Kembali memijak tanah kelahiran membuatku senang. Rindu akan suasana ini membuatku melupakan negara yang ku tinggali sebelumnya, Amerika. Negara yang ku jadikan alasan kepergianku dari negara pijakanku sekarang. Senang? tentu saja, setiap orang akan senang dan bahagia jika kembali ke negara asalnya termasuk aku. Tapi, kenangan masa lalu kembali mengingatkan ku akan sesuatu.
Akankah luka itu kembali terbuka?
Apa usahaku selama 3 tahun ini akan sia-sia?
Aku melangkahkan kaki menuju pintu keluar terminal kedatangan mendorong dua koper besar yang menurutku sangat merepotkan. Mataku berusaha mencari seseorang yang sedang mengangkat papan bertuliskan namaku.
Aku menghampiri lelaki yang terlihat kelelahan sedang duduk sambil memegang papan namaku "apa kau Kim Namjoon?" sambil melepas kacamata hitam yang kukenakan.
Sebelum pesawat yang kutumpangi lepas landas aku sempat menelepon appa dan appa memberitahuku siapa yang akan menjemputku dibandara dan orang itu bernama Kim Namjoon.
Pria itu berdiri menyetarakan tingginya denganku "Ne, apa anda nona Ha Jinri?" Pria itu bertanya dan ku balas dengan anggukan.
"Annyeong hasimnikka, perkenalkan saya Kim Namjoon sekretaris tuan Ha Jinyoung. Saya diperintahkan untuk menjemput anda nona" ucap pria itu lalu sedikit membungkuk.
Aku sedikit membungkuk, membalas perlakukan pria di hadapanku yang notabennya adalah sekretaris ayahku. Aku kembali memasang kaca mata hitam dan mulai mengikuti langkah kaki pria itu dari belakang. Tanpa sadar aku sudah berada di dalam mobil, ya sepanjang jalan menuju parkiran aku hanya melamun. Menelusuri jalanan Seoul membuat aku teringat akan kejadian beberapa tahun lalu.
Apa aku harus senang? atau bahkan sebaliknya
Kenapa aku harus kembali kemari?
Kuharap semua tidak berdampak buruk nantinya
Suasana hening menyelimuti keadaan di dalam mobil. Aku memutuskan untuk memulai pembicaraan agar tidak ada kecanggungan diantara kami meskipun kami baru saling mengenal.
"Sepertinya kau masih muda Namjoon-ssi?" tanyaku
"Ne. Anda benar nona" jawabnya
"Kau boleh bicara informal padaku, kurasa itu akan lebih baik"
"Maaf, tidak bisa nona" ucap nya
"Tenanglah. Kau bisa bicara informal saat tidak ada appa. Berapa umurmu Namjoon-ssi?"
Matanya masih menatap jalanan Seoul "24 tahun. Kau?"
"Benar dugaanku kau masih muda. Aku 21 tahun" ucapku sambil menatap jejeran bangunan yang menjulang tinggi.
Mobil yang kutumpangi sudah berhenti tepat didepan rumah besar yang dulu nya menjadi tempat bermain, dan tempat ku berteduh. Rindu? sangat, aku sangat rindu akan segalanya. Appa, eomma, oppa.. semuanya bahkan aku juga merindukan dia.
Dia? kenapa aku harus merindukannya. Untuk apa aku merindukannya.
Seseorang membuka pintu mobil dan orang itu adalah sekretaris appaku. Aku sedikit membungkuk memberi hormat. Biarpun umur kami selisih kurang lebih 3 tahun, aku akan tetap menjaga sopan santun pada seseorang yang lebih tua dariku.
"Sampai jumpa Namjoon-ssi" ucapku setelah membungkuk lalu dibalas senyuman olehnya.