Kalau memang ini sudah berjalan tidak sesuai dengan harapan, bukankah lebih baik diakhiri saja?
*****
Pikiran Radhit masih terpaku pada kejadian yang terjadi saat jam istirahat pertama, tepatnya terpaku pada hal yang dikatakan oleh Bintang. Dirinya sama sekali tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Bintang di depan kelas.
‘Sudah! Sudah cukup! Aku sudah cukup menahannya semalaman. Seharusnya aku bilang bahwa jawabanku tempo hari itu dengan lebih serius. Jangan pernah suka padaku! Tapi dengan bodohnya kehausanku terus saja meminta mengisi setengah hatiku yang sudah rusak dengan ketidaksadaran dirinya. Aku tak mau keserakahan menguasaiku, jadi kumohon jangan pernah suka pada orang sepertiku. Pada orang yang telah menggadaikan jiwanya sendiri hingga rela dikutuk. Sekali lagi kukatakan, jangan pernah memberi hati pada orang yang hanya memiliki setengah hati Radhit!’
Apa maksudnya jangan pernah suka padanya? Apa maksudnya dia yang tidak mau keserakahan menguasainya? Mengapa dia bilang bahwa dia menggadaikan jiwanya sendiri hingga rela dikutuk? apa maksudnya itu? Dan apa maksudnya jangan pernah memberi hati pada orang yang hanya memiliki setengah hati? Kenapa setengah hati? Terlalu banyak pertanyaan yang timbul sepanjang sisa jam pelajaran hingga kini, jam pulang sekolah. Hingga jadwal piketnya sedang berlangsung.
Radhit tidak memiliki keberanian untuk menanyakan pertanyaan itu semua kepada Bintang. Bahkan untuk sekedar meminta maaf saja dirinya tidak bisa. Padahal sebelumnya Radhit dengan berani menyatakan perasaannya, untuk yang kedua kalinya-walaupun keduanya ditolak mentah-mentah,-bahkan yang kedua dilakukannya di depan kelas. Tapi mengapa untuk hal yang ini seakan-akan dirinya tak memiliki keberanian sama sekali?
Radhit menyesal telah mengatakan hal itu. Dirinya terlalu bertindak terburu-buru. Padahal baru kemarin pernyataan pertamanya diucapkan dan dirinya malah langsung menyatakan perasaannya untuk yang kedua kalinya dalam kurun waktu yang bahkan kurang dari 24 jam.
Bukankah dengan begitu dirinya tidak memberikan jeda untuk Bintang menenangkan diri? Dan malah membebaninya? Tapi bukankah saat pagi hari Bintang baik-baik saja? Bahkan mengobrol panjang lebar dengannya dan sempat menasehati dirinya. Seperti tidak ada apa-apa yang terjadi kemarin. Terlalu banyak hal yang tidak bisa dimengerti Radhit mengenai Bintang.
Gadis itu bahkan telah memindahkan tas dan barang-barang di kolong meja sebelah Radhit ke mejanya yang semula setelah jam istirahat pertama selesai. Dengan wajah terkejutnya, Radhit memperhatikan Bintang membereskan barang-barangnya di meja sebelahnya dan dengan bodohnya dirinya tidak berani menahan gadis itu untuk tidak berpindah tempat duduk.