The Rotate

Tiara Khapsari Puspa Negara
Chapter #40

Luka Di Balik Ilusi

Apakah aku harus tetap menjadi kesatria matahari yang sama juga dengan kisah itu? Atau malah dimuntahkan lagi oleh horison?

*****


"Kepercayaan yang dirusak ayahnya?" isak tangis ibu Bintang seketika terhenti. Wajahnya menatap Radhit yang tengah berpikir. "Dia menceritakan kisah itu padamu?" tanyanya, memastikan telinganya tidak salah menerima informasi.

"Iya tante." Radhit mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya dan memberikannya pada Ibu Bintang. Sebuah catatan kecil yang diberikan Bintang saat dirinya mempertanyakan masalah besar yang menimpa Bintang.

"Bintang bilang, itu catatannya saat dia baru saja masuk SMP, sesuai dengan tanggal yang tertera. Dia bilang bisa tiba-tiba teringat dengan kejadian itu," timpalnya.

29 Juli 20xx

Kini ku menyadari, seorang manusia yang hanya mampu memendam diri dalam lautan kesedihan hati, dalam hamparan malam nan sepi. Tak mampu membuka diri, walaupun pada teman sejati. Dia bukannya mau sok bertahan diri. Namun dalam kurun waktu sekali, kepercayaan pernah menusuknya sekaligus bertubi-tubi. Sehingga kepercayaan dalam dirinya mati. Hanya goresan sanjak-sanjak dan ilustrasi, yang masih bisa ia percayai. Karna bisikannya tak berfonemik sama sekali. Kisahnya pun tak akan ternodai, ternodai oleh mulut-mulut orang yang tak bisa memahami, bagaimana rasa sakitnya kepercayaan itu dirusak hingga mati. Sehingga ia tak akan pernah membiarkan datangnya kata dua kali.

"Ah! Maaf kalau ucapanku tadi menyinggung…" Permintaan maaf Radhit terpotong.

"Dia yang memberimu ini?"

"I..iya tante," jawab Radhit kikuk, takut sudah berkata hal yang salah, yang menyinggung Ibu Bintang.

"Ini…" Ibu Bintang menatap langit yang begitu cerah. Setelah waktu pagi buta berjalan begitu lambat, akhirnya ada hal cerah yang dapat matanya tangkap di siang hari ini. Tangannya mengelus pelan catatan kecil milik putrinya. Otaknya nampak mempertimbangkan, setelah asumsi itu ia kisahkan dengan sejujur-jujurnya, lalu perlukah ia menceritakan kepingan lain milik putrinya lagi?

"Ini merupakan bentuk delusinya." Dengan mata nanar mulut Ibu Bintang melafalkan kalimat yang sudah lama keluarganya sembunyikan. Selama tidak ada yang mempertanyakan atau memperhatikan tingkah laku Bintang dengan tatapan aneh, maka mereka tidak perlu mengakui hal seperti itu, tapi tidak untuk kali ini. "Bintang memiliki gangguan kepribadian," tambahnya. Sebuah informasi yang memang harus diberitahukannya pada Radhit.

"APA? Delusi? Gangguan kepribadian?!" teriak Radhit, hingga beberapa orang yang lewat memperhatikannya.

Dia tidak percaya dengan hal yang baru saja diketahuinya. Pikirannya semakin penuh memikirkan gadis itu. Tiba-tiba saja pertanyaan yang dulu tidak jadi ia tanyakan pada Bintang, soal mengapa gadis itu tidak masuk selama 3 hari. Mungkinkah gadis itu pergi untuk konseling?

"Saya tidak percaya dia bahkan menceritakan hal itu padamu? Hal yang ternyata masih dipercayai alam bawah sadarnya dan saya tidak mengira dia masih menyimpan catatan kecil ini. Ternyata sebagai ibunya pun, masih banyak yang tidak saya ketahui."

Mereka sama-sama terdiam, hening kembali menjalar diantara keduanya. Radhit tahu, kini seorang ibu yang ada di sampingnya membutuhkan jeda dan kini Radhit sadar, memang tidak mudah menguras semua kisah dari Bintang begitu saja. Bahkan dari ibunya pun, gadis itu masih menyimpan banyak kisah tersembunyi. Memang seperti itu kah gadis itu? Sangat amat tertutup? Atau takut orang lain merasa dirinya bangga dengan jurang yang dimilikinya seperti ucapannya di tengah malam itu?

Lihat selengkapnya