The Rotate

Tiara Khapsari Puspa Negara
Chapter #1

Prolog : The Rotate

Setiap peristiwa ada pelajaran yang tersembunyi di dalamnya, kau hanya perlu kesabaran dan biarkan waktu berjalan. Hingga tanpa kau sadari kau sudah menemukannya.

*****



Terdengar suara detik jam yang begitu memekakkan telinga. Hampir membuat pening kepala yang mendengarnya. Pasalnya detik ini terdengar bagai sebuah jeritan. Jeritan para pendosa dengan cambuk yang menyetubuhinya.

Bagaimana bisa tidak terdengar seperti itu? Tubuh jam itu saja begitu besar. Membulat di kaki langit seperti matahari terbenam, bahkan ukurannya lebih besar berkali-kali lipat lagi. Namun ada yang aneh dari jam ini. Dua jarumnya tidak bergerak sama sekali. Diam mendekam di tempatnya. Kalau jam itu diam, lalu dari mana asal suara detik jam yang begitu memekakakkan telinga ini?

Sebuah langkah kaki terdengar. Langkah-langkah yang begitu berat, menapak pada permukaan yang digenangi sedikit air, lembab. Dirinya dengan kuat berusaha menutup telinga. Berpura-pura tuli agar jeritan detik itu tidak menyakiti telinganya.

"Di mana aku?" tanya sosok itu.

Sosok yang kebingungan ini kerap menengok ke kanan dan kiri, mencari sesuatu. Namun, ruangan yang terasa aneh ini seperti tidak memiliki ujung sama sekali, hanya dipenuhi oleh warna putih. Seperti sebuah ruangan bercat putih tanpa furniture atau ornamen-ornamen yang menghiasnya. Seperti sebuah kertas tanpa noda. Seperti kanvas yang teronggok di pojokan toko.

Lambat laun terdengar sebuah sirine ambulans yang semakin mendekat. Suaranya menemani detik yang menjerit itu-suara detik itu kini tak lagi sendirian.- Dari hadapannya sebuah mobil ambulans mulai mendekat dan melewatinya begitu saja. Sosok yang kebingungan itu tiba-tiba menyadari sesuatu. Lantas berlari mengejar ambulans tersebut dengan tangan yang terulur, berusaha meraih ambulans yang tengah melaju kencang.

"Ayah, Bunda! Jangan tinggalkan aku!" teriaknya sambil berusaha untuk mengejar mobil ambulans. “AYAH, BUNDA!”

Dirinya berlari dengan sekuat tenaga, terus mengejar. Dia seakan begitu menguras tenaga yang dimilikinya hanya untuk mengejar mobil ambulans yang kecepatannya tidak bisa dikejar hanya dengan berlari. Kaki-kakinya memaksakan kecepatan agar bisa menjangkaunya, paling tidak mampu menjangkau bagian belakang dari mobil tersebut. Tapi, detik jam itu tahu, dia tidak akan bisa menjangkaunya.

Tiba-tiba tangan kanan dan kirinya ditahan sesuatu. Menahan sosok itu dengan begitu kuat. Hingga langkahnya seakan dipaksakan untuk berhenti. Hingga akhirnya dia tidak bisa lagi mengejar ambulans yang sudah melaju jauh walaupun dirinya sudah memberontak.

Ketika dirinya menoleh untuk melihat siapa yang menahannya, satu pasang matanya melihat ada dua sosok siluet hitam yang menggenggam kedua tangannya dengan sangat kuat. Siluet itu terlihat seperti siluet seorang laki-laki dan perempuan.

"Lepaskan aku! Biarkan aku pergi," teriaknya, namun sosok siluet hitam yang menahannya hanya terkekeh dengan seramnya

Dua sosok siluet itu berusaha menyeretnya. Dengan kuat mereka menahan tubuh yang tengah memberontak ini. Sebenarnya akalnya tahu, raganya tidak cukup kuat untuk melawan dua orang yang entah mau menyeretnya kemana karena terkuras sia-sia untuk mengejar mobil ambulans tadi.

Lihat selengkapnya