The Real Culprit

Karina Natallia
Chapter #1

Prolog

Ice Cream, aku memikirkannya sepanjang hari. Akan kupastikan hari ini memakan dua cup ice cream. Pasalnya outlet Mbok Ice Cream sudah tutup selama seminggu.

"Steph, nanti beli ice cream ya, plisss. Pengen banget. Mbok nih tutup terus. Ya kali nunggu mbok buka. Bisa seabad kali baru buka," renggekku.

"Hmmmm, okay. Cuma aku rasa ice cream Mbok nggak ada yang saingin, Yo," jawab Stephany sambil tersenyum.

Ini Stephany Sharon, ia sahabat karibku. Kalian boleh ambil apa saja dariku tapi tidak boleh ambil Steph. She is the only one. Steph sangat ceria, lemah lembut dan baik. Ia menerima aku apa adanya. Saat banyak teman yang menjauhiku karena perusahaan ayahku bangkrut, ia tetap di sisiku. Saat semua anggota keluargaku menyalahkan dan berkata aku adalah sumber kesusahan mereka, Steph selalu disampingku. Ia sahabat, ibu, dan saudari bagiku. Aku akan ceritakan lebih banyak lagi tentang Steph.

Stephany Sharon, bukankah nama yang cantik? Benar, bukan hanya namanya, ia juga berwajah cantik, aku suka pilihan parfumnya Ocean, deep dan tidak berlebihan. Ia selalu rendah hati padahal orang tuanya kolongmerat. Steph anak yang cerdas dan berbakat. Ia peringkat ke 5 di kelas. Aku bisa menceritakan lebih banyak lagi. Tapi cukup sampai di sini ya, Diary.

"Steph, kamu nggak lupakan nulis Diary hari ini?," senggolku.

"Of course not, Yo. Besok jadwal kita tukar Diary kita ya," senyumnya selalu berhasil membuatku gembira.

Dua orang laki-laki dan perempuan sebayaku menghampiri kami berdua. Iya, mereka adalah Dandelion Purnama dan Cattie Volodya. Mereka juga adalah sahabatku. Dandelion terkenal dengan sebutan Si Jenius Ganteng. Ia selalu peringkat 2 di kelas dan satu-satunya diantara kami yang followers Instagramnya mencapai seratus ribu. Yup, 100k. Cattie dikenal sebagai Dewi Biola, aku akui permainan biolanya cukup bagus, tapi tidak sebanding denganku. Ia mempunyai kelebihan lebih cantik daripadaku. Ia blasteran Indonesia dan German.

Oppps, aku lupa memperkenalkan satu lagi, Prima Bagas, pemain basket sekolah yang ketenarannya sampai ke sekolah tetangga.

"Prim, Yon, Ket, ikut yuks beli ice cream," pintaku dengan memasang wajah imut.

"Maaf ya nggak bisa," jawab Cattie tegas. Disahut dengan kata tidak bisa lainnya dari Prima dan Lion.

"Yo, berarti ini date kita ya," Steph berusaha menggodaku.

"Oki doki," sahutku.

******

Bell sekolah berbunyi tanda sekolah berakhir hari ini. Yang aku nantikan akhirnya tiba, Ice cream!

Lihat selengkapnya