Lily dia melihat gambarannya yang tercoret. Saat melihat gambarannya tercoret seketika raut mukanya terlihat sangat buruk. Dia merasa sedih dan Murung.Sementara Nana Dia mengintip sedikit gambarnya dan dia tampak merasa bersalah.
"Maafkan Nana." Lirih Nana.
Lily dia menoleh ke asal suara dan melihat Nana. Setelah itu dia menghela nafas panjang. Suasana pun tampak Canggu.
Nana dia melihat gambar itu sekali lagi, dan dia memperhatikan kan gambar itu secara detail. Nana dia berdecak kagum.
"Gambarmu cantik sekali." Ucap Nana yang antusias.
Tiga detik pun berlalu, tapi tidak ada respon sama sekali dari Lily. Sementara Lily hanya menatap Nana dengan datar. Lagi-lagi suasana pun tampak Canggu.
Sementara itu Kaki Nana terasa kram karena terlalu lama berdiri. Jadi Nana dia duduk di samping Lily. kemudian dia menggeser kan kursinya agar lebih dekat dengan Lily."kamu Gambar apa Lily?"
Lily dia melihat gambarnya dengan Tatapan yang tenang, Lily dia pun menjelaskan gambarnya satu persatu sambil menunjuknya.
"Ini Ayah, Ini Bunda, Ini Kakak. Ini Phoenix, kudaku ini ladang bunga lili..."
Jeda Lily sejenak. Karena, sekarang Lili Dia sedang tersenyum hingga menampakan Lesung pipinya.
"Ini mahkota bunga, pemberian Ayahku"
Nana dia merasa kagum karena melihat Lily tersenyum. Sungguh senyuman Lily sangat cantik hingga membuat senyumannya menular ke Nana.
"Lily, senyumanmu sangat cantik!"
Lily dia melihat Nana dan tampak berpikir lama.
"Bagaimana kamu bisa tahu namaku?" Tanya Lili yang penasaran.
Nana dia tersenyum dan terkekeh.
"Bagaimana aku bisa tau nama mu? Tentu aku tahu dari miss Elen. Tadi dia menyebut namamu."
Lily dia hanya diam dan mengangguk paham. Nana dia tiba tiba melihat mata Lily dan menatapnya secara lekat. Sementara Lily yang merasa diperhatikan merasa risih.
"Ada apa?" Tanya Lily.
Nana Dia menggelengkan kepalanya.
"tidak ada, hanya saja matamu..."
Jeda Nana sejenak. Karena ucapan Nana, Lili dia secara refleks menundukkan kepalanya sambil memejamkan matanya. pikiran Lily berputar.
Entah kenapa Lily dia merasa takut akan pandangan gadis ini kepada dia. Meskipun dia telah terbiasa akan pandangan orang lain tapi tetap saja rasanya sakit apa yang mereka ucapkan.
Namun, berbeda apa yang dikira oleh Lily. Lily kira gadis yang di sampingnya akan mengejeknya, tapi ternyata tidak.
"Cantik seperti samudra."
Karena ucapan Nana, Lily dia secara refleks menoleh ke arah Nana. Sementara Nana dia tersenyum senang dan menunjukkan mata miliknya.
"Lihat! Matamu seperti mati milikku"
Entah kenapa ada sesuatu yang menggelitik perut Lily, dan itu membuat hati Lily senang. Jadi dia tersenyum manis. Setelah itu dia terkekeh ringan.
Benar apa yang dikatakan oleh gadis kecil itu. Bawah matanya dengan mata gadis kecil itu sama. Meskipun dengan warna yang berbeda.
Mata Lily dia bewarna berwarna biru safir. Sementara Nana biru langit. Kepala Lily menunduk, dan dia tersipu malu.
"Na-nama..." Lily berbisik,
Suaranya hampir tak terdengar di tengah riuhnya kelas. Bel istirahat baru saja berbunyi, membuat suasana kelas menjadi gaduh dengan obrolan dan tawa siswa yang bersemangat menuju kantin.
Nana, yang duduk disampingnya, tidak mendengar jelas apa yang dikatakan Lily. Suara bising teman-temannya menenggelamkan bisikan Lily. Nana memiringkan kepalanya sedikit, berusaha menangkap maksud Lily.
"Iya? apa? makan? kamu mau ?makan" tanya Nana, dengan wajah yang bingung.Lily dia mengerutkan alisnya, dan entah kenapa dia merasa gemas dengan gadis ini. Bagaimana bisa dia salah menangkap perkataannya? Dengan suara yang lebih keras, Lily akhirnya berteriak, "Siapa nama kamu?!"