The Queen of Egypt

Kanina Anindita
Chapter #50

Bab 49 - The Temptation

"Kurasa itu tidak terlalu bijak, Amen-ra." Hermes berkata sedikit berbisik setelah sang Firaun muncul dari ruangan tertutup di kapal angkasanya dan telah mengganti pakaian berlumpurnya dengan terusan tunik yang diikat dengan tali pada pinggangnya.

Busana itu sederhana dan banyak digunakan gadis kelas bawah Mesir. Namun ketika mena yang mengenakannya—kain yang menempel di tubuhnya menjelma layaknya tenun mahal. Mena memiliki tubuh yang indah, kaki jenjang, serta rambut hitam panjang berkilau yang kini dia ikat dengan tali linen seperti ekor kuda. Aura mena terpancar bagaikan para pendeta yang mendapatkan pencerahan setelah bermeditasi.

"Kenapa?" Mena bertanya. Hermes menggaruk rambutnya merasa sedikit gelisah. Sejak ciuman terakhir yang mereka lakukan—dia merasa sulit bersikap profesional dengan Firaun jelita itu.

"Aku berpikir untuk menurunkanmu ke sebuah pemukiman Mesir dan memberimu identitas lain. Menunggu sambil menyamar sampai situasi aman dan pengaruh Seth menghilang dari Thebes. Aku akan mengurus semuanya. Sesuai dengan janjiku. Aku akan menjadikanmu Firaun Mesir. Cukup sampai di sini, kau tidak perlu lagi terlibat dengan urusan kami." Hermes menjelaskan.

Mena memandangnya sejenak, melipat tangannya kemudian menghela napasnya.

"Jujur saja, Hermes. Kau tidak berpikir kalau aku akan terlibat sejauh ini kan? Mungkin kau hanya berpikir membantuku dari jauh dan memanfaatkanku suatu saat nanti." Mena menebak.

Hermes tidak langsung menjawab. Dia melihat ke arah horus yang masih menyendiri di dekat kokpit kemudi dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Horus tengah menggali otak berumur delapan ribu tahunnya—mencari ingatan tentang fasilitas militer rahasianya. Mereka masih belum menentukan tujuan mereka. Kapal piramida Hermes melayang sedikit di bawah awan saat ini dalam posisi diam.

Hermes menggandeng tangan mena, mengajaknya menjauh untuk pembicaraan lebih serius.

"Yang kau bilang ada benarnya. Aku seharusnya tidak terlalu akrab denganmu. Apalagi mengajakmu ke fasilitas militer horus yang aku sendiri tidak pernah lihat. Ini berbahaya. Berada di tengah manusia akan lebih aman buatmu." Hermes berbicara untuk meyakinkannya.

"Lalu? Apa yang aku lakukan di sana? Aku sudah kehilangan kekuasaanku. Mungkin hanya kaum pendeta yang bisa kupercaya, tapi itu artinya aku akan tetap di sana hanya menyembah patung para dewa. Aku ingin melakukan sesuatu, Hermes. Aku tahu kalau kau meremehkanku. Bukan hanya kamu, ahmose dan horus pasti juga menganggapku gadis lemah tidak berdaya. Tapi aku yakin aku bisa melakukan sesuatu." Mena berargumen, menunjukkan tekadnya.

"Amen-ra, aku sudah berjanji akan menjadikanmu Firaun. Aku akan memastikannya. Sekali lagi aku bilang, ini berbahaya. Perang antara kaum dewa tidak pernah mudah." Hermes menggeleng.

"Aku tidak menginginkan kekuasaan yang diberikan dengan cuma-cuma. Mesir sudah memberikanku kesempatan ketika aku mewarisi gelar Firaun dari ayahku. Tapi aku kehilangannya karena kelemahanku. Aku tidak mau merasa bodoh dan lemah seumur hidupku karena duduk di singgasana yang tidak pernah kuperjuangkan sendiri!" Mena bicara dengan nada sedikit tinggi. Dia kehilangan ketenangannya.

"Aku mengerti. Biarkan aku berpikir. Setidaknya, ketika kita tiba di fasilitas rahasia Horus—aku akan memintamu tetap di kapal ini." Hermes bernegosiasi.

"Tidak! Aku akan ikut!"

Lihat selengkapnya