"Kamu menghancurkan hidupku!" Mena mengeluh frustasi sambil berjalan berputar di satu tempat yang sama. Dia bertelanjang kaki menjelajah isi kapal angkasa milik Hermes namun tidak bertemu satu pun hal familiar di dalam hidupnya. Mena bahkan tidak menemukan guci air ketika dia merasa haus dan ingin menuang minumannya sendiri. Dia terlalu malas untuk meminta tolong pada Hermes. Karena Mena enggan dianggap sebagai beban. Selain itu dia masih merasa kesal pada Hermes.
"Karena?" Hermes bertanya seolah tidak paham. Dia duduk bersila di lantai yang dingin dan membiarkan rambut pirangnya tanpa ditutupi oleh tudung burung Ibis. Hermes mungkin tidak akan sering menggunakannya lagi. Karena jati dirinya sudah terbongkar baik di kalangan dewa Mesir maupun manusia yang sedang dilindunginya saat ini.
"Karena sekarang di kalangan orang Mesir, aku adalah istrimu. Perkataanmu di hadapan para pendeta itu adalah legitimasi atas hubungan kita. Maksudku adalah, aku itu baru saja bercerai dari Ahmose!" Ujar Mena tidak sabar.
"Aku juga ingin punya masa depan. Ketika semua ini selesai dan tahtaku stabil—-aku ingin menikah lagi. Karena aku butuh keturunan. Kini semua orang tahu kalau aku dinikahi oleh dewa Thoth. Itu saja sudah terdengar sangat aneh dan tidak umum. Tidak ada pria Mesir yang berani menikahiku lagi nantinya. Status sebagai mantan istri jenderal Ptah saja sudah mengintimidasi. Apalagi dengan status sebagai mantan istri dewa Thoth," Mena melanjutkan kalimatnya.
"Aneh, kau sudah bersuamikan aku sekarang. Aku juga tidak akan meninggalkanmu. Kenapa harus berpikir kalau kamu mungkin akan menikahi laki-laki lain?" Tanggap Hermes santai.
"Hermes, kamu katanya juga seorang dewa. Mana mungkin dewa dan manusia bisa menjadi keluarga yang normal dan melahirkan anak," Mena merasa ragu.
"Duduklah, biar kujelaskan lagi situasi kenapa aku mengakuimu sebagai istri tadi," Hermes menepuk sebidang lantai dingin kosong di sebelah kanannya. Mena menurut dan duduk di sana dengan sedikit menggerutu.
"Aku sedang melarikan diri, Seth akan membunuhku dan Thoth. Aku harus terus bergerak termasuk berinteraksi dengan dewa Mesir lainnya. Aku tidak bisa membawa manusia biasa berkelana bersamaku karena akan banyak pertanyaan. Karena itu aku menjadikanmu istri, agar mereka bisa menerima dirimu. Selain itu, tentu saja menjadi istri seorang dewa adalah penegasan pamungkas untuk statusmu sebagai Firaun. Tenanglah, soal keturunan juga, aku bisa membantumu dengan mudah," Hermes menjelaskan.
"Bagaimana caranya? Kau kan dewa. Walau tinggal di Yunani atau semacamnya. Kau tetap seorang dewa," Mena membantah.
"Kami bukan dewa yang seperti itu. Kami tidak hidup di atas awan dan mengutuk para manusia di bawah kami sambil tertawa dan menenggak anggur. Para dewa Yunani bisa punya anak dengan manusia. Keturunan setengah dewa disebut demigod," Hermes menjelaskan. Mena mengangguk sambil menyimaknya serius.
"Bagaimana cara kau melakukannya?" Mena memicingkan mata.
Hermes tahu kalau persepsi Mena tentang dunia masih terbatas. Dia hanya tahu kalau dewa adalah entitas gaib yang hidup di alam berbeda dengan manusia. Mereka seharusnya tidak bisa disentuh manusia fana. Firaun itu berpikir Hermes adalah mahkluk yang tidak punya fisik fana dan sewaktu-waktu bisa melebur menjadi kabut. Mena mungkin berpikir kalau Hermes hanya akan mengucapkan mantra ke rahimnya untuk menciptakan bayi.
Hermes meraih tangan Mena dan membuat telapaknya yang lembut dan sedikit sejuk menempel ke pipinya. Mena sedikit takjub karena merasakan kehangatan kulitnya. Jemarinya pun dia geser ke pelipisnya kemudian rambutnya. Sementara itu mata Hermes yang biru memperhatikan wajah jelita sang Firaun yang masih berusaha mengerti Hermes. Dia salah satu manusia terindah yang pernah berinteraksi dengan Hermes. Parasnya yang eksotis berbaur harmonis dengan beberapa tetes ras Yunani dari ibunya. Sehingga menerbitkan rasa penasaran yang membuncah bagi sifat kelelakian alamiah yang dimiliki Hermes.