The Psycho Girl

Yui Nanase
Chapter #1

The First Part

Malam terlihat begitu gelap, awan hadir tanpa para bintang, hanya rembulan yang hadir nun jauh disana dengan sinar yang temaram.

Seorang gadis tampak berjalan dengan cepat, raut wajahnya terlihat begitu panik. Hari sudah pukul 1, tidak sepatutnya ia berjalan seorang diri di jalanan yang sepi seperti ini. Saking cepatnya ia berjalan, sampai tak menyadari ada sesuatu yang menghalangi di depan sana.

'Bruuk,'

Gadis itu terjatuh, dengan cepat ia bangun. Setelah membersihkan pakaian yang sedikit kotor, ia kembali berjalan. Namun tunggu, baru saja ia akan melangkahkan kakinya tiba-tiba saja ia melihat seseorang yang tengah tertidur di sisi tembok bangunan yang ada dihadapannya.

Gadis itu sedikit kesal karena orang tersebut telah membuat dirinya terjatuh. Karena penasaran, lantas ia menghampiri orang itu. Gadis itu menyadari jika orang yang ada di depannya adalah seorang lelaki berusia 40 tahunan. Lelaki itu tampak nyenyak dengan tidurnya. Sebuah terpal plastik biru sedikit menutupi tubuhnya.

"Hei Paman bangun. Mengapa kau tidur disini?. Kau tau karena kau tidur sembarangan seperti ini, kau membuatku terjatuh. Cepat minta maaf" Kata Gadis itu seraya menggoyangkan tubuh lelaki itu.

"Hei Paman. Kau tidak mendengarkan aku?" Dengan kesal gadis itu menyingkap terpal yang menutupi tubuh lelaki itu. Seketika gadis itu terkejut dengan apa yang dilihatnya. Ia menutup mulut dengan kedua tangannya dan berjalan mundur sedikit demi sedikit.

Luka sayatan yang begitu banyak, darah yang masih mengalir dengan segar, perut yang terkoyak-koyak.

Lelaki itu telah....mati.

"KYAAAAAAAAA!!!!!!"

                 *****

Seketika tempat itu menjadi ramai, banyak penduduk yang mendatangi lokasi kejadian itu. Tak selang berapa lama kemudian, dua mobil polisi tiba. Sirine yang meraung-raung membuat sebagian penduduk menoleh kearah sumber suara.

5 orang polisi segera turun dari mobil tersebut. Mereka menghampiri tempat korban ditemukan. Begitu sampai di tempat kejadian, mereka benar-benar menemukan seorang yang tewas dengan cara mengenaskan seperti laporan yang mereka terima beberapa menit yang lalu.

Seorang pemuda berumur 20 tahunan segera menghampiri salah satu gadis yang tengah ketakutan. Ia menduga jika gadis itu adalah pelapor yang menelpon tadi.

"Permisi Nona, apakah anda yang menelfon kami beberapa menit kemudian?"

Gadis itu mengangguk pelan.

"Nama saya Alvin. Siapa nama anda nona?"

"Silva, namaku Silva," Jawab Gadis bernama Silva dengan nada pelan.

"Baik Nona Silva, saya ingin anda menceritakan bagaimana anda bisa menemukan lelaki itu disini. Anda hanya perlu menceritakan secara perlahan saja. Tidak perlu takut," Jelas Alvin dengan sopan.

Silva menganggukkan kepala, lalu ia pun menceritakan kronologi dari awal hingga ia menemukan lelaki itu. Sementara itu dengan cekatan, Alvin menulis poin-poin yang menurut penting untuk penyelidikkan.

"Terimakasih nona Silva karena telah memberikan penjelasan kepada saya. Polisi kami akan mengantarkan anda kembali ke rumah. Saya ingatkan kepada anda untuk tidak keluar rumah pada tengah malam seperti ini dalam beberapa hari kedepan. Kami akan menemukan pelaku pembunuhan ini sesegera mungkin" Jelas Alvin.

Silva kembali mengangguk dan pergi setelah polisi yang dimaksud datang untuk mengantarkan Silva pulang.

"Detektif Alvin coba kemari sebentar"

Merasa dipanggil, pemuda bernama lengkap Alvino Charles segera menghampiri tempat tersebut.

"Coba lihat ini. Luka sayatan ini terlihat masih baru. Selain itu coba lihat, ada sebuah sesuatu yang tertulis disini."

Mata biru safir miliknya melihat kearah yang ditunjuk petugas forensik. Memang benar adanya, jika luka yang ada di sekujur tubuh korban terlihat masih sangat baru. Seolah-olah luka itu baru ditorehkan beberapa menit yang lalu.

Selain itu huruf yang dimaksud tadi, Alvin segera mengambil handphone miliknya dan menghidupkan lampu untuk memperjelas tulisan apa yang ada disana.

