The Rotate

Tiara Khapsari Puspa Negara
Chapter #26

Setengah Hati Milik Bintang

Ada beberapa hal yang memang sulit dipahami, termasuk setengah hati yang mungkin kau miliki.

*****


"Kau sungguh sudah tidak apa-apa?" tanya Radhit.

"Iya, sudah tidak apa-apa," jawabnya pelan, walaupun air matanya sesekali masih membendung di pelupuk matanya.

“Bohong!” ujar Radhit dan Bintang tidak merespon.

Bintang sendiri tidak tahu kenapa ia tiba-tiba bisa menangis. Tiba-tiba air matanya keluar begitu saja, sampai sesenggukan datang padanya. Dia sendiri tidak bisa menemukan alasannya. Menangis tanpa alasan, apakah memang wajar terjadi? Ya itu memang wajar bagi Bintang sendiri, tapi tidak untuk yang melihatnya. Yang tak wajar bagi Bintang adalah alasan yang tak pernah ditemukannya.

Apakah mungkin ini karena setengah hatinya lagi? Karena tubuhnya terlalu keras memberontak melawan setengah hati? Atau setengah hatinya sangat senang karena permintaan anehnya untuk mengunjungi orang tua Radhit dapat terkabul? Tapi mengapa akhir-akhir ini segalanya harus tentang setengah hatinya? Bintang menggelengkan kepala, menghilangkan pikiran-pikiran buruknya.

Dia menatap ke depan, mengarah pada sosok yang sedang mengendarai motor yang ditumpanginya, membelah jalanan. Saat dirinya tiba-tiba menangis, sosok di depannya dengan panik berusaha menenangkan. Bagaimana tidak? Tiba-tiba Bintang menangis hingga sesenggukan di depan pusara orang tua Radhit. Seharusnya yang lebih layak untuk menangis adalah Radhit sendiri, kan? Lalu kenapa mata gadis ini yang malah mengeluarkan air?

"Kita pulang saja ya? Kau tidak perlu memenuhi syarat yang aku ajukan hari ini. Kita bisa lakukan itu lain, kan?" tanya Radhit, takut perasaan gadis yang tengah duduk di belakangnya ini masih belum membaik.

"Ja… jangan! Sesuai janji saja. La… lagi pula kau sudah membawaku ke makam orang tuamu sesuai janji, jadi aku tidak mungkin mengingkarinya." Lagi-lagi suaranya pelan dan berusaha menahan getaran yang muncul. Radhit yang mendengarnya hanya bisa menghela napas.

"Kau tidak perlu memaksakan diri Bintang. Kita bisa tunda jalan-jalannya sampai perasaanmu jadi lebih baik. Lain kali saja ya?"

Bintang menunduk, bingung harus menjawab apa. Setengah hatinya masih ingin menangis, tapi masih ingin bersama Radhit juga. Dirinya sendiri tidak akan membiarkan matanya mengeluarkan air mata terus-menerus sepanjang perjalanan, terlebih di dekat Radhit. Di samping itu dia juga tidak bisa menahan air matanya walau sudah berusaha. Benaknya berpikir, apa yang harus ia lakukan sekarang?

Pikiran Radhit masih tertinggal ketika ia melihatnya Bintang menangis di depan makam orang tuanya. Belakangan ini Bintang sering sekali berhasil membuatnya bingung. Dirinya sudah beberapa kali bertanya 'kenapa?' sejak tadi, namun Bintang sama sekali tidak menjawabnya.

Dengan susah payahnya juga ia menenangkan gadis ini. Entah apa yang terjadi pada perasaannya akhir-akhir ini? Apa ini karena setengah hati yang sering disebutkannya? Radhit menggeleng, membuang pikiran buruk itu

"Aku akan mengantarmu pulang ya?" tanya Radhit sekali lagi, setelah perkataan sebelumnya tidak juga mendapatkan respon gadis itu.

"Jangan Radhit!" ucapnya hampir berteriak. "Aku sudah tidak apa-apa," lanjutnya, lagi-lagi kembali menunduk.

"Ya sudah," ucap Radhit, seraya menghela napas.

Lihat selengkapnya