Terkadang kelicikan diperlukan untuk memaksa hati seseorang.
*****
"Menurut Roland L. Warren, pengertian kelompok sosial mengacu pada kumpulan manusia yang melakukan interaksi sekaligus memiliki pola interaksi yang dapat dipahami antar anggotanya. Nah, pembagian kelompok sosial menurut Durkheim dibagi menjadi dua macam, meliputi kelompok sosial solidaritas mekanik dan kelompok sosial solidaritas organik." Pak Harun sedang menjelaskan materi kelompok sosial di depan kelas yang seperti biasa direspon dengan menguapnya para siswa, mengantuk.
Pelajaran sosiologi dan sejarah memang dua pelajaran yang sering menjadi penyebab siswa-siswi mengantuk. Guru selalu menjelaskan dan memberikan banyak poin penting yang sulit diingat apalagi dipahami oleh para siswa. Akan lebih baik jika dua pelajaran ini dibarengi dengan kuis atau permainan yang berhubungan dengan materi pelajaran. Hal ini akan membuat para siswa lebih aktif, tidak akan ada lagi siswa yang akan menguap.
Hanya sedikit siswa-siswi yang masih konsentrasi memperhatikan Pak Harun menjelaskan, bahkan sesekali mencatat hal yang ditulis pak Harun di papan tulis. Sedangkan sisanya masih harus menahan kantuk hingga jam pelajaran sosiologi habis, termasuk Aro yang kini duduk di depan. Tempat duduk ternyamannya kini masih dijajah dua orang yang tengah sibuk dengan pikiran masing-masing, Radhit dan Bintang. Kegiatan menikmati mimpinya kini masih harus terganggu.
Di bangkunya Radhit sibuk mencatat. Catatan yang sibuk ditulisnya ini bukan mengenai pelajaran sosiologi yang tengah dijelaskan Pak Harun, melainkan skenario atau rencana-rencananya. Rencananya agar dia bisa membantu Bintang dengan masalah dan menghilangkan kebiasaan buruknya. Rencananya agar dia bisa menang dalam kesepakatannya ini, setelah sebelumnya rencana-rencananya tak membuahkan hasil apapun karena sikap Bintang.
Radhi mencoret satu kalimat yang tertulis.
Aku kira dia suka jika aku bercerita soal masa kecilku seperti waktu dia memintanya. Tapi kenapa tadi malam sikapnya begitu? batin Radhit seraya melirik Bintang sekilas.
Aku membuatmu susah. Kau boleh kok membatalkan kesepakatan ini dan pergi tiba-tiba kalau tidak bisa tahan dengan kelakuanku.
Perkataan Bintang menghampiri ingatannya. Radhit menghela napas.
Mana mungkin aku batalkan, batinnya seraya kembali mencoret ide yang dia temukan. Tidak merasa puas dengan apa yang muncul di kepalanya. Wajahnya kusut karena terlalu keras berpikir, peluh juga membanjiri wajahnya. Dirinya merasa ada sesuatu yang kurang. Radhit nampak berpikir, mengingat-ingat sesuatu yang mungkin dilewatkannya. Mengingat-ingat peristiwa ketika dia dan Bintang saling bertanya, saling bertukar informasi.