Hangat dan sedikit menyesakkan. Rasanya seperti terbenam di dalam tungku pembakaran yang baru saja dimatikan. Dia berkeringat, peluh menetes ke telinganya. Tangannya berusaha digerakkan namun sulit dia lakukan. Saat ini, kaki dan tangannya seperti dihuni jutaan semut yang merayap di aliran darahnya.
Hermes memaksakan dirinya untuk bangkit. Mengabaikan segala rasa tidak nyaman yang menyiksanya. Dia mendorong terbuka sebuah penutup di atas kepalanya. Dia terbangun dalam sebuah Sarkofagus di tempat yang familiar untuknya. Pesawat milih Thoth.
"Amen-Ra?" Serunya pertama kali ketika dia bersuara.
Dia ingat kalau dia kalah dari Ahmose dan pingsan. Dia ingat tangan kekasihnya diseret pergi oleh jenderal ambisius itu. Sudah berapa lama sejak itu terjadi? Apakah Mena baik-baik saja?
Beragam pertanyaan muncul di kepalanya yang seakan berubah menjadi jarum dan menyiksa kepalanya. Dia baru saja bangun, keseimbangannya belum pulih. Tapi dia tidak bisa beristirahat.
"Dari yang kutahu, dia baik-baik saja," kata seseorang.
Hermes membelalakkan mata, orang itu seharusnya tidak akan muncul setidaknya selama dua ratus tahun ke depan. Hermes pun menyadari sesuatu. Dia terbangun di peti mati? Seperti para dewa Mesir lainnya. Apakah itu artinya dia sudah berada di dalamnya selama ratusan bahkan ribuan tahun? Apakah itu artinya Amen-Ra sudah tiada?
"Tenanglah, Horus memaksaku bangun lebih awal. Beruntung dia tidak merusak syarafku atau semacamnya. Aku sehat dan baik-baik saja. Dan kau juga, Hermes. Aku sendiri yang merawat cedera fatalmu. Kini kau baik-baik saja," Thoth menjelaskan.
Dia terlihat sama seperti seribu tahun sebelumnya. Tidak ada yang berubah. Termasuk cara bicara yang seakan sok tahu segalanya namun entah kenapa selalu terdengar bijak. Serta fakta kalau Thoth adalah seorang yang egois namun tetap bisa memanipulasi kesetiaan sosok setangguh Hermes atau Ptah dan mayoritas Atlantean.
"Thoth?" Hermes seakan ingin memastikan.
"Ya Hermes, aku Thoth,"
"Bukan hologram atau robot?"
"Bukan, aku Thoth, pendeta tinggi Atlantis. Dewa pengetahuan rakyat Mesir," pria itu menegaskan.
Hermes pun merasa kalau tungkai kaki dan lengannya mulai mudah digerakkan. Dia memaksa berdiri dan meninggalkan peti mati mengerikan itu. Rasanya sangat pengap di sana. Bagaimana seseorang bisa tinggal di sana selama ribuan tahun?
"Sudah berapa lama aku tertidur?"
"Biar kujelaskan dulu, Hermes. Tubuhmu, menerima serangan yang fatal. Sebagian limpamu hancur, lambungmu berlubang dan tulang rusukmu juga remuk. Beruntung sel-sel tubuh abadimu masih berjuang untuk memperbaikinya. Nanobot di aliran darahmu juga membantu mencegah pendarahan parah. Namun kamu hampir mati, Hermes. Mati oleh senjata ciptaan Seth. Horus yang tahu kalau kau adalah orang Olympus panik. Kalau kau mati, kita bisa saja berperang dengan Olympus. Karena itu mereka membangunkanku paksa untuk menyelamatkan nyawamu." Thoth bercerita.
"Terima kasih, tapi—"
"Hampir dua tahun,"
"Apa?"
"Hampir dua tahun kau tertidur. Tidak mudah menumbuhkan kembali jaringan sel mu. Radiasi tinggi dari senjata Seth membuatnya sulit beregenerasi. Normalnya organ tubuh selain hati tidak bisa tumbuh kembali. Tapi... Yah, kamu tidak perlu tahu detilnya. Yang jelas kamu kini sama sehatnya seperti pria bugar berusia dua ribu tahun," Thoth tersenyum.
"Apa yang terjadi dengan Mesir selama aku tidur?"
"Banyak sekali, kalau kita bicara tentang perseteruan antara Seth dan Horus. Kurasa aku bisa bilang kalau saat ini Seth unggul. Para manusia Nil kini menyembah Seth sebagai dewa utama. Aku masih bingung kenapa Firaun menghancurkan kuil-kuil Thoth, apa yang kau lakukan hah?" Thoth sedikit marah.
"Aku menyentuh wanita yang dicintai oleh Firaun Ahmose.. karena itu juga dia berusaha membunuhku," Hermes menyahut.
"Maaf," lanjut Hermes lagi.
"Ya, kau harus menyesal. Kau lupa kalau kau sedang menjadi diriku. Tapi aku tidak akan menyalahkanmu, kami sudah banyak membebanimu. Karena itu, aku akan mengambil alih semuanya. Kau tidak perlu lagi melakukan tugas-tugas Thoth."