The Queen of Egypt

Kanina Anindita
Chapter #15

Bab 14 - Princess Trip

Jelas Mena tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Ini lebih cepat ketimbang duduk di singgasana nyaman yang ditandu para budak. Tapi duduk di kereta kuda dan menempuh perjalanan panjang dimana dia harus menginap, tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Mena pikir dia akan melewati jalur sungai, yang setidaknya terasa sejuk seterik apapun matahari bersinar. Menempuh jalur darat artinya Mena harus merasakan terpaan debu dan pasir kering serta cuaca terik sepanjang perjalanannya.

Mena menghela napas. Dia tidak bisa begitu saja mengeluh atau protes. Para serdadu dan rombongan yang ikut berjalan bersamanya jelas lebih lelah darinya. Mereka tidak didampingi pelayan atau punya atap di atas kepala mereka. Namun mereka semua tampak tangguh dan sudah terbiasa.

Pasukan Ptah sudah ada di perbatasan, mereka berdiam di tenda-tenda dan barak setengah permanen yang berdiri di sana. Mereka semua menunggu perintah dari Jenderal mereka, yaitu Ahmose yang kini akan berkunjung pertama kalinya sebagai Jenderal Ptah yang baru dilantik oleh Firaun.

Sudah sekitar dua Minggu berselang, sejak Mena minta Ahmose membiarkannya ikut. Firaun memberikan izin walau Ahmose tampak berharap Firaun akan melarang Mena. Namun gadis itu mengeluarkan argumen yang sulit dibantah oleh Firaun. Dia bilang semua Firaun sebelum dilantik mengalami satu atau dua kali kegiatan kemiliteran. Bahkan mereka juga tidak jarang bertempur di garis depan.

Baik Firaun maupun Ahmose tidak membahas alasan seperti gender Mena yang adalah seorang wanita. Firaun sendiri yang menginginkan Mena menjadi Firaun, dia tidak akan melarang putrinya untuk melakukan sesuatu hanya karena alasan gender.

Mena sendiri bukannya suka, dia benci perang. Dia sempat berpikir jika para dewa memang akhirnya mentahbiskan dirinya sebagai Firaun; dia tidak akan menyentuh Medan perang. Tapi langkah militer yang akan dilakukan pasukan Firaun saat ini menurutnya mengancam keamanan Mesir.

Mesir memang tidak akan hancur begitu saja, tapi akan ada efek jangka panjang. Seperti goyahnya kepemimpinan Firaun, lengahnya para pengawas sehingga akan terjadi korupsi beruntun serta upaya pemberontakan dari lawan politik Firaun karena mengincar posisinya. Mesir sekarang belum cukup stabil untuk mengalami semua itu.

Mena merasa harus memastikan, kalau gerakan militer ini tidak akan terjadi. Dia tidak bisa mengatakan ini semua pada siapapun, karena mereka bisa tahu kalau sang putri memata-matai dokumen keuangan para jenderal atau menerima informasi dari orang asing. Semua itu sudah cukup untuk membuatnya dijatuhi hukuman penjara.

Ahmose bilang pada Firaun, ekspedisinya kali ini ke Selatan adalah untuk memperkenalkan dirinya sebagai Jenderal Ptah yang baru menggantikan ayahnya. Sekaligus ada sedikit gangguan dari suku-suku minor penunggang kuda yang membajak tanah warga Mesir dan enggan mengakui kedaulatan Mesir.

Tapi Mena tentunya tidak akan percaya begitu saja. Entah Ahmose terlibat atau tidak karena dia adalah Jenderal yang baru dilantik. Mungkin ayahnya lah yang terlibat misi ambisius berbahaya ini tapi Mena memutuskan untuk mengawasi Ahmose.

Mena merebah dengan posisi tengkurap untuk menjinakkan rasa pegal di punggungnya. Sementara kereta kuda terus melaju di jalan yang berbatu. Guncangan ini, akan membuat perempuan hamil muda manapun akan mengalami keguguran. Mena merasa mual, saat dia membungkuk dan hendak kesekian kalinya memuntahkan isi perutnya—kereta kudanya berhenti.

"Mena?"

Ahmose memanggil, dia membuka tirai tenda Mena tanpa menunggu tunangannya memberi izin. Jenderal muda itu menyaksikan kondisi Mena yang terlihat lemah dan tidak baik.

"Sudah kubilang kan, kamu akan menyesal ikut denganku," kata Ahmose lagi.

"Lebih baik kamu membawakanku air atau semacamnya daripada menceramahiku," kata Mena sedikit kesal.

Ahmose menggelengkan kepala menanggapi kekeraskepalaan gadisnya. Dia mengulurkan tangannya.

"Mulai dari sini, kita akan berjalan kaki, kuda-kuda akan dijaga di kandang oleh lusinan prajuritku," Ahmose memberitahu. Mena melirik dari balik tirainya. Tanah yang dia singgahi tandus dan berpasir juga berangin cukup kencang. Meskipun begitu tanah itu juga ditumbuhi banyak pohon kurma dan palem yang cukup meneduhkan.

Namun ada sebuah tanah lapang dimana kayu-kayu besar dipancangkan membentuk lingkaran dan dikencangkan dengan tali linen yang kokoh. Ada beberapa menara kayu dibangun dengan beberapa pemanah jitu berjaga di atasnya. Itu adalah sebuah kandang raksasa tempat kuda perang dan kuda pekerja berbaur dengan hewan ternak yang juga menjadi cadangan pangan para prajurit.

Para budak juga terlihat berkeliaran di sana dengan memanggul gundukan rumput kering dan ilalang di punggungnya. Tingginya mungkin melebihi badan mereka namun para budak itu berbadan kekar dan terlihat tangguh. Mereka mungkin bisa saja memberontak dan kabur namun sorot mata mereka kosong seperti tidak lagi menyimpan harapan. Para budak itu bertugas untuk menjaga dan memberi makan ternak serta kuda para prajurit Firaun.

"Tidak ada yang menarik di sini, apa kamu mau pulang?" Ahmose memberitahu, sementara menunggu gadisnya meluruskan kakinya yang masih kaku untuk turun dari kereta kudanya.

Lihat selengkapnya