Ini seperti mencari sebuah jarum di tumpukan jerami yang mustahil walau jarum itu sudah pasti ada didalamnya namun apakah bisa dikeluarkan dengan mudah?
*****
Bintang berjalan di koridor menuju kelasnya. Langkah yang ceria ia pijakkan melangkah santai. Poni panjangnya kini diikat menyamping ke belakang ditambah dengan aksen pita kecil berwarna abu-abu senada dengan seragam sekolahnya. Ditambah dengan senyum manis yang tak lupa ia lukiskan di wajahnya untuk menyapa siswa-siswi lain. Namun, dengan mata sembab. Apa ini suatu paduan yang serasi?
“Permisi,” ucap Bintang sopan pada sosok siswa yang membelakangi dan menghalanginya untuk masuk ke dalam kelas. Sosok siswa itu kemudian berbalik, yang tidak lain adalah Radhit.
“Oh. Helo Star, selamat pagi,” sapa Radhit pada Bintang dengan posisi masih menghalanginya untuk masuk ke kelas.
“Kau menyebut namaku dengan bahasa Inggris? Dan bisakah kau tidak berdiri di ambang pintu? Aku mau masuk.”
“Iya. Memang itu namamu kan? Star. Bukankah artinya sama saja Bintang? Tapi kenapa kau tidak lelah? Bukankah sepanjang malam kau bangun untuk menyinari semuanya. Sebaiknya kau pulang dan beristirahat lah seperti kelelawar,” ledek Radhit seraya tertawa dan tidak memperdulikan Bintang yang ingin masuk ke kelas.
“Garing,” timpal Bintang dengan wajah tanpa minat untuk menanggapinya. “Untuk apa kamu menghalangi jalan masuk? Bisakah kau sekarang pindah dan tidak berdiri di ambang pintu?” pinta Bintang mulai geregetan.
“Siapa yang menghalangi jalan masuk?” tanya Radhit.
“Permisi,” ucap seorang perempuan di belakang Bintang tiba-tiba, Rani teman sekelas Bintang yang juga ingin masuk ke dalam kelas, dengan segera Radhit memperbolehkannya untuk masuk.
“Lihat. Siapa yang menghalangi jalan masuk? Tidak ada kan?” tegas Radhit.
“Ya sudah kalau begitu awas,” ucap Bintang kesal seraya melangkah maju namun tetap dihalangi Radhit.
“eh...eh... Tunggu! Password-nya?” tanya Radhit dengan nada seperti pembawa acara kuis untuk meledek Bintang.
“Kenapa perlu password? Tadi Rani tidak perlu password.”
“Karena dia tidak menginjak kakiku. Kemarin kau menginjak kakiku sampai bengkak tau,” ujar Radhit yang sebenarnya berbohong.
“Ya sudah. Aku minta maaf,” ucap Bintang menundukkan kepalanya merasa bersalah.