The Queen of Egypt

Kanina Anindita
Chapter #55

Bab 54 - Their First Date

Mena sangat pucat saat ini, sampai dia tidak bisa berteriak. Dia berada di depan mencengkram erat Surai Pelops si kuda Sembrani yang terbang lincah di angkasa. Hermes di belakangnya untuk menjaganya. Sebenarnya mereka tidak perlu terlalu khawatir. Sadel setiap kuda Sembrani memiliki sabuk pengaman yang mengikat paha dan kaki mereka.

Walaupun saat ini Pelops terlihat girang berputar dan sesekali bersalto di udara-tidak ada yang berkurang dari mereka selain kepala yang menjadi pusing serta rambut berantakan.

Mena tidak bisa melihat kemana arahnya. Dia hanya bisa melihat langit yang luas serta bintang-bintang yang sesekali berkedip seakan meledeknya. Apa yang seorang Firaun lakukan seperti dia lakukan saat ini? Bukankah hidupnya sudah terlalu sibuk dan penuh bahaya? Ini seakan sedang dengan sengaja menantang maut.

"Bukankah ini menyenangkan?" Hermes tertawa.

"Apa? Aku bahkan tidak berani membuka mataku!" Mena mengeluh, merasa menyesal bersedia ikut. Suaranya sedikit teredam dengan angin.

"tidak usah takut, Pelops tidak pernah menjatuhkan siapapun!"

"Selalu ada yang pertama untuk segala hal!"

"Buka matamu, Amen-Ra!"

"Tidak! Beritahu saja aku kalau kita sudah sampai!"

"Kau tidak akan menyesal, ayo buka matamu sekarang," Hermes membujuk sambil memeluknya dari belakang.

Mena merasa terbang Pelops kini lebih stabil. Rupanya dia sejak awal bisa terbang dengan tenang. Hermes mungkin sedang pamer atau sengaja membuat sang Firaun ketakutan. Mena berada di atas sungai Nil saat ini, mayoritas penghuninya masih tertidur. Namun dia bisa melihat obor-obor menyala ditancapkan di dekat rumah penduduk.

Air sungai kini tampak berkilauan karena pantulan gugusan bintang yang berbaris bagai sebaran pasir di langit. Mena melihat patung Sphinx yang perkasa, Piramida yang gagah dan penuh keagungan serta pilar-pilar tinggi bagian dari kuil di sana.

Seperti ini kah Mesir di mata para dewa? Mereka melihat dari langit, dan mengamati para manusia dan aktifitasnya. Ada perasaan takjub sekaligus sedih karena melihatnya. Kedamaian ini mungkin tidak akan bertahan lama.

"Bagaimana menurutmu?"

"Ini menakjubkan," gumam Mena dengan mata menerawang.

"Melihat semua ini dari atas membuatmu lebih tenang kan? Mesir baik-baik saja. Sebuah bangsa tidak akan serta merta hancur hanya karena pemimpin yang salah atau perang. Aku sudah mengamati dan hidup bersama para manusia Mesir ini selama ribuan tahun. Selain banyak Firaun bijaksana dan mensejahterakan rakyatnya, banyak juga Firaun korup yang membuat Mesir terpuruk. Ada masa kekeringan, ada masa banjir, ada juga badai gurun. Namun Mesir tetap berdiri sampai saat ini," Hermes berkisah.

"Apa tujuanmu menunjukkan semua ini padaku?" Tanya Mena.

"Mengurangi sedikit beban pikiranmu, aku tahu kalau kamu sulit tidur sejak Ahmose mengkhianatimu. Amen-Ra tidak ada yang memaksamu menjadi Firaun yang sempurna," Hermes memberitahunya.

Mena menggigit bibirnya ragu, dia merasa gagal dan bodoh selama ini. Dia lemah dan tidak cukup berkuasa. Dia pun mulai melirik cara lain untuk membuatnya terlihat kuat seperti mendekati dan meminta bantuan Horus serta Hermes. Tapi itu tidak segera membuatnya lega. Dia ragu dengan langkahnya, dia tidak percaya diri dengan tindakannya tapi tidak ada yang mengkoreksinya.

Bahkan Mena saat ini berhati-hati dengan doanya. Dia tidak ingin dewa manapun mendengar isi hatinya. Karena Mena berencana untuk melawan mereka semua.

Mereka pun mendarat di pemukiman yang cukup sepi. Pelops ditambatkan di sana. Sayapnya ditutupi dengan kain lebar yang dibawa Hermes agar tidak ada manusia yang menyadari keajaibannya.

Hermes membantu sang Firaun turun ke tanah namun tidak ingin terburu-buru melepaskan pelukannya.

"Bagaimana?"

"Apanya?"

"Perjalanan pertamamu menaiki kuda Sembrani, hanya dewa Yunani yang bisa memeliharanya. Ini pengalaman langka untuk manusia sepertimu," Hermes memberitahu.

Lihat selengkapnya