The Queen of Vampires

Laila NF
Chapter #2

Arch: Stay With Me

Once upon a time, if I might say, bangsa vampire hidup di antara manusia, membentuk sebuah desa kecil dengan belasan kepala keluarga. Mereka menyebut diri sebagai mutan dari ras manusia, dengan sebuah karakter khusus pembeda, kebutuhan akan darah yang lebih banyak.

And soon this ‘need’ turned into ‘thirst’. And the mutants turned into predators, the enemy of human race.

Populasi vampire bertumbuh dan hanya masalah waktu hingga manusia menyadari keberadaan pemangsa mereka. Meski begitu para vampire sibuk bertarung antar sesama, beradu kekuatan memperebutkan wilayah dan kekuasaan. Barulah ketika seorang pemenang mutlak muncul, seorang raja yang diakui, para vampire dapat dibuat patuh.

The first king of vampires menyadari ketakutan yang dialami manusia dan kehancuran besar yang menunggu di masa depan jika bangsa vampire terus bertindak sesuka hati. Satu peraturan mutlak kerajaan vampire muncul, yaitu kewajiban untuk menyembunyikan keberadaan dari manusia. Di bawah pimpinan raja pertama, para vampire membangun kota mereka sendiri, dunia mereka sendiri, yang kemudian dikenal sebagai underworld.

***

30 July 1948, Lucania, Capital of Vampire’s Kingdom

Dua minggu berlalu sejak aku kembali ke istana utama, sebuah tempat yang mungkin kurang tepat untuk disebut rumah. But, well, inilah tempatku tumbuh, tempat keluargaku tinggal, rumahku. Istana utama dibangun di bagian puncak di pusat kota Lucania yang tersembunyi di sebuah gua bawah tanah super besar. Bagian permukaan adalah padang pasir luas tak berpenghuni, di salah satu dataran yang senantiasa dihujani terik matahari, tepatnya di Arizona bagian barat daya dan perbatasan California bagian tenggara.

Key tidak berhenti mengagumi keindahan kota Lucania. Aku tidak menyangka dia begitu mengagumi arsitektur khas Eropa kuno yang melekat di sebagian besar bangunan, terutama istana. Dinding tebal yang tersusun dari batu-batu besar berwarna light brown mengelilingi istana seluas 1.500 m2, seperti benteng dengan tiga gerbang masuk yang dijaga ketat. Ada beberapa pintu masuk lain dari bagian bawah kota, namun hanya bisa diakses oleh anggota kerajaan saja. Kota di bagian lembah gua yang mengelilingi bagian pusat di mana ratusan bangunan tampak seperti tumpang tindih menyangga istana, dikelilingi oleh sebuah sungai selebar 5 meter. Di bagian tepi dekat dinding gua juga terdapat pemukiman yang sedikit lebih lenggang, tidak sepadat bangunan di bagian pusat.

Istana utama memiliki banyak pilar-pilar besar yang menyangga atap, membentuk lengkungan indah ketika bertemu di langit-langit. Dan berbagai lukisan menghiasi langit-langit aula, ditemani lampu hias yang terbuat dari ratusan Kristal dengan cahaya yang berpendar lembut ke seluruh ruangan. Tangga-tangga besar saling berkaitan seolah membentuk labirin transversal. Beberapa lampu melekat di dinding di tepi koridor-koridor panjang. Jendela panjang dengan bingkai terkotak-kotak dan bagian atas yang melengkung sedikit seperti huruf v, memungkinkan untuk melihat ke bagian taman di tengah istana yang dipenuhi bunga dan beberapa kolam, atau untuk melihat halaman depan dan samping. Beberapa pengawal selalu setia berjaga di setiap pintu yang dapat ditemukan di lantai satu.

Kesan kuno dan medieval masih melekat pada istana ini. Namun bangunan di pusat kota kebanyakan sudah memiliki desain modern yang simple dan fungsional. Seperti beberapa pusat perbelanjaan besar yang dilengkapi lift dan escalator, serta bioskop tiga dimensi di dalamnya. Ada juga beberapa bar yang menyediakan anggur dan hiburan dengan kelas yang berbeda-beda. Di bagian puncak, tidak jauh dari main ballroom tempat masquerade dan pesta kerajaan biasanya berlangsung, terdapat bar super mewah dengan sajian hiburan musik klasik untuk para pureblood dan bangsawan. Sementara bar-bar lain mungkin memanjakan pengunjung dengan musik kekinian dan merakyat.

Ya, vampire memiliki sistem kasta. Pureblood, non-pureblood, dan ex-human, atau dalam istilah yang lebih buruk, mud blood. Aku tidak pernah menyukai sistem kasta yang berlaku secara tidak tertulis tapi mutlak dalam kerajaan kami. Dan ketidaksukaanku semakin bertambah saat aku menyadari bahwa aku jatuh cinta pada seorang manusia. Key memang sudah menjadi vampire sekarang, tapi sejujurnya tidak banyak hal yang berubah hanya dengan itu.

“Kota ini luar biasa,” ujar Key riang sambil menjatuhkan diri di sebuah sofa berlengan empuk dekat perapian di kamar pribadiku. Dia baru kembali dari berkeliling kota bersama Arion.

“Apa yang kau kunjungi hari ini?”

The downtown,” kata Key menyebut bagian bawah kota yang berbatasan dengan sungai. “Kami pergi ke bagian utara, lalu menyewa sebuah perahu untuk berkeliling. Aku masih tidak percaya tempat ini ada di US”

Di bagian utara Lucania, terdapat sebuah desa yang di bangun di atas sungai sehingga orang-orang bisa berkeliling dengan perahu atau jembatan-jembatan penghubung. Berbeda dengan kota di bagian timur yang memiliki beberapa bangunan besar yang dibangun di antara sungai seperti Venecia di Eropa, desa kecil di utara hanya berisi rumah-rumah penduduk beratap runcing dan umumnya berlantai satu atau dua. Aku menyukai kesan mistis di desa itu.

Key meneruskan cerita perjalanannya, tentang kedai kopi yang mereka datangi, deretan gang sempit yang seperti keluar dari negeri dongeng dari jaman medieval, lampu-lampu taman bergaya kuno bak lentera, dan beberapa orang yang menurutnya seperti datang dari masa seratus tahun yang lalu.

Aku tersenyum kecil, sepertinya Key bersenang-senang dengan Arion. Bagian yang paling kusesalkan, ‘dengan Arion’. Aku berharap bisa menemaninya berkeliling atau sekedar mengobrol bersamanya seharian alih-alih meninggalkannya sendirian nyaris sepanjang hari dan hampir setiap hari selama kami tingga di istana.

Setelah meninggalkan istana selama dua tahun, wajar saja kalau ada segudang laporan yang harus kubaca dan setumpuk tugas yang menungguku. Inilah hal ketiga yang paling kubenci karena terlahir sebagai pangeran. Ayah selalu menyerahkan beberapa tugas padaku, menurutnya sebagai latihan sebelum akhirnya semua tugas kerajaan dilimpahkan padaku. Hal yang paling kubenci nomor dua, pangeran tidak pernah bebas pergi sesuka hati. Aku harus menyelesaikan tugas-tugasku, karena itulah aku tidak bisa terus berada di samping Key seperti sebelumnya.

Lihat selengkapnya