The Protector : Virtual Break

Sunny Funny
Chapter #1

Sebuah Harapan

Menurut sebagian orang mungkin virtual tidak pernah berarti apa-apa, tapi untukku itu adalah sesuatu yang lain. Bertemu dengannya adalah harapan yang tidak pernah aku impikan sebelumnya, Ia memberi warna dari kehidupanku yang terlalu abu-abu dan tidak pernah terlihat.  


Aku masih ingat bagaimana kami bertemu waktu itu di tanggal 12 Desember di malam hari. Saat itu sedang gerimis, matanya bersinar ia tersenyum sempurna, tidak berkata bagaimana cantiknya wajahku atau indahnya rupaku. Iya meski Kenyataannya memang aku tidak begitu Aku adalah bagian dari wanita-wanita biasa saja yang tidak memiliki kecantikan yang akan membuat setiap mata lelaki mengatakan aku mempesona. Aku biasa saja. Tapi di sini bukan hal itu yang dibahas bukan tentang kecantikan atau mempesona dan terpesona. Ada sebuah kata yang membuatku merasa takjub satu kata yang tampak sederhana tapi menyimpan cukup banyak arti untuk aku. 


Katanya," dimana kamu membeli kacamata itu aku ingin tampil sepertimu." kalimat itu mungkin merupakan bagian dari kalimat yang terkesan biasa saja untuk sebagian orang, Tapi percayalah terkadang kalimat biasa itu bisa menjadi sesuatu yang sangat berharga untuk seseorang yang mungkin tidak kamu ketahui.  Tapi bagiku untuk pertama kalinya kalimat sederhana itu membuatku merasa ada. Aku yang menjadi bagian dari orang-orang yang tidak terlihat ini, rasa untuk pertama kalinya dilihat dengan apa adanya diriku. Seseorang ingin sepertiku, rasanya ternyata sangat menakjubkan. Saat itu aku terdiam masih merasa takjub lalu senyumnya menghilang ia kembali berkata padaku. "Sungguh, Aku ingin seperti itu Aku ingin kacamata itu di mana kamu membelinya? Aku rasa aku akan cocok dengan gaya-gaya sepertimu." begitu katanya. "Aku sudah sangat bosan dengan penampilanku, rasanya aku ingin mencekik diriku sendiri karena penampilanku ini."


Lalu aku menatapnya di layar komputer memperhatikan setiap jengkal penampilannya yang ternyata di atas standar. Dia nampak gagah, dia nampak berani dengan mata yang penuh keteduhan dan rasa gembira. Sesaat rasa menakjubkan itu berubah menjadi sedikit rasa kecewa, apa dia hanya mengejekku? 


Ia kembali berucap padaku."Kau benar-benar tidak ingin memberitahukannya padaku?"


Saat itu hanya ada rasa kecewa yang merenung batinku aku berucap dengan nada ketus. "Jangan mengejekku. Aku tahu penampilanku tidak lebih baik dari orang kebanyakan, kau bisa mengakhiri saluran ini tanpa harus mengejekku bukan."

Lihat selengkapnya