The Red String

Dyna Rukmi Harjanti Soeharto
Chapter #2

Bab 2

Setelah kepulangan Dipta, Rianti termenung di ruang tamu. Perempuan itu ingat mendengar nama Dipta pertama kali dari Adzkia, sebelas tahun yang lalu, saat menjelang pemilihan ketua OSIS. Adzkia bercerita bahwa ada satu temannya yang sangat percaya diri mendaftar sebagai calon ketua OSIS. Ternyata guru-guru tidak meloloskannya menjadi calon ketua OSIS. Adzkia mendengar dia akan menjegal gadis itu dan berusaha menjadikan Fatih sebagai ketua OSIS agar bisa menjadi bonekanya. Dipta lah anak itu.

“Siapa yang jadi ketua OSIS itu sudah ditentukan oleh Allah. Meskipun kamu dijegal, kalau Allah tidak mengizinkan ya tetap kamu ketua OSIS-nya. Begitu pun sebaliknya. Lagian menurut Ibu , kamu belum layak jadi ketua OSIS. Jangan-jangan gurumu memilihmu karena melihat kamu anak Ibu.” Rianti berusaha menenangkan putrinya.

Sejak hari itu Adzkia sering menceritakan tentang kelakuan Dipta yang menyebalkan. Apalagi ketika Adzkia kalah dalam pemilihan ketua OSIS, gadis itu menganggap Dipta sebagai musuhnya. Bagi Adzkia, Dipta sudah menabuh genderang perang dengannya. Namun malam itu Adzkia menemui ibunya dengan wajah murung.

“Ada apa? Sesuatu terjadi di sekolah?” Rianti memandang putrinya. Gadis itu mengangguk.

“Dipta lagi ada masalah dengan salah satu guru.”

“Masalah apa?” tanya Rianti.

“Tadi dia berkelahi dengan Pak Adi.” Adzkia menjawab pelan. Kepala Rianti spontan menoleh mendengar jawaban anaknya, matanya membulat sempurna.

“Berkelahi? Bagaimana bisa?”

“Hari ini ada lomba debat dalam rangka Hari Sumpah Pemuda. Seharusnya kelompok Dipta yang menang. Tetapi karena selama ini Dipta terkenal sebagai anak yang suka bikin onar, akhirnya panitia menganulir kemenangannya dan menggantinya dengan kelompokku.” Gadis berambut panjang itu menjelaskan panjang lebar. Rianti hanya manggut-manggut.

“Kamu kok tahu kalau sebenarnya Dipta yang menang?”

“Waktu itu tak sengaja aku lewat ruang panitia dan mendengarkan perdebatan para juri. Dari tiga juri yang ada, dua juri memberikan nilai kepada timku lebih kecil dari tim Dipta. Hanya Pak Adi yang memenangkan timku. Pak Adi tidak suka jika Dipta yang menang, karena dianggapnya Dipta itu trouble maker yang akan mempermalukan sekolah jika mewakili ke tingkat kabupaten. Akhirnya Pak Adi melobi dua juri yang lain agar mengganti nilainya. Timku yang seharusnya juara kedua diganti jadi juara satu, dan tim Dipta juara dua. Saat mendengar itu aku langsung merekam pembicaraan mereka, barangkali bisa berguna.” Adzkia berhenti sejenak.

“Aku yang merasa tidak berhak dengan kemenangan itu, memprotes hasil lomba seusai pengumuman. Aku sampaikan kepada panitia bahwa tim Dipta yang seharusnya menang, karena mereka bisa menyampaikan dengan lebih jelas dan terstruktur dengan baik. Aku tidak mau menerima kemenangan itu, karena dilihat dan didengar pun sudah jelas mereka lebih unggul daripada kami.” Gadis itu menundukkan wajahnya.

Lihat selengkapnya