa.
Alex Ganendra Pratama
· Belum mau pulang?
Aku sudah bisa membayangkan muka datarnya waktu ngomong begitu. My ‘flatty’ husband.
Diandra Pratama
R Mau banget sayang...tapi sebentar lagi ya
R Kamu jalan dari rumah setengah jam lagi ya..