Imajinasi dan kebohongan, bukankah keduanya berbeda tipis?
*****
Suasana panti asuhan ini begitu semarak. Begitu banyak anak-anak yang tengah bermain di halamannya. Suara tawa mereka membuat atmosfer di sekitarnya terasa ceria dan hangat. Canda gurau yang mereka lontarkan dan keakraban yang terjalin membuat mereka lupa akan kesedihan bagaimana rasanya tidak memiliki orang tua.
Panti asuhan ini memiliki anak asuh sekitar 30 orang dengan rentang usia 4 tahun sampai 18 tahun. Di dominasi oleh anak-anak dibawah usia 10 tahun.
"Wah... lihat! Kak Bintang sudah datang," teriak seorang anak yang berumur sekitar 6 tahun.
Tawanya begitu ceria ketika dirinya melihat Bintang memasuki gerbang panti, membuat yang lain pun menoleh, mencari sosok Bintang dan mulai berlari ke arahnya.
"Lihat-lihat! Akhirnya Kak Bintang datang bersama pangerannya." Salah satu anak berteriak kagum ketika melihat Radhit, dan langsung mengerubunginya dengan wajah yang begitu antusias.
"Nama Kakak siapa?"
“Kakak pasti pangerannya Kak Bintang, kan?”
"Bagaimana Kakak bisa menemukan Kak Bintang dari ribuan orang di luar sana?"
"Iya ya, padahal Kak Bintang terjebak dengan kekuatan yang membuatnya tembus pandang."
"Atau jangan-jangan Kakak punya kekuatan hingga bisa menemukan Kak Bintang yang tidak terlihat?"
"Berarti kutukan Kak Bintang sudah hilang dong."
"Eh?! Apa yang..." Radhit yang mendengar ocehan mereka merasa kebingungan, tidak mengerti dengan omongan penuh imajinasi anak-anak ini. Dirinya menoleh pada Bintang, meminta penjelasan.
"Dongeng," bisik Bintang pada Radhit, menjawab kebingungannya. "Oh, kalian masih ingat ya ternyata dengan dongeng yang Kakak ceritakan dua minggu lalu? Jadi kalian memutuskan untuk percaya pada dongeng itu?" Bintang bertanya pada anak-anak yang sejak tadi mengoceh, penasaran dengan apa yang terjadi ketika dirinya tidak ada di panti.
"Iya Kak, kami percaya. Gilang bahkan pernah melihat Kak Bintang tiba-tiba menghilang di dapur."