The Rotate

Tiara Khapsari Puspa Negara
Chapter #17

Jalan Buntu

Jalan buntu? Silahkan putar balik saja. Mungkin jalan yang kau ambil pada dasarnya hanya salah arah.

*****



Pada keheningan malam yang menjalar, terdengar bunyi dentingan sendok dan piring yang saling bertemu. Suaranya nampak menyatu dengan rengekan jangkrik di rumput-rumput mungil halaman rumah. Namun entah mengapa suara itu, saat ini begitu mengerikan untuk didengar dengan atmosfer yang ada di meja makan keluarga matahari.

Tak ada satupun suara cengkrama ramah nan hangat yang terdengar mengalahkan suara dentingan sendok dan piring. Kakak beradik itu nampak diam dengan pikiran masing-masing. Bibi Hana yang ingin memulai pembicaraan pun takut malah membuat suasana memburuk. Sedangkan suaminya masih sibuk dengan urusannya di toko kue mereka.

Tidak seperti yang diinginkan Kakaknya dan Bibi Hana, hal seperti Inilah yang selalu diinginkan Radhit, makan dengan diam, sunyi, senyap. Sehingga ia bisa dengan cepat menyelesaikan sesi makan malamnya yang memuakkan dan kembali ke kamarnya. Tapi untuk kali ini rasanya wajah Radhit lebih menyeramkan daripada biasanya.

Hal ini karena dirinya masih kesal dengan yang telah diperbuatnya selama di sekolah tadi. Tidak bisa memaafkan perbuatannya sendiri. Sejak kapan ia tidak memperkirakan frekuensi kejadian yang akan ia lakukan? Dirinya malah terlalu fokus mendapatkan kepingan puzzle Bintang.

"Ehhem." Bibi Hana akhirnya mengeluarkan tanda, tanda bahwa ia akan mencoba memulai pembicaraan seperti biasanya. "Radhit bagaimana sekolah barumu?" tanya Bibi Hana kepada Radhit yang masih sibuk memikirkan sesuatu seraya menyantap makanannya dengan tatapan kosong.

"Lumayan Bi," jawabnya dengan tidak terlalu minat dan tanpa menatap Bibi Hana.

"Sudah dapat pacar belum?" tanya Bibi Hana sekali lagi agar pembicaraan mereka berjalan lama, mulai meledek Radhit yang selalu diam.

"Kayaknya sudah Bi. Kemarin, setelah pulang dari hari pertama sekolahnya aku lihat dia senyum-senyum sendiri di kamarnya." Kak Surya ikut menimpali, meledek Radhit.

Mendengar jawaban tersebut, Radhit malah mendengus kesal dan masih tidak berminat untuk ikut andil dalam obrolan ini. Memang seperti itulah kebiasaannya. Sedangkan pembicaraan yang terjadi antara Kak Surya dan Bibi Hana semakin hangat, seperti sebuah keluarga yang normal.

"Hooh, cepat sekali ya. Bahkan kakaknya saja kalah," timpal Bibi Hana.

"Waah Bibi tenang saja, tidak perlu khawatir padaku. Asal tahu saja? Akan ada saatnya aku akan memetik bintang untuk seseorang yang spesial untukku."

"Hohoho… Kalau begitu apa boleh Bibi minta tolong padamu untuk petikan satu bintang buat Bibi?"

"Kalau buat Bibi akan aku petikan bintang lebih banyak Bi dan aku jamin Bibi tidak akan merasa kekurangan."

"Waah bisa saja bercandanya. Terima kasih, my big sun." Bibi tertawa melihat kelakuan keponakan tertuanya ini. “And for my little sun, apakah benar kau sudah punya pacar?” tanya Bibi Hana dengan nada meledek.

Lihat selengkapnya