Thoth bilang, Mena tidak diizinkan kembali ke Thebes—-setidaknya untuk beberapa minggu ini. Dia dibawa ke kota Khmun alias Hermopolis, kota dimana Thoth paling banyak disembah. Kuil-kuilnya banyak tersebar dan masih ramai dengan ritual pemujaan. Selain kuil Thoth, juga ada banyak kuil dewa Seth.
Kota Khmun terletak di delta sungai Nil yang subur. Dibandingkan dengan Thebes, kota ini tidak kalah megah dengan kuil-kuil dan patung besar serta aktifitas ekonomi yang ramai. Kota yang juga disebut dengan Hermopolis ini juga didiami oleh bangsa Yunani. Mereka menganggap Thoth adalah Hermes, dewa mereka. Karena mereka berdua sama-sama dewa yang memandu jiwa orang mati ke dunia bawah, serta penyampai pesan para dewa.
Mena bukan pertama kalinya berkunjung ke Khmun. Namun kali ini dia melihat kota megah itu dari sudut pandang yang berbeda. Dia tidak berada di vila mewah milik keluarga Firaun, atau berbaring di atas tandu mewah yang diusung oleh para budak perkasa. Mena mengenakan pakaian serba putih dan berdiam di salah satu kuil Thoth.
Dengan Baba, kera ajaib yang kali ini bungkam dan bersikap layaknya kera normal, Mena duduk di salah satu sudut kuil yang dinaungi oleh patung Dewa Thoth dengan puluhan orang berbaris di hadapannya dengan bersimpuh dan kepala menunduk.
Mereka menganggap Mena adalah orang suci, manusia yang dipilih oleh Thoth untuk menyampaikan Wahyu atau ramalan.
Thoth memastikan kehadirannya di kuil dramatis. Dia membuat Mena tampil di tengah para umat yang sedang berdoa dan menyembah patung Thoth. Lengkap dengan asap putih pekat yang memancarkan cahaya biru. Orang-orang langsung heboh dan serta merta bersujud. Beberapa berlinang air mata melihat keajaiban itu. Mena juga ikut berair matanya. Tapi bukan karena haru. Melainkan karena pergelangan kakinya terkilir ketika dia dijatuhkan dari kendaraan milik Thoth.
Thoth memberikan pesan yang tegas. Mena tidak boleh mengungkap jati dirinya sebagai putri Firaun. Dia juga tidak mengizinkan Mena bercerita tentang apapun yang dia alami selama bersama Thoth. Termasuk pertemuannya dengan Anubis, serta Dewi Ma'at dan Seshat.
Baba berada di samping Mena untuk mengawasi dan membimbing lidah Mena. Mengatakan hanya yang diizinkan kepada para umat Thoth, dan berpura-pura menjadi manusia pilihan dewa.
Mena tidak merasa sedang berpura-pura. Tidak banyak manusia yang pernah bertemu langsung dengan para dewa, menyentuh mereka, menaiki kapal mereka bahkan menciumnya. Dia memang manusia pilihan dewa. Setidaknya itu yang diyakini olehnya.
Thoth meninggalkannya di Khmun, dan melaju pergi bersama istri dan anaknya ke kuilnya yang lain. Mena tidak tahu dimana. Mungkin bukan di Mesir. Mereka dewa, bisa saja letaknya di alam lain yang tidak bisa dijangkau manusia hidup.
Ma'at dan Seshat masih tidak percaya kalau Thoth adalah Thoth. Dewa itu juga tidak memberikan penjelasan yang tuntas mengapa fisiknya jauh berubah. Dia bilang akan menjelaskannya nanti. Ma'at memaksa Thoth setidaknya berpenampilan layaknya orang Mesir kebanyakan.
Kulit sedikit gelap, mata dan rambut hitam serta tinggi badan yang setara dengan Anubis atau dewa-dewa lain. Mena menduga lima ribu tahun silam, Mesir masih dihuni penduduk asli. Namun kini, orang Mesir menikah dengan orang asing dan melahirkan anak-anak yang tidak lagi serupa. Mena sendiri memiliki kulit yang sedikit lebih terang dan paras mirip bangsa Yunani.
Tapi fisik Thoth kini, sangat Yunani. Mata biru yang hanya bisa Mena lihat ketika memandang langit, rambut pirang yang asing di Mesir, serta raut wajah yang jauh berbeda dari rata-rata pria Mesir. Para dewa yang baru bangun tidur itu, terbiasa dengan fisik penghuni Mesir 5000 tahun lalu. Sehingga berpikir kalau fisik Thoth kini aneh dan terlalu berbeda sampai mereka tega menyebutnya buruk rupa.