The Queen of Egypt

Kanina Anindita
Chapter #49

Bab 48 - The Leader

Para dewa Mesir itu, terbangun dengan senjata di tangannya. Bahkan dalam keadaan tidur ribuan tahun—mereka memastikan Thoth mengubur mereka dengan artefak canggih di pelukan mereka. Mereka tentu tidak berpikir akan menghadapi kalajengking atau cacing pengerat yang mencari tubuh membusuk ketika di dalam peti mati. Karena itu bukan Sarkofagus betulan.

Mereka adalah para bangsawan, pemegang jabatan tinggi, pemilik gelar dewa. Secara alamiah mereka takut seseorang akan mencuri tempat mereka. Karena itu ketika mereka bangun, maka senjata mereka akan aktif dan siap digunakan. Mungkin akan ada penjarah kubur atau atlantean lain yang haus akan kekuatan mencoba membuka peti mati mereka.

Beberapa dari dewa itu, memiliki aset, data penting atau pasukan yang mereka sembunyikan di tempat-tempat yang hanya mereka ketahui. Termasuk Horus dan Seth. Dua dewa itu menjadi pemimpin dari dua kubu yang kerap berseteru di masa lalu.

Seth, tidak hanya bergantung pada satu-satunya senjata di tangannya. Ketika dia bangkit—dia langsung berkelana ke lokasi rahasia. Tempat segala kekuatannya terkubur. Di sana dia menghidupkan kembali laboratorium senjatanya dan mengisi energi para monster logam yang mengawalnya. Dia juga membangkitkan para sekutunya diam-diam, jauh dari deteksi radar Thoth.

Ketika Seth muncul, dia sudah nyaris sekuat dulu sebelum dia tertidur di Sarkofagusnya. Dia melacak kuil Thoth dan berniat membuat kekacauan. Terutama membunuh Thoth yang dianggap mengkhianatinya. Seth tahu kalau para dewa lain tidak akan mudah mengalahkannya. Apalagi tanpa Horus di sisi mereka.

Para robot logam dengan kepala anjing Jackal itu adalah milik Seth. Mereka diprogram untuk berburu dan membunuh semua musuh Seth. Hermes tidak terlalu awam dalam pertempuran sehingga berhasil merusak empat di antaranya.

Namun dia tahu kalau satu dari mereka berhasil lolos dan melompat ke dalam air. Bukan kabur. Tapi dia sengaja mengejar kapal selam Mena dan Baba. Hermes menyelesaikan pertarungannya dan menarik nafasnya. Dia melihat telaga di dalam gua itu sudah surut sampai dia sulit melihat dasarnya.

Hermes menaiki kembali pesawatnya dan mengemudikannya—membuatnya melayang turun ke dasar telaga perlahan dan stabil. Dia melihat rongsokan dari robot Seth di sana dan merasa lega melihat Mena dan Baba baik-baik saja.

Dia memperhatikan Horus memandangi pesawatnya yang mengeluarkan cahaya terang tanpa berkedip. Padahal Mena sendiri harus menutup matanya dengan rambutnya sendiri karena sinarnya terlalu terang.

"Kamu bukan Thoth." Horus menebak.

"Saya adalah muridnya. Nama saya Hermes dan Thoth meminta saya melakukan tugas atas nama dirinya." Hermes menjelaskan.

"Dia Firaun Mesir, apa itu benar?"

Hermes melihat ke arah Mena yang tampak lusuh karena lumpur telaga mengotori badannya. Tapi gadis itu terlihat tidak terganggu dan lebih memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Hermes melihat mata Horus sekali lagi dan mengangguk.

"Aku adalah Firaun Mesir." Horus membantah.

"Sudah 5000 tahun berlalu. Banyak yang harus kau ketahui. Kini Mesir dipimpin oleh manusia Nil. Bukan lagi atlantean."

Horus terdiam seakan berpikir.

"Aku mau mendengar semuanya. Apa yang terjadi? Siapa saja dewa yang sudah terbangun?" Horus berjalan sambil mengeja pertanyaannya.

"Selain itu aku membutuhkan senjataku. Gudang senjataku. Pusat kendaliku. Kita harus bersiap. Karena ketika Seth bangun dia akan merasa bisa mengambil alih kekuasaan Mesir seperti biasa."

Hermes mengajak Horus masuk kembali ke pesawatnya. Diikuti Mena dan Baba yang berjalan canggung di belakangnya. Mena masih berwaspada. Dia sama sekali tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan Horus padanya. Dewa itu sepertinya terobsesi akan gelar firaun Mesir.

"Itu sudah terlambat. Seth sudah bangkit lebih dulu daripadamu. Robot yang kau rusak adalah milik Seth."

Lihat selengkapnya