"Aku bisa memastikan kalau sekutumu, Anubis, Hathor dan dewa lainnya masih hidup di kuil Thoth. Namun Seth mengubah kuilku menjadi penjara dan mereka dikurung di sana. Serangan mendadak kemarin telah melemahkan mereka. Kita tidak menduga kalau Seth sudah lama menyiapkan rencananya," Hermes melaporkan Begitu dia tiba kembali ke markas rahasia Horus.
"Seth memang tidak akan membunuh mereka, karena dia tahu kalau tidak banyak atlantean berdarah murni yang masih tersisa. Sama sepertiku, kami menginginkan kembalinya kejayaan Atlantis di bumi. Karena itu seburuk apapun yang kami berdua lakukan—tidak akan ada hukuman mati bagi kami." Horus menanggapi tanpa memandang mata si dewa Olympus. Dia sibuk dengan mesinnya sendiri.
"Kamu melakukan tugas pengintaian ini dengan baik. Apa kau memastikan kalau kau tidak diikuti?"
"Tentu saja, aku Hermes dewa pembawa pesan. Aku sudah melakukan ini selama ribuan tahun." Tanggap dewa berambut pirang itu percaya diri.
"Tapi aku tidak akan terus melakukan ini, Horus. Atlantis bukan rumahku, aku melakukan ini demi guruku, Thoth."
Horus berhenti beraktifitas dan melihat serius ke arahnya.
"Tidak banyak orang seperti Thoth,"
"Kenapa dengannya?"
"Dia memiliki sesuatu yang spesial dari dirinya. Dia bisa membuat orang-orang tangguh berpihak padanya, termasuk Ptah dan sekarang dirimu. Keduanya putra yang lahir dari bintang yang berbeda dari kami. Dan kalian berdua sama-sama mengakui Thoth sebagai guru."
"Tapi Thoth tidak benar-benar berpihak padamu, Horus."
"Aku tahu, sebagai pendeta tinggi dia selalu konsisten untuk tidak berpihak. Tapi bagaimana denganmu Hermes?"
"Karena Seth jelas mau membunuh Thoth serta diriku, tentu saja aku harus memihakmu."
"Lalu bagaimana kalau keadaan berubah buruk? Ini adalah perang dengan hasil yang tidak bisa ditebak. Aku dan Seth tidak boleh saling membunuh. Dewa Ra telah memprogram kristal di otak kami untuk itu. Kami hanya bisa menyakiti satu sama lain dengan seburuk-buruknya dan menunggu salah satu dari kami menyerah. Kau pasti sudah menerkanya, Hermes. Kami semua lelah."
"Apa tidak pernah ada pilihan berdamai?"
"Tidak," horus menggeleng.
"Tapi kau mungkin bisa membantu kami, Hermes. Bukan hanya pengintaian dan menjaga makam yang bisa kau lakukan."
"Jelaskan saja, tidak perlu berputar-putar begitu," Hermes tidak sabar.
"Kau bukan atlantean, Hermes. Kau bisa membunuh Seth, tidak ada kristal yang diprogram untuk menghalangimu."
"Atau membunuhmu, sepertinya itu lebih mudah karena aku bisa menjangkau dan menyentuhmu saat ini." Hermes tersenyum. Dia sedikit kesal karena Horus terpikir untuk memanfaatkan dirinya. Horus tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya namun berusaha menutupinya.
"Itu juga benar, membunuhku akan lebih mudah. Tapi kau menyimpan memori Thoth di otakmu, kau pasti tahu kepada siapa Thoth condong memberi dukungan." Horus tidak bersedia kalah begitu saja.
"Pembicaraan ini mulai menjadi liar. Aku di sini tidak untuk membunuh siapapun. Aku murid Thoth, seorang pencinta damai dan netral. Saat ini aku di pihakmu karena nyawaku terancam. Itu saja." Hermes mengangkat kedua tangannya dan berjalan menjauh.
Hermes mengerling ke arah tabung pengisi daya dimana Baba kera cyborg peliharaannya sedang memejamkan mata dan mengisi bahan bakar. Panel Suryanya mengalami kerusakan karena pertarungan dengan robot seth tempo hari sehingga dia harus mengisi baterai dengan cara manual.
"Kurasa aku akan beristirahat," Hermes melepaskan rompi luarnya, menampilkan dada, perut dan lengannya yang berpeluh dan bernoda tanah.