The Queen of Egypt

Kanina Anindita
Chapter #38

Bab 37 - Their First Contact

Pegunungan Olympus, Yunani

Sekitar 1.500 tahun sebelumnya

Udaranya sedikit membeku, sehingga paru-paru dan saluran nafasnya terasa dingin. Embun putih terwujud dari helaan setiap nafasnya. Thoth tidak terbiasa dengan kondisi itu. Raganya sudah terlalu lama beradaptasi dengan suhu Padang pasir. Dia juga bukan sosok yang gemar bepergian dan lebih suka berkutat di perpustakaannya. Namun hari ini dia terpaksa harus mengemudikan wahana terbangnya menuju benua yang berbeda.

Pegunungan Olympus, kini masih dikuasai ras berintelejensi tinggi dari planet lain, yang berperan sebagai dewa dan Dewi. Mereka berbeda dengan dewa Mesir yang dulu sesekali berbaur dengan manusia. Mereka memilih menjauhi urusan manusia dan melindungi diri mereka sendiri dengan memagari gunung mereka, serta memelihara beragam jenis monster untuk menakuti manusia. Mereka disebut bangsa Titan.

Thoth ingat, sekitar empat ribu tahun sebelumnya, dia dan Ra pernah menyapa Kronos serta para Titan generasi awal lainnya. Mereka baru turun dari kapal angkasa mereka dan menjejakkan kaki mereka bingung. Mereka tiba di Bumi sebagai pengungsi, karena planet asal mereka mengalami bencana yang tidak kunjung usai.

Thoth dan beberapa dewa Mesir lainnya, melakukan evaluasi dan mengawasi mereka. Memastikan kalau mereka tidak akan membahayakan planet bumi. Walau bukan pertama kalinya, Thoth juga bersemangat karena bisa menyapa bangsa dari tata Surya yang berbeda. Dia mungkin bisa mempelajari hal baru.

Bangsa Titan, memilih Yunani sebagai rumah mereka. Karena fisik mereka menyerupai manusia yang sudah terlebih dulu menghuninya. Mereka hidup dengan sesekali berbaur dengan manusia.

Seperti lumrahnya sebuah peradaban. Ada perang dan ketidakpuasan. Mereka menginginkan pemimpin baru. Kronos dikudeta oleh para anak kandungnya. Kemudian Zeus menduduki tahta. Zeus membuat konsep dewa dan Dewi serta memutuskan untuk melindungi bangsa mereka di Bumi, dengan membuat manusia menyembah mereka.

Thoth tidak terlalu ingin berurusan dengan bangsa Titan. Menyadari kalau dia sudah semakin dekat dengan istana Zeus, Thoth menggaruk kulitnya yang sewarna kayu kurma dengan gugup.

Dia sudah berhadapan dengan beberapa ekor monster seperti naga berkepala sembilan selama dia mendaki Olympus. Selain tidak menginginkan kehadiran manusia, sepertinya Zeus juga tidak suka disapa oleh ras lain seperti para dewa Mesir.

"Siapa anda?" Seorang pemuda berkulit putih dengan rambut layaknya tanaman gandum yang siap dipanen menutupi jalan Thoth.

"Saya Thoth, manusia mengenal saya sebagai dewa pengetahuan Mesir," Thoth membungkuk sedikit menunjukkan sopan santunnya. Pemuda itu lebih pendek darinya, dengan perawakan seperti rata-rata manusia bumi. Kaum Thoth bertubuh tinggi besar dengan kulit sedikit gelap. Thoth ingin mengetahui misteri kenapa kaum Titan bisa berfisik begitu mirip dengan manusia bumi padahal planet mereka terpisah ribuan tahun cahaya. Tapi dia khawatir rasa ingin tahunya malah akan melalaikan tanggung jawabnya saat ini.

"Kami sudah tidak pernah mendengar mereka sejak hampir tiga ribu tahun. Kukira mereka sudah meninggalkan bumi, atau punah," pemuda Titan itu menanggapi ragu.

"Kami tidak pernah meninggalkan Bumi, sampai kapanpun Bumi adalah rumah kami," Thoth menegaskan.

Bangsa Titan, sepertinya tidak ada keinginan untuk memusnahkan manusia atau dengan egois berusaha menguasai bumi untuk mereka sendiri. Thoth bersimpati, karena kaumnya sendiri mengalami kesulitan akibat kegagalan adaptasi serta menghadapi meningkatnya jumlah populasi manusia yang masif.

"Kenapa anda ke sini?"

"Bertemu dengan pemimpinmu, Zeus," Thoth tampak tidak sabar. Saat ini Yunani sedang didera musim dingin. Dia berharap bisa segera masuk ke kediaman Zeus agar bisa melepas mantelnya.

"Untuk apa?"

Lihat selengkapnya