The Queen of Egypt

Kanina Anindita
Chapter #31

Bab 30 - The Bastet Festival

Ini adalah salah satu hari yang paling ditunggu di Mesir, terutama bagi para wanitanya. Kucing adalah hewan yang dianggap suci di Mesir, para petani selalu mengajak kucing peliharaan mereka ke ladang untuk bekerja. Sementara mamalia berkaki empat itu akan bermain dan berburu tikus yang kerap memakan pucuk gandum mereka.

Bastet, adalah Dewi yang digambarkan berkepala kucing. Dia adalah Dewi yang melindungi wanita, keluarga dan anak-anak. Kadang dia juga identik dengan penjaga kesuburan para wanita.

Setiap tahunnya di Bubastis --kota utama dimana Dewi Bastet paling banyak disembah--diadakan festival besar yang dihadiri ribuan wanita Mesir. Ini adalah acara terbesar di Mesir, dimana para wanita diizinkan untuk berlepas diri dan tertawa bersama sesamanya.

Para wanita Mesir itu berkumpul untuk memuja Bastet, minum sampai mabuk, menari sampai lupa diri, bahkan mengenakan pakaian yang lebih minim dari biasanya sampai menunjukkan figur sensual mereka. Bastet juga adalah Dewi kesuburan dan mereka percaya dengan melakukan itu, maka rahim mereka akan diberkahi.

Firaun Amen-ra, baru saja naik tahta kurang dari satu bulan. Sebagai wanita, dia juga menghadiri festival itu. Dia masih belum sepenuhnya beradaptasi dengan gelar barunya yang masih terasa berat dan membebani hatinya. Namun dia tidak akan membiarkan siapapun menyadarinya.

Kelemahan Firaun, selalu dicari oleh para penentangnya, atau mereka yang mencari kesempatan. Sudah sering terjadi, gubernur-gubernur Mesir, mengambil keuntungan dari kelemahan Firaun untuk menambah pundi harta serta meluaskan wilayahnya. Tidak jarang pula, terjadi pemberontakan yang berujung pada pembunuhan Firaun demi bisa menduduki tahta.

Karena itu--walau Mena sangat ingin turun dari tandu megahnya dan bergabung bersama rakyatnya untuk menari di festival--dia memilih untuk duduk dan minum anggur dengan elegan menggunakan piala perak yang dibawa dan dicucinya sendiri.

Mena tidak ingin meniru Hatsepsut, yang tampil di depan rakyatnya dengan pakaian dan dandanan seperti kaum pria. Dia memutuskan untuk bangga dengan jatidirinya sebagai wanita, dan menunjukkan kecantikan berbalut keagungan.

Mena merasa luar biasa. Semua orang menunduk hormat ketika bicara padanya. Tidak ada yang berani berkata kasar atau melontarkan kalimat melecehkan seperti dulu. Karena mereka semua tahu, kalau dia bisa dengan mudah memenjarakan mereka tanpa ada yang akan menentangnya.

Musuhnya saat ini adalah kematian. Dia harus berwaspada setiap saat, bahkan sampai harus mencurigai udara yang dia hirup. Karena bisa saja seseorang membuatnya menghirup gas beracun untuk membuatnya mati lemas.

Dia tahu kalau dia tidak akan bisa membuat semua orang bahagia. Namun Mena sudah bertekad untuk tidak terlalu memanjakan para bangsawan dan mengabulkan semua permintaan mereka. Mena tahu kalau dia sebaiknya tidak mengusik kenyamanan mereka. Tapi sejak tempo hari dia mempelajari dokumen di gedung data kerajaan, dia jadi ingin melakukan audit menyeluruh untuk keuangan Mesir.

Penasihatnya memintanya untuk lebih menahan diri, karena itu mungkin sama saja dengan mengajak perang para bangsawan dan para pejabat Mesir. Kalau Mena ingin bertahan di singgasananya sampai akhir umurnya, dia diminta untuk menjaga sikap dan sesekali berpura-pura tidak melihat. Tapi gadis itu tidak bisa melakukannya.

