The Queen of Egypt

Kanina Anindita
Chapter #27

Bab 26 - Husband and Wife

Ahmose kemarin mungkin salah makan. Atau ada penyihir yang merusak pikirannya dengan mantra? Mena hamil? Yang benar saja! Mena selalu menjaga dirinya dan walau tidak berpengalaman, dia tahu ada yang harus dilakukan antara pria dan wanita untuk membuat perutnya buncit.

Istana Firaun sibuk berias, mereka menyembelih puluhan ekor domba dan memanggangnya dengan rempah-rempah beraroma tajam dan menerbitkan liur. Firaun membongkar gudang anggurnya dan menyajikan bertong-tong minuman memabukkan itu untuk para tamu yang hadir. Manisan terbaik yang diolah dari buah-buahan terlezat dan segar pun tidak absen di meja jamuan.

Firaun juga memanggil penari-penari terbaik dengan tubuh yang mudah membuat pria terlena. Mereka semua dibalut gaun-gaun tipis bersulam emas mewah serta menari dengan bersemangat. Firaun tidak akan menghukum siapapun pada hari spesial ini. Karena itu, walau para penari dan penabuh gendang itu tadi tidak sengaja menabrak guci anggur firaun dan menumpahkan isinya, tidak ada penjaga yang menangkap mereka.

Mena dan Ahmose baru saja selesai melakukan ritual suci pernikahan di kuil dewa Amun. Mena tidak menyangka dia akan kembali mengunjungi kuil Karnak dalam sebuah upacara pernikahan. Mereka tidak berlama-lama di sana. Rombongan pengantin itu kembali diboyong ke istana dengan ratusan orang mengiringi di belakangnya.

Mena merasa sesak, dia sulit bernafas. Ini semua terlalu mendadak dan dia belum bisa beradaptasi.

Dia hari sebelumnya, dia sudah mencoba membatalkan pernikahan ini. Dia tahu sebagai calon Firaun, dia harus menikah. Tapi bukan dengan Ahmose. Walau wajah dan perilaku pemuda itu masih bisa membuatnya terpikat. Tapi dia orang yang berbahaya. Mena telah membuat seorang tabib untuk memeriksa tubuhnya. Mena sudah membuktikan kalau dia tidak hamil.

Tapi itu saja belum cukup bagi Firaun. Karena Ahmose mengaku telah terlanjur menyentuh Mena. Firaun tidak ingin putri Amen-ra berkurang kehormatannya. Selain itu, Ahmose dan Mena memang sudah direncakan akan menikah.

Mena duduk di aula luas istana, yang dipenuhi para bangsawan dan tamu yang bersuka cita. Mereka mabuk dan mengenyangkan perut mereka. Menyapu sajian di meja seakan tidak ada hari lain dimana mereka bisa makan enak.

Mena menghela nafas. Dia bahkan tidak bisa menggunakan alasan kesehatan mentalnya untuk berkelit dari pernikahan. Dia ingin membahas tentang keraguannya terhadap Ahmose. Namun dia kini sedang berakting lupa ingatan. Firaun bisa mencurigainya dan menuduhnya penipu. Bagaimanapun dia telah membuat seisi Thebes panik dan sibuk selama dua Minggu dia menghilang.

Dia pun melirik ke arah Ahmose. Jenderal Ptah yang tampan itu jelas seakan tidak punya kekurangan. Selain gagah dan rupawan, dia juga lebih sering berperilaku baik pada Mena dan menghormati Firaun. Walau ada beberapa insiden dengannya yang membuat Mena takut, sepertinya itu adalah reaksi normalnya sebagai seorang jenderal militer.

"Apakah istriku ingin mengatakan sesuatu?" Ahmose bertanya tanpa melupakan seulas senyum di wajahnya.

Mena menggeleng.

"Bisakah setidaknya kamu tersenyum? Ini hari pernikahan kita,"

"Aku tidak percaya kalau kita saling mencintai dan tidak yakin apakah kita pernah melakukan kontak fisik denganmu," Mena masih berpura-pura lupa ingatan.

Ahmose menanggapi pernyataan Mena dengan senyum tipis. Dia tidak segera menjawab.

Hari ini, adalah hari yang bersejarah untuk Mena. Pagi ini dia menikah. Dan malamnya dia bisa saja kehilangan kepalanya kalau tafsir mimpinya tempo hari tidak terwujud. Dia mungkin akan meninggalkan tubuh fananya dalam keadaan masih perawan.

Dia memang sudah menikah, tapi Ahmose tidak mungkin melakukannya segera. Biasanya orang berbuat itu di malam hari. Mustahil jenderal terhormat sepertinya mau menidurinya di siang hari terik. Mena juga tidak akan bersedia.

Sebagai wanita, dia juga punya standar sendiri untuk malam pertamanya. Pertama, dia harus melakukannya dengan pria tampan. Ahmose jelas tidak mengecewakan secara fisik. Kedua, kejadiannya harus di malam hari dengan jendela terbuka agar sinar rembulan dapat menerangi ranjangnya dan memberikan suasana romantis. Hari ini bulan purnama, tapi Mena tidak akan mau melakukannya kalau cuaca berawan.

Firaun sama sekali menghilang. Dia hanya muncul sebentar ketika pasangan itu kembali ke istana, kemudian dia dan ratu Tefnut meninggalkan pasangan itu termasuk para tamu seakan tidak peduli. Mena dan Ahmose pun merasa sebagai pajangan belaka. Para tamu yang hadir sudah sibuk sendiri dan hampir lupa pada pasangan itu.

Ahmose pun bersikap mau beranjak dari duduknya dan mengulurkan tangannya.

"Ayo," ajaknya.

"Apa? Kemana?" Mena menggeleng.

"Apa kamu mau tetap disini? Menyaksikan mereka makan seperti orang kesetanan?" Ahmose memastikan.

Lihat selengkapnya