The Queen of Egypt

Kanina Anindita
Chapter #26

Bab 25 - Pharaoh's Dream

"Tidak ada, Firaun, Penyakit Putri Amen-ra ini tidak ada obatnya," kepala tabib istana menggeleng pelan. Dia takut tentu saja. Namun selain itu, dia merasakan penyesalan tulus akan kondisi kesehatan sang putri saat ini.

"Apa yang kalian kerjakan? Menyembuhkan anakku saja kalian tidak bisa? Lalu untuk apa kalian menerima emas dan fasilitas mewah setiap waktu? Ketika dibutuhkan kalian tidak berguna!" Hardik Akhenatum emosional. Firaun membuat gestur mengusir, kemudian para penjaga menggiring para tabib pergi. Dia kemudian mengarahkan pandangannya pada satu-satunya garis keturunannya yang tersisa.

Mena duduk di salah satu aula di istana Firaun. Dimana ketika itu cukup banyak kerabat Firaun dan keluarganya berkumpul. Termasuk para pejabat dan pelayan. Mena duduk dengan ekspresi datar, dengan baba bergelantung melingkarkan tangannya di lehernya enggan dipisahkan.

Tidak ada luka apapun di tubuhnya, Mena tampil sehat dan sempurna. Namun kesehatan mentalnya yang bermasalah. Dia bersikap tidak mengenal siapapun di istana Firaun.

"Apakah ini istana Firaun?" Mena berujar, dengan nada dalam dan dramatis.

"Apa kau benar-benar tidak mengingat apapun Mena?" Akhenatum bertanya.

Mena berusaha mempertahankan tekadnya. Dia tidak ingin kebohongannya terbongkar. Thoth, telah menjelaskan beberapa rencana untuk Mena melalui Baba ketika dia dipaksa kembali ke Thebes oleh Ahmose. Mena sudah melatihnya beberapa kali selama di perjalanan dan berharap Firaun akan mempercayainya.

"Tidak, jadi benar kalau aku ini seorang putri?" Mena bertanya pada Firaun.

"Ya, kamu juga calon penguasa Thebes dan seantero Nil berikutnya. Apa yang terjadi padamu? bagaimana kamu bisa berada di Khmun?" Selidik Firaun, disaksikan oleh seluruh tamu di sana yang diliputi keingintahuan tinggi.

"Dewa Thoth membawaku ke sana," kata Mena lagi.

"Apa? Aku tahu kamu sedang hilang ingatan, tapi khayalanmu itu keterlaluan Mena," Firaun menggeleng sambil mencengkram bahunya.

"Aku akan membiarkanmu beristirahat, mungkin ingatanmu nanti akan kembali," katanya lagi.

"Aku tidak berkhayal," Mena menanggapi anggun.

Akhenatum masih ragu, dia menoleh ke arah Ahmose untuk meminta penjelasan.

"Ketika saya tiba di Khmun, kuil Thoth sangat ramai dengan peziarah. Mereka bilang ada manusia pilihan dewa atau pendeta suci. Dia ternyata putri Amen-ra. Saya dan pasukan juga sudah bertanya kepada para pendeta Thoth serta warga di sana. Benar, kalau kemunculan Amen-ra disebut seperti mukjizat. Katanya dia dijatuhkan dari langit, dan disertai cahaya sangat terang. Putri Amen-ra juga tidak pernah mengungkap namanya dan lebih banyak diam di sana. Hanya itu informasi yang bisa saya berikan, Firaun," Ahmose menjelaskan sambil membungkuk dan menundukkan kepalanya.

Akhenatum berjalan pelan ke singgasananya dengan jemari memainkan janggutnya. Dia berusaha meluruskan kembali nalarnya. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Walau dia disebut sebagai setengah dewa, dia sama sekali tidak pernah bicara dengan dewa. Namun kini putrinya, kini disebut sebagai pendeta suci. Memang, sebelumnya semua orang sudah sangat yakin kalau dia mati di sungai Nil. Karena itu kemunculannya yang ajaib dan pengakuan kalau dia diberikan anugerah oleh dewa Thoth, mau tidak mau membuat orang cenderung percaya.

"Jadi, Putri Amen-ra, apa yang bisa kau lakukan untuk membuatku percaya bahwa kau adalah utusan dewa Thoth?" Akhenatum tersenyum menantang dari atas singgasananya.

Mena merasa bahunya menegang, karena menyadari semua orang kini melihat dirinya. Menunggu mukjizat macam apa yang akan dia tunjukkan?

Baba tampak mendekatkan mulutnya yang masih berbau kurma sisa makan siangnya tadi ke telinga Mena. Gadis itu menarik nafasnya sebelum bicara.

"Firaun, kami tahu anda minggu lalu ke kuil Ra, dan anda menceritakan mimpi anda kepada dewa Ra," kata Mena, seisi aula berubah penuh bisik mengomentari ucapan Mena.

"Menarik, Mena, tapi siapapun bisa menebaknya, adalah kebiasaanku berdoa di kuil dewa Ra setiap minggu ketiga setiap bulannya," Akhenatum tersenyum.

Lihat selengkapnya