" Sean "
Setengah teriak Dedew menggedor tidak sabar pada pintu kamar Sean. Sean yang masih tidur, kini harus terbangun dari mimpinya mendengar gedoran tersebut.
Suara Dedew. Pekak dan bising.
Beranjak malas dari tempat tidurnya dengan rambut panjang yang masih teracak-acak, ia mengambil semprotan densifektan, alat tembak termometer dari laci nakas samping tempat tidurnya.
"Sean.." sebut Dedew. Kali ini terdengar sudah berteriak 8 Oktaf. Bukannya mempercepat langkahnya, Sean malah bergerak layak siput menuju pintu.
"Jauh satu meter dari Pintu" peringat Sean sebelum membuka pintu.
Dedew menjulingkan matanya ke atas. Kalau berteman dengan Sean lebih banyak aturan soal kebersihan, karena Sean selalu takut kotor, takut kuman.
Semenjak Pandemic Corona, aturan Sean menjadi lebih ketat.
"Gue udah jauh satu meter nih" jawab Dedew kemudian.
kreetttttt ...
Pintu terbuka.
Sean memindai Dedew. Memastikan penampilan Dedew, tidak terlihat kotor ataupun membawa virus Covid19.
"Tetap berdiri di situ" peringat Sean lagi. Dedew yang awalnya melangkahkan satu kaki, terpaksa harus menarik mundur langkahnya.
Sean mengarahkan infrared tembakan termometernya tepat di dahi Dedew.
"Segini banget sih lu" protes Dedew namun tetap patuh berdiri.
"36,8 derajat " baca Sean kemudian. Dedew aman. Dedew maju sudah tidak sabar ingin menggunakan laptop Sean.
"Tunggu sebelum masuk, loe di semprot dulu" Peringat Sean menghentikan. Dedew tidak berani bergerak, hanya mengikuti instruksi.
Sean bergerak mengitari Dedew, menyemprok densifektan dari ujung kepala sampai ujung kaki telanjangnya.
" Boleh masuk. Jaga Jarak tetap 1 meter dari gue . Oke" peringat Sean membuka pintu lebar kemudian.
Dedew melangkahkan kakinya masuk ke kamar Sean, seperti biasa kamar Sean bersih, rapi, wangi, kurang lebih mirip hotel kelas bintang lima. Kamar anak orang kaya.
Mata Dedew berhenti kagum, mengingat tujuannya kemari dan langsung menuju Laptop yang berada di atas meja.
"Gue Pinjam bentar mau online lihat tugas dari Pak Kumis" seru Dedew terlihat berburu-buru.
Sean menyipit matanya. Lebih dulu merebut laptopnya di atas meja.
"Masa Pandemic gini, nggak boleh sentuh sembarangan barang milik orang lain" cegah Sean. Memberi batasan. Menjauh 1 meter kemudian.
Dedew mengerut keningnya, mengumpat dalam hatinya, menelan ludahnya jatuh ke dasar. Kesal sedikit. Tapi hari ini, Dedew perlu tau tugas kelompok.