Tak ada yang tahu. Sebuah rumah dan dunia luar bisa saja dijadikan tempat bertukar kepribadian
*****
Di pagi hari yang cerah ini, Bintang telah bersiap. Mengenakan blouse dengan celana denim selutut, tidak lupa sneakers berwarna putih terpasang rapi di kedua kakinya dan kepang duanya terulur manis di kedua pundaknya.
Jam menunjukan pukul 09:00. Sebentar lagi Radhit akan datang menjemputnya sesuai permintaan Bintang kemarin.
Tiba-tiba saja pikiran untuk bertamu ke rumah Radhit muncul begitu saja. Hal ini bukankah akan menjadi strategi yang bagus untuk mendekatkan Radhit dengan keluarganya? Bintang berpikir pasti laki-laki ini tidak bisa berkutik atau mengoceh dengan sinis di depan keluarganya saat dirinya ada di sana. Maka dari itu kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh Bintang.
Beruntungnya Radhit menyetujui permintaannya. Walaupun dahi berkerut bingung begitu jelas tergurat di wajah laki-laki itu. Mungkin Radhit berpikir, Bintang akan balas dendam dengan mengatakan ingin bertamu ke rumahnya sebagai balasan telah menjawab pertanyaan Bintang dengan seenaknya dan membuatnya jengkel. Walaupun jawaban tersebut memanglah sebuah kejujuran, tapi siapa yang akan percaya jika yang mengeluarkan jawabannya saja bersikap tidak serius.
"Bintang, temanmu sudah datang nak," ucap seorang wanita yang tidak lain adalah ibu Bintang. Memanggilnya dari ambang pintu masuk.
"Iya Ibu!" Bintang segera bergegas, mengambil slingbag hitamnya di atas kasur dan beranjak keluar.
"Sungguh sudah tidak apa-apa, Bintang?" tanya Ibu Bintang, mengkhawatirkan sesuatu. “Kalau ada apa-apa langsung telpon Ibu, ya.”
"Iya sudah tidak apa-apa Bu. Aku berangkat dulu ya." Bintang mencium punggung tangan ibunya di ambang pintu. "Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Saya pinjam Bintangnya sebentar ya Bu," ucap Radhit mencoba basa-basi seraya terkekeh.
"Iya. Kalian berdua hati-hati ya," ujarnya dengan senyum tipis sambil melambaikan tangan.
Dengan segera motor Radhit melaju melewati jalan raya dengan suasana sejuk setelah hujan. Pohon-pohon di tepi jalan mendayu-dayu membawa serpihan angin tenangnya tanpa adanya kendaraan berarti yang biasanya membuat jalan begitu penuh dan ramai. Mungkin karena hari libur ditambah lagi langit masih mendung, banyak yang ingin menghabiskan waktunya beristirahat di rumah dengan santai.
"Yakin mau ke rumahku?" tanya Radhit ragu. Masih tidak yakin mengiyakan permintaan Bintang.
"Iya."
"Tidak mau jalan-jalan ke tempat lain saja? Ke mall atau kemana gitu? Kita masih bisa mengubah tujuan loh."
"Tidak mau."
"Apa yang mau kau cari di rumah ku? Tidak ada yang menarik. Aku tahu dan bisa membawamu ke tempat yang menarik." tanya Radhit, masih penasaran mengapa gadis ini masih tetap pada pendiriannya untuk berkunjung ke rumahnya.
Bintang yang mendengar pertanyaan itu tidak menjawab. Dirinya malah tengah sibuk menahan tawa. Menertawakan pertanyaan-pertanyaan Radhit. Radhit sendiri masih bingung, apa yang akan gadis ini lakukan di rumahnya. Padahal tidak ada hal yang menarik di rumahnya. Mau berkunjung saja lalu pulang? Seperti itu kah? Radhit bahkan tidak bisa berhenti memikirkannya.