Jejak langkah ribuan kaki prajurit terdengar gagah dan ramai. Membuat mata para manusia Nil menoleh dan berhenti sejenak mengerjakan segala aktivitas mereka. Mereka menunda mencabuti rumput liar yang tumbuh di antara tanaman gandum mereka. Para budak juga berhenti mendorong batu di proyek pembangunan kuil.
Para prajurit itu membawa maklumat. Mereka singgah beberapa kali di antara kerumunan manusia untuk menyampaikan pesan dari Firaun.
Para dewa akan datang. Ratu mereka sudah kembali dan manusia Nil akan berjaya.
Itu kurang lebih isi pengumuman mereka. Yang serta merta membuat beberapa manusia Nil mendongak ke atas langit dan menyipitkan mata mereka—seakan berharap Ra sang dewa matahari menunjukkan kebenaran dari maklumat itu.
Para pendeta Karnak dan kuil lain menyebar rumor. Kalau Firaun Ahmose tidak diberkati oleh Dewa dan pengkhianat. Cukup banyak dari warga mempercayai para pendeta yang mengorbankan nyawa mereka dan rela dikejar anak buah Firaun demi mengatakan itu.
Mereka menentang Ahmose dan mendukung Firaun Amen-Ra selaku garis keturunan sah dari Akhenatum dan menunjukkan mukjizatnya yang dilindungi oleh dewa Thoth. Ahmose memperburuk semua itu dengan memaksa para pendeta beralih menyembah Seth dan menghancurkan kuil Thoth.
Bukan pertama kalinya seorang Firaun, memaksakan kepercayaan mereka pada rakyatnya. Tapi kali ini para pendeta merasa bisa memberontak karena Amen-Ra membuktikan kalau dewa Thoth mendukungnya. Sementara Ahmose, tidak kunjung mengaku atau mengumumkan kalau dewa Seth berada di belakang tahtanya.
Lagipula apa yang dilakukan oleh para pendeta tidak terlalu signifikan untuk tahtanya. Rakyat Mesir adalah bangsa pekerja yang fokus untuk menuntaskan tugas mereka. Bagi mereka, tidak terlalu penting siapa Firaun yang memimpin dan siapa dewa yang mendukung mereka. Asalkan mereka bisa hidup aman dan kenyang.
Ahmose menguasai seluruh militer mesir. Itu saja sudah cukup untuk menegaskan posisinya. Layaknya kawanan domba yang digiring oleh seekor anjing gembala—seperti itulah yang dilihat oleh Ahmose dari rakyatnya. Para pendeta dan rakyat jumlahnya sangat banyak. Tapi itu tidak ada artinya selama mereka masih takut pada ujung runcing tombak dan belati para prajuritnya.
Apalagi kali ini, Ahmose akan mempermalukan para pendeta yang menentangnya.
Dia duduk di atas tandu mewahnya, berdampingan dengan Amen-Ra yang telah didandani. Perempuan itu duduk dengan wajah sedikit muram namun tetap bersahaja. Dia tidak ingin menunjukkan rasa takut apalagi tangisan. Dia tampil di depan publik sebagai ratu Mesir, bukan Firaun. Tapi dia sudah lebih dewasa. Dia tidak akan mempermalukan dirinya sendiri lagi. Posisinya lemah, dia tidak punya Hermes untuk mendukungnya. Dia hanya harus bertahan hidup dan bersumpah tidak membiarkan rakyat Mesir melihat senyumnya.
Mena bisa melihat rombongan Ahmose membawanya ke sebuah tanah lapang di dekat Piramida Giza. Rakyat tampak sudah ramai berkumpul karena prajurit kerajaan mengarahkan mereka ke sana.
"Rakyatku!!" Ahmose berdiri di atas tandunya dan berteriak lantang untuk menarik fokus semua orang ke arahnya. Mereka berdua ditopang puluhan budak pria yang memakai wig. Mereka semua didandani dengan mewah, lengkap dengan riasan hitam di sudut mata mereka. Walau mereka mengenakan kain dan wig berkualitas—tetap saja itu tidak meniadakan fakta kalau mereka adalah manusia-manusia yang tidak memiliki kebebasan.
"Seperti yang kalian tahu, ratuku Amen-Ra sudah kembali! Dia diculik oleh dewa palsu yang mengaku sebagai Thoth. aku pun mencarinya dan telah membunuhnya!"
Mena menarik nafasnya dan membuang wajah. Ahmose melakukannya lagi. Dia membuat Mena seperti gadis bodoh dan terlampau lugu. Kini dia memaksa rakyat dan para pendeta percaya kalau Thoth yang bersama Amen-Ra adalah dewa palsu. Mena telah ditipu dan Ahmose adalah pahlawannya.
"Seperti yang kalian tahu, ratuku terlalu baik. Dia telah diperdaya. Tapi aku mengampuninya dan menerimanya kembali di sisiku. Aku akan memerintah Mesir bersamanya. Dia, adalah keturunan Akhenatum dan aku adalah Firaun dan juga suaminya. Kami akan dianugerahi keturunan yang diberkahi oleh para dewa dan menjadikan Mesir sebagai negara terkuat di Bumi!" Ahmose melanjutkan pidatonya bersemangat.