Aku adalah orang yang tidak biasa, akan melihat lapangan kosongnya seperti sebuah istana, sebuah katedral, sebuah tempat untuk belajar dan menyembuhkan diri.
-Jim Stovall
*****
“Serius?” tanya Radhit dengan ekspresi ragu. Bisa saja kali ini, Bintang mengerjainya lagi seperti sebelumnya. Namun, Bintang mengangguk seraya tersenyum dengan ekspresi yang aneh. Membuat Radhit terpaku sesaat. “Eh, Maaf. Aku tidak bermaksud,” ucap Radhit. Dirinya tahu Bintang sedang menahan air matanya agar tidak keluar setelah sesaat Bintang menjawab pertanyaannya.
Radhit sebenarnya sangat senang, akhirnya Bintang tidak menghindari pertanyaannya seperti biasa. Tapi dirinya juga merasa sedikit menyesal menanyakan hal tersebut, menanyakan siapa yang dimaksud di dalam catatan yang Bintang tulis. Dirinya kini bingung harus merasa senang atau malah menyesal. Namun, setidaknya Bintang mau memberikan satu kepingan puzzle padanya. Dirinya sudah mendapatkan satu petunjuk.
“Sudah tidak apa-apa,” ucap Bintang diikuti helaan napasnya dan tersenyum.
“Oh iya aku belum cerita padamu kan kalau aku anak yatim piatu?” tanya Radhit tiba-tiba berusaha menghibur Bintang. Pada dasarnya orang lain akan lega jika dia tidak sendirian bukan? Jika bukan dirinya saja yang mengalami hal berat, maka setidaknya dia memiliki teman dengan kesedihan yang sama, setidaknya dia tidak lagi merasa kesepian.
“Orang tuaku meninggal karena kecelakaan di umurku yang menginjak empat tahun tapi semenjak itu aku tidak pernah melirik foto mereka tuh,” ujar Radhit kemudian tersenyum bahagia.
“Apa?” Bintang menoleh, terkejut dengan perkataan Radhit. “Kenapa?” tanya Bintang.
“Karena menurutku mereka tidak penting, toh aku bisa hidup tanpa mereka selama tiga belas tahun,” jawabnya sinis ketika dengan samar wajah Ayah dan Bundanya tiba-tiba terbayang di pikirannya.
“Kamu sudah jelas punya fotonya tapi mengapa tidak pernah melihatnya sama sekali selama tiga belas tahun? Aku tidak percaya kamu bisa sejahat itu pada orang tuamu sendiri,” ucap Bintang setengah berteriak. “Aku berani bertaruh pasti kamu melarang seseorang untuk memajangnya di dinding dan aku berani bertaruh lagi kalau kamu tidak pernah ziarah ke makam mereka. Aku benarkan? Tidak perlu jawaban, aku yakin pasti 100% benar.