The Rotate

Tiara Khapsari Puspa Negara
Chapter #20

Uluran Benang Merah

Apakah setiap uluran benang merah sama saja dengan sebuah kejelasan?

*****


Dalam riuhnya suara gaduh yang terjadi di kelas XI IPS 2 yang lagi-lagi kembali dengan sesi free class-nya, Radhit dan Bintang saling diam di kursinya masing-masing. Belum ada yang memulai percakapan sejak perpisahan mereka malam itu.

Bintang pun baru hari ini kembali ke sekolah setelah 3 hari izin dan kesempatan inilah yang seharusnya mereka gunakan untuk saling menjelaskan lebih detail yang terjadi pada malam tersebut. Bukankah masing-masing dari mereka mempunyai pertanyaan yang harus ditanyakan?

Sejak 3 hari terakhir Bintang memikirkan perkataan yang diucapkan Radhit sebelum mereka berpisah. Perkataan yang membuatnya penasaran sekaligus takut. Penasaran dan takut dengan apa yang akan diucapkan Radhit nanti. Apakah ini mengenai suar dan tawaran bantuan lagi? Bintang menggeleng berusaha keras membuang pikirannya terhadap perkataan Radhit.

di bangkunya, Radhit sendiri sebenarnya sedang berusaha menyusun kata-kata yang akan ia ucapkan pada Bintang nanti. Inti perkataan yang ingin ia ucapkan sudah ada sejak perpisahan malam itu, namun belum bisa menemukan susunan kata yang tepat agar Bintang mau menerimanya tanpa merasa terbebani.

"Radhit, kau sedang apa sih? Dari tadi melamun saja, ayo ikut main kuda tubruk!" ajak Aro dan juga yang lainnya. Berusaha mencari teman agar kedua kelompok yang akan bermain itu imbang.

Radhit menggeleng sambil menuliskan sesuatu di atas kertas, menolak ajakan Aro dan yang lainnya. Membuat mereka bersorak kecewa dan mengejeknya.

Radhit masih berpikir keras untuk menuliskan sebuah skenario bagaimana ia harus mengutarakan maksud perkataannya kepada Bintang. Serumit itukah? Sampai harus menulis skenarionya segala. Inilah diri Radhit yang sebenarnya, selalu menyusun strategi terlebih dahulu sebelum bertarung. Menghitung frekuensi kejadian beserta menerawang resikonya. Dirinya tidak mau hal seperti kemarin terjadi lagi hingga membuat keributan dan semakin membuat Bintang kesusahan.

Radhit bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati bangku Bintang "Bintang, bisa ikut denganku ke rooftop? Kau tahu kan? Ini berhubungan dengan kejadian tengah malam itu," tanya Radhit, setelah berhasil menyusun strategi dan siap berperang.

"Ah… kalau kau merasa takut anak sekelas mencurigai kita yang pergi bersama, aku akan pergi duluan. Setelah 5 menit baru kau menyusul, oke? Akan aku tunggu di sana." Strategi pertama telah diluncurkan. Dirinya sudah belajar dari pengalaman sebelumnya bahwasannya Bintang selalu mudah terbebani oleh pertanyaan semacam ini.

Lihat selengkapnya