Saya berutang pada setiap orang yang telah mengalirkan nikmat Tuhan sampai pada saya. Di antara mereka, tentu saja, adalah kedua orangtua saya, guru-guru, karib kerabat dan handai taulan.
Terkadang saya berpikir, bagaimana membalas kebaikan mereka itu. Biasanya, orang Islam mengucapkan terima kasih dengan mendoakan: “Jazâkumullâh khairan katsîran” Semoga Allah membalas dengan kebaikan berlipat ganda. Umat Islam menyerahkannya pada Allah. Biar Tuhan saja yang membalasnya.
Saya diajarkan doa lain oleh Bapak saya. Warisan dari khazanah keilmuan keluarga Nabi Saw. Bunyinya begini: Juzîtum ‘anni khairan. Singkat saja tapi artinya panjang. Artinya: “Semoga Allah memberi saya kemampuan untuk membalas kebaikan yang telah Anda lakukan.” Lebih bermakna. Kita tidak hanya menyerahkannya pada Tuhan. Kita bermohon agar Allah memberi kita kemampuan untuk membalas budi baik itu. Dengan yang setimpal, atau bahkan jauh lebih baik lagi.
Dan terlalu banyak orang yang telah berbuat baik pada saya. Itulah yang sebetulnya mendorong saya menerbitkan buku. Meskipun banyak menulis, saya belum berani menerbitkannya. Bukan karena Bapak saya (Jalaluddin Rakhmat) seorang penulis produktif, lantas saya minder untuk mempunyai karya. Tetapi lebih karena ta’zhiman pada bentuk perkhidmatan yang saya mampu sekarang ini. Saya membantu menerbitkan buku Bapak dengan mentranskrip ceramahnya (yang ribuan), mengedit hasil jadinya, dan memilahnya menjadi buku utuh tersendiri. Di tengah kesibukan Bapak, saya bersyukur mampu sedikit membantu mengkristalkan pemikirannya.