Makan hati, berulam jantung mungkin itu pepatah yang sangat cocok untuk hatiku sejak kejadian itu sampai sekarang. Kejadian kelam yang membawaku dalam keadaan terpuruk.
Keadaan yang membawaku harus memilih jalan hidup yang berat. Banyak hal yang harus kulalui untuk melewati kehidupan ini. Harus bangkit dan menguatkan hatiku. Hidupku tidak semudah yang kalian bayangkan.
Bisakah aku memilih untuk berhenti bernafas?
Atau amnesia untuk bisa melupakan kejadian itu?
Kalian tau? Ini sangat berat. Kehidupan 3 tahun ini kulalui dengan susah payah. Rasanya enggan untuk bangkit dari masa-masa itu. Keberanian? Bahkan aku tidak memiliki niat sedikitpun. Lalu kenapa aku berhasil melewati semua ini?
Entah, aku juga tidak tau kenapa aku bisa melewati semua ini.
Kring---kring
Seperti keseharianku di negara tetangga yang dulu kujadikan tempat beristirahat. Bangun di pagi hari yang dibantu dengan deringan suara jam weker. Aku selalu bangun tepat waktu, menjalani keseharianku seperti biasanya.
Aku menuruni satu persatu anak tangga setelah selesai membersihkan diri. Memusatkan tujuanku pada meja makan.
"Bagaimana tidurmu nak?" tanya appa
"Nyenyak. Appa, eomma boleh aku pergi setelah ini?"
"Odie?" kini eomma yang bertanya
"Entahlah. Aku ingin jalan-jalan saja. Aku rindu Seoul." ucapku dengan jelas
Eomma beranjak dari tempat duduk menghampiriku lalu menyentuh bahuku "Baiklah."
Ku hirup nafas dalam saat mulai menelusuri jalanan Seoul. Rindu akan suasana seperti sekarang ini. Kubiarkan kaki ini mengikuti alur hati tanpa sadar langkah kakiku terhenti didepan sebuah sekolah. Hanyoung High School, aku menatap dengan lekat nama sekolah itu. dimana tempat itu berisi semua kenangan yang menurutku bahagia juga menyakitkan.
Bisakah masa-masa itu terulang kembali? Aku sangat rindu.
Kini langkah kakiku terhenti tepat didepan sebuah cafe tidak jauh dari sekolah. Cafe ini dulunya sering ku kunjungi bersama sahabatku. Cafe ini terbilang cukup ramai, bukan hanya dari cita rasanya yang sesuai selera tapi nuansa dari tempat nya juga sangat bagus.
Aku mendorong pintu kaca dan melangkah menuju tempat pemesanan "Aku pesan latte." ucapku dengan senyum
"Baiklah 1 cup latte, 5.000 Won nona."
Aku membayar dan mengambil latte, mataku berusaha mencari tempat kosong, dan aku menemukannya.
Paper cup ditanganku terjatuh saat seseorang menabrakku. Cairan berbahan dasar espresso dan susu itu tumpah mengenai mantel yang kukenakan. Mataku tak henti menatap mantel dan berusaha membersihkannya.
Seseorang membungkuk di hadapanku "Joesonghamnida, tadi aku buru-buru. Maafkan aku"
"Hmm... gwaenchanseumnida." ucapku masih fokus membersihkan mantel
Lelaki di hadapanku mulai mensejajarkan tubuhnya "Ha Jinri, benarkah ini kau?"
Aku sontak mengangkat kepala saat orang dihadapanku memanggil namaku "Ne.. ahh oppa. Kaa..u?"
"Aku sangat merindukanmu." lelaki itu langsung memelukku
Kini kami duduk berhadapan disalah satu meja. Menyesap kopi yang telah dipesan lelaki yang memelukku di depan meja kasir.
"Jimin oppa.. bagaimana keadaanmu?" tanyaku dengan raut wajah gembira
"Baik. Bagaimana denganmu?"