Dia juga tidak punya sekutu sejati di sekitarnya. Karena semua yang menyembah dan bermanis muka terhadapnya tidak pernah tulus melakukannya. Mena dibesarkan di lingkungan pendeta, yang terbiasa bicara tulus dan apa adanya. Karena itu apa yang para pejabat di sekitarnya lakukan, terasa memuakkan dan membuatnya sesak.

Tetapi Mena punya sesuatu yang mungkin tidak dimiliki Firaun lain sebelumnya. Dia adalah Firaun yang diberkahi oleh dewa Thoth. Bahkan baba, peliharaan dewa Thoth masih berjaga di sekitarnya.

Thoth bilang dia tidak terlalu membutuhkan Baba dan lebih suka bekerja sendiri. Karena itu dia meminjamkan baba padanya dan mempersilahkannya untuk memberinya perintah. Walau Mena tetap harus bicara dengan hati-hati terhadap kera baboon itu. Ketika Thoth yang menyuruh saja dia suka membantah, apalagi dengan Mena yang hanya manusia.

Beberapa waktu lalu, Baba menyelidiki jasad Fir'aun. Entah bagaimana caranya, dia mengetahui kalau Firaun mungkin diracuni. Pelakunya menggunakan racun khusus yang tidak berbau dan tidak dikenal di kalangan medis Mesir saat ini. Namun hal itu tidak membuktikan apa-apa. Pembunuhan Firaun bukan hal langka dalam sejarah Mesir, tapi yang melakukan itu tentunya diuntungkan dengan kematian Akhenatum.

Mena sudah meminta Ahmose menyelidikinya dan menyampaikannya pada pasukan Amun yang bertugas untuk melindungi keluarga Firaun. Ahmose sendiri, sempat diusulkan untuk menjabat sebagai Jenderal Amun, agar dia bisa berada di sekitar Mena dan melindunginya. Namun Ahmose menolak dan memilih tetap memimpin pasukan Ptah. Suaminya sudah pergi selama berminggu-minggu ke perbatasan untuk mengatasi negara kecil yang memberontak.

Ahmose tentunya menempatkan selusin prajurit terbaiknya untuk melindungi Mena. Tentu Mena tetap harus berhati-hati bicara dan bersikap jika di sekitar mereka. Karena mereka setia pada Ahmose, bukan Firaun Amen-ra. Menjadi Firaun mungkin sudah ditakdirkan untuk kesepian, karena bahkan Mena tidak bisa mempercayai suaminya sendiri.

Menurut Firaun jelita itu, Ahmose mungkin tidak perlu memberi tambahan pengawalan. Karena semua orang tahu dia dilindungi langsung oleh dewa Thoth. Har-im-hotep gurunya, berpendapat kalau tidak akan ada yang berani menyakiti seorang Firaun sekaligus orang suci pilihan dewa. Ironis, walaupun Mena sering merasa tidak cocok dengan gurunya. Har-im-hotep adalah salah satu orang pertama yang dia mintai nasihat terkait penobatannya. Har-im-hotep hanya menyebalkan tapi Mena tidak melihatnya sebagai orang yang haus kekuasaan atau harta. Karena itu Mena merasa bisa mempercayainya.

Mena tidak terlalu merasa kesepian walau suaminya jauh darinya. Karena sebagai Firaun dia dibebani jadwal yang padat serta pekerjaan yang tidak kunjung habis. Alih-alih menggunakan gelar Firaunnya untuk membasmi korupsi para bangsawan dan menjadi pahlawan, dia sudah bersyukur bisa tidur lebih dari tujuh jam setiap harinya.

Kadang Mena berpikir apakah para pejabat sengaja membebaninya dengan banyak pekerjaan agar dia lengah dan abai terhadap niat mulianya untuk menghukum para koruptor?

Lihat selengkapnya