The Red String

Dyna Rukmi Harjanti Soeharto
Chapter #6

Bab 6

Setelah pertemuan Rianti dan Tari, Dipta datang ke rumah Rianti. Dia menanyakan tentang bimbingan belajar untuk dirinya. Anak itu masih mau mengelak untuk belajar.

“Kamu sendiri yang bilang ingin masuk Akmil, mana ada Akmil yang menerima murid dengan nilai jelek begitu. Sudah begitu jarang mengerjakan tugas lagi. Mana bisa jadi perwira?”

“Kan ayah saya tentara, dia pasti punya jatah untuk anaknya.”

“Ish, jangan suka mengandalkan ayahmu.”

“Ya, kan biar ada gunanya untuk anaknya ini.”

“Hush, gak boleh ngomong gitu!” Nada suara Rianti agak meninggi.

“Maaf, Bu. Kalau saya belajar di sini nanti Adzkia gimana? Belajar bareng gitu?”

“Oh, tentu tidak, anakku sayang. Dia bisa belajar sendiri di kamar, nilai-nilainya sudah bagus, gak kayak kamu. Jangan coba-coba melancarkan rayuan buayamu kepada Adzkia. Ibu minta sepuluh tahun lagi, bukan sekarang,” ejek Rianti menggoda Dipta.

“Wah, tidak bisa. Aku harus lebih baik daripada Adzkia. Masa imam kalah kelas sama makmumnya.” Dipta menanggapi candaan Rianti.

“Nah, gitu dong. Semangat, calon perwira!”

Sejak saat itu hampir setiap hari Dipta datang ke rumah Rianti untuk belajar. Kadang-kadang datang sendiri, kadang-kadang ditemani oleh Fatih sahabatnya. Fatih juga belajar untuk masuk SMA negeri berasrama di luar kota yang menjadi impiannya. Selama belajar di rumah Rianti, Adzkia jarang ikut menemui Dipta. Mereka juga sudah jarang berdebat lagi di kelas. Dipta mulai menikmati kegiatannya belajar untuk menghadapi ujian akhir. Ibunya juga menyampaikan bahwa anak itu sudah jarang keluar malam, kadang-kadang saja jika libur sekolah. Sudah tidak pernah pulang dalam kondisi mabuk lagi dan lebih bersemangat berangkat sekolah.

Rianti pernah bertanya kepada Dipta, kenapa dia melakukan hal-hal buruk dan suka keluyuran di luar rumah. Anak itu bercerita bahwa di rumah dia tidak menemukan kehangatan. Ayahnya sangat keras dalam mendidik dan suka main tangan.

Lihat selengkapnya