'A'

Hanya satu huruf yang tertulis. Apa maksudnya ini? Siapa dia?.

"Alvin, apakah kau sudah menemukan identitas korban kali ini?," Tanya Inspektur George seraya menghampiri Alvin.

Yang ditanya segera mengangguk dan membuka catatan miliknya.

"Korban bernama Abraham Colin, lelaki berusia 42 tahun. Ia tinggal disalah satu apartemen di daerah ini. Ia tinggal bersama istri dan kedua anaknya. Korban adalah pemilik bar bernama rabbit black yang berada beberapa blok dari sini. Selain pemilik bar, korban diketahui memiliki beberapa toko untuk menunjang kehidupan kedua putra putri mereka." Jelas Alvin dengan ringkas dan jelas.

"Lalu apa penyebab kematiannya?"Tanya George dengan serius.

"Sayatan yang diberikan secara terus menerus membuat korban mengalami kekurangan darah, selain itu tusukan tepat di jantungnya hal itu juga menyebabkan korban kesulitan bernapas. Karena disini tempat yang sepi maka tak ada orang yang melewati korban, hingga korban meninggal."

"Ah iya tugas forensik menemukan telpon genggam dan sebuah kunci dengan motif aneh di dalam saku celana korban. Namun setelah kami memeriksa telpon genggam tersebut tidak ada yang aneh sama sekali."

"Lantas dimana dua benda itu saat ini berada?"

"Ini inspektur." kata seorang petugas seraya memberikan barang milik korban.

George menerima benda tersebut dan segera memeriksa dengan teliti. Namun benar apa yang dikatakan oleh Alvin, di dalam benda ini tidak ada satu pun hal yang mencurigakan. Lantas ia segera mengembalikan benda itu kepada petugas forensik.

"Baiklah Alvin. Bawa segera korban ke rumah sakit untuk autopsi. Ku serahkan sisa nya kepada mu, sementara itu, aku akan memeriksa adakah pelaku yang berinisial A itu di kasus-kasus yang telah kita tangani dulu." Kata George.

"Baik Inspektur." Jawab Alvin dengan tegas.

Lantas Alvin dan para petugas segera mengangkat tubuh korban ke dalam mobil ambulance yang baru saja tiba. Sementara itu George berjalan menuju mobilnya.

Di tempat lain, angin berhembus dengan pelan, sesosok bayangan tersenyum licik. Seekor kupu-kupu bersayap merah cerah hinggap di jari manisnya.

"Permainan baru saja di mulai"

Seketika bayangan itu hilang ditelan oleh malam. Menyisakan hawa yang membuat bulu kuduk merinding.

                      *****

Keesokan paginya..

"Hoaaam."

Alicia menguap dengan lebar. Ia menggosok kedua matanya yang masih terlihat sayu. Banyak anak yang memperhatikan ia. Bagaimana tidak, baju yang tidak masukkan dengan benar, dasi yang terlihat acak-acakan, belum lagi lingkaran berwarna hitam di bawah mata yang terlihat begitu jelas. Membuat tampilan perempuan bermata merah delima itu tampak berantakan.

"Sial, mereka terus-terusan melihatku. Membuat ku ingin menonjok mukanya." umpat Alicia dalam hati.

Untung saja, gadis berhidung mancung itu sudah sampai dikelasnya. Tak ingin mendapat pandangan yang memuakkan, Alicia segera masuk kedalam kelas dan berjalan menuju tempat duduknya yang berada di pojok belakang.

Begitu sampai, Alicia berniat kembali melanjutkan tidurnya. Namun baru saja ia menenggelamkan kepala. Terjadi keributan di kelasnya.

"Hei bitch jangan sembarang kau menuduhku. Ini benda milikku, kau jangan mengaku-aku. Mana mungkin aku mengambil barang buluk seperti punya mu itu. Sorry." teriak seorang gadis dengan lantang.

"Ta...Tapi aku melihat mu tadi. Kau mengendap-endap dan mengambil barang itu dari dalam tasku." Ucap sang lawan bicara dengan nada takut.

"Heh. Jangan pernah mengada-ada. Dasar jalang. Ini milikku, bukan milikmu."Bantah gadis itu semakin keras.

Alicia mencoba untuk tidak mendengarkan keributan itu. Pemilik safir biru menutup kedua telinganya agar ia bisa tidur dengan nyaman. Akan tetapi, suara itu semakin keras dan hal itu membuat Alicia muak.

'Braaaak!!!!!'

Semua murid terkejut saat mendengar gebrakan meja barusan. Dan seketika semua menoleh kearah sumber suara. Sementara itu, kedua orang yang ribut tadi merasa takut. Mata merah delima miliknya terlihat semakin pekat. Menandakan jika gadis berusia 17 tahun tengah menahan emosi.

Lihat selengkapnya