"Dewa Horus, apa yang bisa dilakukan dengan benda ini?" Mena bertanya ingin tahu kepada dewa bertubuh gagah dan berkulit sedikit gelap itu.
Dia menunjuk pada sebuah sudut dimana banyak sekali bola metal seukuran buah kelapa ditumpuk tinggi. Walaupun sudah berkalang debu, bola-bola itu masih menunjukkan kilapnya ketika disorot sinar lampu. Mena menganggap lampu yang terpasang di langit-langit seperti obor api ajaib yang dinyalakan oleh sihir.
"Dulu kami biasa menggunakannya di tambang. Satu buah saja bisa meledak dan melubangi bukit. Aku memodifikasinya untuk pertempuran karena Seth juga suka bermain dengan para ksatria logamnya jadi aku harus menyiapkan jebakan yang lebih kuat daripada miliknya," Horus menjelaskan.
"Setelah melihat semua ini, saya rasa Dewa Seth tidak akan bisa mengalahkan anda," Mena menyanjung.
"Kau beruntung, manusia Nil, karena tidak banyak yang pernah singgah di sini. Termasuk para dewa sekalipun," Horus tampak senang. Dia kini tidak lagi menjaga jaraknya dengan Mena dan menganggapnya nyaris setara dengan atlantean lainnya.
Mena menilai diri Horus. Dia adalah dewa yang angkuh dan baginya persaingan dengan Seth adalah tujuan hidupnya. Mena menunjukkan respeknya dan kerap kali memuji dewa itu agar Horus menyukainya. Dia mengambil pengalaman dari hidupnya di lingkungan istana. Seringkali dia harus menjadi penjilat untuk melancarkan urusannya. Memalsukan senyum, bicara manis dan berbohong. Semua yang dulu dia lakukan pada Firaun akhenatum dan ratu Mesir dulu, serta para menteri dan pejabat tinggi sebelum dia menjadi Firaun —Mena sedang melakukannya saat ini.
Setiap orang suka disanjung dengan cara yang berbeda. Pada ratu tefnut yang memiliki jalan pikiran sederhana— Mena kerap memuji kecantikannya dan betapa anggun dirinya. Kepada Akhenatum yang angkuh— Mena memuji kebijakannya dan sesekali ikut memberi saran. Ayahnya selalu senang kalau Mena bicara politik karena dia berharap Mena akan menjadi Firaun yang ideal di masa depan.
Untuk Horus, Mena berusaha membuatnya percaya dan menerimanya dengan kerap memuji kekuatannya, mengagumi segala senjatanya dan bersikap antusias untuk rencana militernya. Itu tidak sia-sia karena Horus bercerita banyak hal pada Mena.
Dia bilang kalau tidak akan langsung menyerang dan memilih membiarkan Seth menawan para sekutunya yang dia tangkap di kuil Thoth. Melakukan serangan balik tidak seperti perseteruan antar desa yang dipicu hal sederhana seperti pencurian atau perselingkuhan. Dia tidak bisa mendatangi markas musuh sambil membawa batu kerikil dan gada lalu berteriak menantang.
Baik horus dan Seth adalah veteran ribuan tahun untuk urusan perang. Masing-masing dari mereka berpikir untuk bergerak dua atau tiga langkah di depan musuhnya. Horus harus menyiapkan strategi yang tidak bisa ditebak oleh Seth.
Horus tidak terburu-buru. Dia sendiri tahu kalau saat ini dia tidak dibantu oleh sekutunya. Karena itu dia tidak punya pilihan selain memanfaatkan tenaga Mena serta Hermes.
Kurang dari dua Minggu yang lalu mereka tiba di fasilitas militer Horus yang tersembunyi di salah satu pegunungan Asia. Di sana mereka beristirahat dan mengatur strategi. Mena sudah terbiasa. Walau awalnya dia bingung melihat segala benda dan teknologi aneh di sana— dia cepat belajar.
Sesekali ketika dewa Horus tenggelam dalam pikirannya sendiri— Mena berkeliaran sendiri di tempat itu. Dia belajar cara menggunakan beragam artefak milik dewa dan beradaptasi dengan cara hidup atlantean. Dia mengamati Horus dan mencatat dalam otaknya.
Para dewa itu butuh makan dan tidur. Mereka juga bisa terluka dan berdarah. Ada beberapa tempat di fasilitas militer Horus yang hanya bisa dimasuki oleh dewa itu sendiri. Mena menebak kalau Horus menyembunyikan senjata terkuatnya di salah satu ruangan sana. Ada cawan-cawan logam terpasang di beberapa pintunya dimana Horus perlu meneteskan darahnya untuk bisa membukanya. Serupa dengan cara Mena ketika membuka makam Horus beberapa waktu silam.
Walaupun Mena bersikap sebagai hamba penurut dan sekutu Horus— kenyataannya dia saat ini sedang mencari kelemahan para dewa Mesir. Jika dipikirkan sekali lagi— rasanya aneh karena Horus seorang dewa. Sesuatu yang seharusnya abadi dan tidak bisa disentuh oleh manusia biasa.