Menceritakan sebuah tragedi memanglah selalu sulit seperti ini. Terlebih lagi jika tragedi itu sudah terkubur rapi, namun dipaksa digali lagi.
*****
"Adik kembar? Jadi, yang dimaksud Bintang selama ini adik kembarnya?" Radhit terkejut setelah mendengar pernyataan dari Ibu Bintang, dirinya sama sekali tidak menduganya.
"Bagaimana bisa adik yang dimaksud Bintang selama ini adalah adik kembarnya? Bintang bilang bahwa adiknya meninggal. Ya aku mengerti soal ini. Ini seperti pernyataan jebakan dalam pelajaran. Tapi bagaimana bisa dirinya bilang bahwa dia tidak pernah melihat adik kembarnya sama sekali? Bahkan hal ini tertulis dengan jelas di catatan Bintang."
Radhit begitu antusias, walaupun wajah tidak percayanya masih tergurat jelas. Apalagi ini mengenai dirinya yang sudah percaya sampai pada alas, dasar dari semua kisah yang terdengar jelas. Namun, ternyata semua hanya tentang kisah yang teronggok malas.
"Itu bentuk traumanya, trauma yang menjerat ingatan Bintang. Ini karna matanya menyaksikan secara langsung bagaimana saudara kembarnya jatuh. Penglihatannya menangkap peristiwa yang menghancurkan wajah dan tubuh kembarannya, Bulan." Lagi-lagi air mata itu keluar, mengingat peristiwa menyeramkan yang menimpa putrinya itu selalu membuat Ibu Bintang ingin memukul ingatannya.
"Aku minta maaf tante kalau hal itu mengingatkanmu tentang putrimu yang lain."
"Tidak apa-apa. Ini saya lakukan demi Bintang. Agar lain kali kau bertindak dengan hati-hati di hadapannya. Walaupun lain kali itu entah kapan," sindir Ibu Bintang dengan senyuman, senyum yang sebenarnya berusaha ia paksakan ketika dirinya mengingat kembali tragedi yang menimpa kedua putrinya. Radhit menunduk, dirinya merasa amat sangat menyesal.
"Bentuk traumanya itulah yang menyebabkan Bintang berasumsi tidak pernah melihatnya. Alam bawah sadarnya berusaha ingin melupakan bagaimana Bulan bisa meninggal, karena Bintang melihat secara langsung kondisi mengenaskan Bulan ketika terjatuh. Asumsinya bukan sekedar timbul karena lisannya maupun dirinya, melainkan timbul karena alam bawah sadarnya. Jadi mau bagaimanapun kami menjelaskan, Bintang masih tetap beranggapan bahwa dirinya tidak pernah melihat wajah Bulan. Karena hal itulah yang diyakini benar oleh Bintang," isak tangis di matanya turun dengan deras. Kini ingatan Ibu Bintang terpaksa mengingat kondisi Bulan ketika meninggal dunia.
*****