Mena merasa sedikit sakit kepala, pandangannya berkunang ketika dia bangkit dari rebahnya. Lagi-lagi dia bangun terlalu siang. Kemarin dia berpesta sampai terlalu malam. Mena merasa melakukan hal tidak pantas pada awalnya. Dia dibesarkan di komplek kuil karnak. Minum dan menari sampai pagi biasanya tidak dilakukan para pendeta. Bukan berarti ada larangan untuk itu, hanya saja lingkungan Karnak terlalu serius.
Dia berpesta dengan banyak bangsawan, berkunjung dari rumah satu ke rumah yang lain. Mencicipi hidangan mereka yang tidak pernah dia rasakan. Berbincang dan menari tanpa beban bersama mereka tanpa mereka tahu kalau dirinya adalah Firaun.
Tidak ada yang mengenalinya. Mena merasa bebas melakukan apa saja. Walaupun dia tahu, setelah ini dia akan segera kembali ke kehidupan idealnya. Sebagai Firaun dia diharuskan untuk menjaga sikap. Rakyat menyembahnya sebagai dewi. Seharusnya seorang Dewi tidak terlibat dalam beragam aktifitas tidak bertanggung jawab yang dilakukan anak muda seumurannya.
"Hermes, hei, Hermes," Mena menepuk pipi suaminya yang masih mendengkur di ranjang yang sama dengannya.
Dia pun menguap dan menggeliatkan badannya yang setengah polos dan memeluk istri mortalnya
"Ini masih pagi," katanya malas.
"Matahari hampir di atas kepala, aku rasa sudah cukup bersenang-senangnya. Kau harus membawaku kembali ke Thebes," Mena mengingatkan.
Selama hampir satu minggu ini Hermes kerap mengajak Mena bersenang-senang. Seakan lupa dengan tumpukan tanggung jawabnya. Hermes tidak terlihat berkomunikasi dengan siapapun dan juga tidak ada yang mencarinya.
Hermes bilang, Horus tidak membutuhkan bantuannya untuk menyelamatkan para dewa Mesir yang ditawan. Dia meminta Hermes melakukan hal lain. Dia mengaku pada istrinya kalau sesungguhnya segala wisata dan pesta mereka adalah usahanya untuk membantu Horus. Tapi Mena cukup yakin kalau Hermes tidak melakukan hal yang berarti.
Di waktu lain dia pernah bilang kalau dia butuh cuti dari semua aktifitas kedewaannya. Firaun wanita itu masih belum paham. Dia memang bukan Thoth tapi dia mengaku sebagai dewa Yunani. Bagaimana mungkin seorang dewa berkeliaran ke sana kemari meninggalkan tanggung jawabnya? Bagaimana dengan nasib para warga Yunani selama ditinggalkan Hermes?
Terlibat dengan urusan para dewa telah menurunkan iman dan respek Mena terhadap mereka. Para dewa sepertinya lebih sibuk dengan urusan mereka sendiri ketimbang melayani para manusia. Padahal kuil mereka tidak pernah kosong dan para pendeta serta manusia bersimpuh di hadapan patung mereka dan berdoa sambil menangis demi agar para dewa mendengar mereka. Apakah mereka tidak merasa iba dengan para manusia?
"Aku tidak mau cepat-cepat meninggalkanmu di Thebes karena aku tidak bisa selalu menemuimu." Hermes berkata sedih sambil memeluknya.
Mereka berdua sudah sama-sama berikrar untuk tidak lagi saling menyentuh sampai mereka membuat keputusan. Tapi semua terjadi dengan alamiah. Di malam pertama mereka tidur di penginapan Esara—hermes dan Mena sudah melanggar sumpahnya. Tidak hanya berciuman, tapi mereka juga terbangun di ranjang yang sama.
Malam yang mereka kira hanya kesalahan, terjadi lagi esoknya. Tanpa minuman keras atau tanaman pembuat halusinasi—mereka tetap melakukannya. Mereka sadar dan melanjutkan hubungan beda dunia itu. Masing-masing memutuskan jujur pada diri mereka sendiri. Ada atau tidaknya cinta, jelas mereka saling menyukai. Hermes malah menyimpulkan dari sekian banyaknya wanita yang pernah dia sentuh selama dia hidup—Mena mungkin menjadi favoritnya.
"Aku sudah mulai bosan makan daging, aku berharap bisa makan roti dan madu atau buah-buahan," Mena berkomentar ketika untuk kesekian kalinya dia harus sarapan terlalu siang dengan menu berat.
Sebagai Firaun, dia menerima hidangan mewah hampir seharian. Karena gaya hidup itu lah kebanyakan Firaun dan anggota kerajaan Mesir obesitas. Sementara itu, Orang Mesir di kalangan bawah menyantap hidangan dengan kalori tinggi setiap harinya, namun mereka pekerja keras yang nyaris tidak pernah libur sehingga tubuh mereka tetap ramping. Untungnya Mena terbiasa hidup tertib dan prihatin di Karnak. Perutnya sudah beradaptasi agar tidak bisa makan banyak.
"Kau bisa melewatkan sarapan, Amen-Ra. Apa mau bir? Aku mencium bir yang baru diperas dari guci-guci minuman milik Esara. Itu akan membuatmu segar," Hermes memberitahu sambil mengunyah malas.
"Tidak ada teh?"
"Kurasa tidak, itu komoditi yang sulit ditemukan di Mesir,"
"Aku terbiasa meminumnya di istana Thebes, sejak kamu mengenalkannya padaku di hari pertama kita bertemu,"